Ketika bis mulai berhenti di halte arah jalan Sudirman menuju daerah blok M, merupakan wilayah pusat daerah bisnis Jakarta. Disana banyak perkantoran elite dengan usaha bisnis dan kantor perbankan, wilayah Sudirman merupakan jantung kota ekonomi Indonesia. Tetiba pria itu berdiri dan topinya yang berisi dompet tebal ditutupi oleh jaket yang tak dikenakan. Pria itu segera bergegas setengah berlari ke belakang menuju tangga Bis ke bawah, nampaknya dia segera turun di daerah tersebut.
Dari jendela bis aku melihat ke bawah, ternampak pria yang duduk di sampingku sedang turun dan berjalan di trotoar sisi jalan. Dan aku merasa kaget sekali, pria itu berjalan diiringi dengan beberapa temannya, dan ku hitung sebanyak enam orang, pria-pria dengan berpakaian necis seperti layaknya orang kantoran. Baru tersadar, ternyata seorang pencopet tak seperti yang kubayangkan selama ini, berpakaian lusuh dengan wajah cukup menyeramkan.
Aku segera menghela nafas lega setelah pria itu pergi dari tempat dudukku. Ku berpikir, pastinya pria yang tadi duduk disampingku seorang ketua kelompok, topi yang berisi dompet tebal adalah hasil operasi teman-temannya dan segera menyerahkan kepadanya dan segera naik ke tingkat atas bis serta duduk disampingku. Pria-pria yang berparas muda dan berpakaian necis seperti layaknya orang kantoran adalah anak buahnya yang menjalankan operasi pencopetan. Mungkin juga mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan dan daerah operasinya.
***********
Tak terbayang seandainya aku tadi berteriak di dalam bis untuk memberitahukan bahwa pria yang duduk disebelahku adalah seorang pencopet. Seandainya jika aku tidak berpikir dengan respon cepat, seolah-olah ingin bersikap pahlawan untuk menentang kejahatan, bak seperti film atau cerita-cerita heroik. Tak terbayangkan.....
Aku hanya sedang membayangkan, betapa sedih dan kalutnya orang yang menjadi korban dengan dompet berisi uang lembaran cukup tebal. Mungkin saja sang korban adalah orang kaya, namun selain uang pastinya ada beberapa kartu-kartu yang cukup penting di dalamnya. Betapa repotnya sang korban akan melapor kepada polisi, jika dia berkenan, untuk melaporkan kehilangan dompetnya.
Minimal dia perlu melaporkan kepada polisi, karena untuk mengurus kembali kartu-kartu penting nantinya. Ahh... sudahlah, kejadian itu sudah berlalu. Walau dalam hati ada sedikit penyesalan karena ketidak-beranianku mengungkapkan kejahatan. Namun seolah termaafkan karena sikap diam menyelamatkan jiwaku, setelah melihat bahwa sang pencopet itu tidak sendirian. Setengah berbisik... ku sampaikan salam maaf pada sang bayu, mengingat kesedihan atas musibah yang terjadi pada sang pemilik dompet.
Bekasi tengah malam, 21/10/22, @Cakbro
#MengingatKejadianSilamAtasKejahatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI