Ku seruput kopi pagiku,
Yang menemani setiap waktu.
Setiap pagi selalu kutuang,
Rasa kantuk pun jadi hilang.
Tak pernah tahu batas minuman,
Ku minum tanpa batas ukuran.
Memang bahaya bagi kesehatan.
Banyak cangkir ku teguk seharian.
Di jaman modern terkini,
Begitu banyak cafe sediakan kopi.
Banyak ragam para barista beraksi,
tampilkan kreasi hasil racikkan kopi.
Tapi ada yang kusesalkan,
Mereka bangga dengan racikan,
Ragam jenis kopi dari negeri luar sana,
Kemana kopi kita?
Berbuih argumen mereka bercerita,
Jenis kopi kita terbatas fungsi dan rasa.
Dengan ragam alasan sebagai kendala,
Karena kurang rasa dan beraroma.
Kuseruput kopi dengan bangga,
bungkus kopi kubawa kemana saja.
Kalau pun harus menginap diluar kota,
Kalau pun menginap di hotel mewah,
Tetap kuminum dengan kopi yang kubawa.
Harga kopiku pastilah murah,
Soal rasanya jangan ditanya.
Padahal semula mereka memujinya,
Tapi tertawa saat lihat mereknya.
Aku ini cuma peminum kopi,
Sejak kecil sudah menyukai.
Tapi aku bukan penikmat kopi,
Dari racikan kopi luar negeri.
Kuseruput kopiku lagi,
Sambil bersedih hati.
Terbayang wajah petani kopi,
Mereka hanya bisa gigit jari.
Begitu banyak penikmat dan cafe kopi,
Tapi kehidupan petani sederhana sekali.
Pundi-pundi ada dikantong pengusaha kopi,
hasil impor beragam kopi dari luar negeri.
@CakbroDanKopiSachet, Bekasi, 280922
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H