Barang yang dipilih si bayi tersebut merupakan gambaran hobi dan masa depannya kelak. Misalnya si bayi mengambil uang kelak nanti akan menjadi pengusaha, buku dan pensil kelak akan menjadi seorang guru pengajar atau dosen, kapas akan menjadi bekerja di bidang kesehatan atau menjadi dokter, cermin kelak akan menjadi selebriti atau di bidang yang memperhatikan penampilan seperti entertainment dunia hiburan, dan sebagainya.
F. Lempar Beras Kuning dan Koin Sebagai Acara Penutup Tedak Siten
Sebagai pengakhir acara, maka Orang tua si bayi akan menyebarkan beras kuning (beras yang dicampur dengan parutan kunir sehingga berwarna kuning) dan telah dicampur dengan uang recehan atau uang logam untuk di perebutkan oleh para undangan (umumnya diperebutkan oleh anak-anak). Acara ritual tersebut dimaksudkan sebagai simbol agar si anak nantinya memiliki rasa empati secara sosial dan bersifat dermawan.
Dan rangkaian prosesi tedak siten diakhiri, si bayi dimandikan dengan air bunga setaman (air yang sudah dicampur dengan bunga sebanyak tujuh warna) dan dipakaikan baju baru.Â
Prosesi pemakaian baju baru ini pun dengan menyediakan 7 buah baju, yang akan dipakaikan satu persatu dan pada akhirnya baju ke-7 yang akan dia pakai. Hal ini sebagai simbol pengharapan agar bayi selalu sehat, membawa nama harum bagi keluarga, hidup layak, makmur dan berguna bagi lingkungannya.
G. Penutup
Demikianlah uraian mengenai prosesi acara adat jawa Tedak Siten atau turun tanah bagi bayi yang baru berjalan untuk menapak tanah kali pertamanya.Â
Ragam prosesi adat pastinya selalu memiliki makna dan symbol dan pastinya merupakan harapan bagi orang tua agar sang anak kelak menjadi orang yang sukses dalam hidupnya dan menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.Â
Saya tidak mempersalahkan karena dalam kondisi jaman terkini, bahwa acara adat merupakan acara yang dianggap sia-sia atau sangat merepotkan maupun memboroskan karena tidak sesuai dengan kondisi jaman yang ingin serba praktis, atau bagi salah satu pemeluk agama karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
Namun saya tetap menghargai bagi sebagian orang yang masih tetap mencoba untuk melestarikan kebudayaan atau kebiasaan turun menurun, walau ada melakukan karena sekedar menghormati dan ungkap rasa syukur kegembiraan atas perkembangan si Anak. Dan satu hal lagi, pastinya di setiap daerah memiliki acara adat serupa sesuai dengan adat-istiadat masing-masing.Â
Minimal saya mencoba memperkenalkan salah satu adat dan prosesinya sebagai pengetahuan bagi kita untuk merefleksikan diri bahwa begitu beragam khazanah adat istiadat kita dan kita patut menghormatinya serta memperkenalkan kepada generasi muda untuk tidak melupakan khazanah budaya Indonesia yang mulai tergerus oleh budaya asing lantaran terkenal dan membuat kita terlena lupa dengan adat budaya kita sendiri.