Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Auditor: Mengungkap Modus Pemeriksaan Secara Tak Sengaja (Bagian I)

29 November 2021   16:18 Diperbarui: 29 November 2021   16:31 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

  • Pengantar

Saya bukanlah seorang penulis cerpen yang baik dengan menumpahkan untaian kata dan kalimat yang bisa membuat pembaca terbuai, saya hanya mencoba mengungkapkan sedikit pengalaman tatkala menjadi auditor dan kiranya bisa menjadi refleksi bagi auditor pemula bahwa Teknik audit tidak hanya ada di buku pedoman saja namun perlu kreativitas tersendiri untuk menyesuaikan kondisi di lapangan. 

Sangatlah benar bahwa audit tidak sekedar sebuah science (ilmu) yang secara empirik dapat dipelajari secara bermetodologi, namun juga sebagai art (seni) karena perlu seni dalam mengolah data keuangan dan penerapan teknik auditnya pada saat praktek atau terjun di lapangan.

Berikut ini pengalaman yang saya bagikan dalam bentuk cerita pendek (cerpen) namun sengaja penokohan dibuat secara fiktif dengan alur cerita dikreasikan secara subyektif. Semoga saja cerpen auditor dapat menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca, dan mohon maaf sekiranya ada istilah teknis yang tidak dapat dipahami oleh pembaca awam (dan mungkin juga tidak pas secara pendefinisiannya)

  • Mendapat Tugas Baru Sebagai Auditor Pemeriksa Pajak

"Bagaimana laporan progress kerja mingguan kalian?", kata pejabat pengendali kegiatan saat rapat untuk melakukan evaluasi rutin dengan menanyakan progress hasil kerja audit. Kami adalah auditor yang bekerja di Instansi pemerintah, dan kebetulan ditempatkan dalam tim Satuan Tugas (Satgas) Kerjasama Ditjen Pajak dengan Instansi kami terkait dengan program peningkatan penerimaan negara berupa pajak. 

Sudah terbiasa instansi kami selalu melakukan koordinasi dan Kerjasama dengan instansi lainnya. Jika diperlukan maka dibentuklah Tim gabungan kedua instansi tersebut yang dikenal dengan Satuan Tugas (Satgas) Kegiatan, dan salah satunya kami merupakan bagian dari divisi yang menangani pemeriksaan terhadap Wajib pajak.

Ketua Tim Audit memberikan laporan progress kepada Tim pengendali seraya berkata, "kami sudah melakukan kompilasi data keuangan Wajib Pajak (WP) dari berkas yang mereka serahkan, dari hasil analisis kami laporan keuangan maupun laporan penghasilan pendapatan perusahaan telah sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) mereka". Tim pengendali mencoba memeriksa berkas laporan progress yang diserahkan dengan seksama.

Tak lama kemudian laporan usai dibaca, "Selanjutnya apa langkah kalian berikutnya?", kata Tim Pengendali sambil menatap kami satu persatu. Salah satu anggota tim menjawab, "Ijin Pak, memang dari catatan keuangan mereka sudah sesuai seperti yang dijelaskan pak Ketua. Terkecuali ada beberapa kesalahan administratif keuangan namun sanksi pajak yang diberikan tidak begitu besar".

  • Penanggung Jawab Marah Karena Belum Mendapatkan Hasil Temuan Audit

Sambil membanting laporan tersebut Tim Pengendali menatap tajam kepada kami, " Kalian tahu kenapa ditempatkan dalam Satgas ini?". Lanjut beliau, "WP yang kalian periksa ini disinyalir melakukan penyimpangan pajak. Kemungkinan ada laporan keuangan yang mereka sembunyikan dari kondisi sebenarnya, salh satunya tidak melaporkan penjualan sebenarnya. Coba kalian cari alternatif atau Teknik audit lain bagaimana bisa membuktikan dan mengungkapkan modus pajaknya".

Kami menunduk terdiam dan tak berani menatap beliau, kemudian ketua Tim berkata, "Baik pak, dari diskusi kami sebelum menemui bapak, kami punya usulan, sekiranya bapak berkenan, untuk melakukan tinjauan ke lapangan pak yakni ke pabrik WP tersebut. Barangkali ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk". Tim Pengendali terdiam dan kembali membaca laporan, "Oke, saya setuju.. siapkan Surat Tugas untuk kesana,  mungkin setelah kalian amati dan observasi ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Intuisi saya kemungkinan harga produksi mereka ada rekayasa".

Kemudian kami keluar dari ruangan beliau, kami tidak kembali ke meja kerja masing-masing, namun pergi ke ruangan rapat kecil (ruangan yang biasa digunakan para tim audit untuk membahas pekerjaan), "Waduh bagaimana ini?... sedangkan waktu tugas kita sudah hampir habis, tapi kita belum dapat temuan pemeriksaan", ujar anggota tim kepada temannya. 

Temannya pun menimpali, "memang saya lihat data laporan keuangan dari soft-file yang saya peroleh saat awal pertemuan kita kekantor sana, tidak ada angka-angka dari account-nya yang mencurigakan, sudah saya analisis dan amati juga data antar account (nama perkiraan merupakan komponen dari laporan keuangan berupa Neraca Keuangan Perusahaan dan Laporan Laba Rugi Keuangan)".

  • Bersiap Tugas Lapangan Ke Pabrik Mengamati Proses Produksi

Tak lama ketua Tim masuk ke ruangan rapat dan berkata, "Oke, tadi saya sudah menyerahkan ke bagian Tata Usaha untuk menyerahkan memo dari Tim Pengendali agar segera menyiapkan Surat Tugas dan lainnya". Kemudian ketua Tim berkata kepada anggota tim, "Mari kita rancang apa yang harus kita lakukan disana...kamu anggota Tim A dan B, tolong bicara dengan bagian keuangan disana untuk mengcross-check data keuangan, apakah ada data yang belum kita ambil". Sambil mengamati copy laporan progress kegiatan, " Dan kamu anggota tim C dan D bersama saya, nanti kita turun mengamati proses produksi di pabrik. Persiapkan kertas kerja dan data-data keuangan yang telah diterima".

Keesokan harinya, kami pergi ke perusahaan yang dituju dan disambut baik dengan wakil dari perusahaan. Setelah dipersilahkan ke ruangan rapat perusahaan, kami menjelaskan maksud kedatangan seraya menyerahkan surat tugas, "Baik pak, kami akan tunjuk staf selaku PIC (person in charge) untuk mengantar ke bagian keuangan dan memberikan apa-apa data yang diminta. Demikian juga dengan tim audit yang akan melihat pabrik kami untuk mengamati proses produksi" ujar wakil dari perusahaan yang menangani bidang perpajakan.

Perusahaan yang sedang kami audit adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi Plywood yakni lembaran triplex (3 lapis) atau multi-plex (multi lapis) yang dijual di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor). Perusahaan tersebut mengajukan kompensasi atas kelebihan pajak yang dibayarkan kepada pemerintah (dalam hal ini Ditjen Pajak). Sesuai dengan ketentuan, proses ajuan tersebut akan diterima setelah dilakukan perhitungan kembali oleh aparat pajak berdasarkan hasil pemeriksaan pajak.

  • Mengamati Proses Pengupasan Kayu Gelondongan Menjadi Lembaran Tripleks

Setelah selesai pertemuan dengan wakil dari perusahaan, kemudian kami beranjak pergi menuju pabrik pengolahan plywood dengan ditemani petugas bagian pabrik selaku PIC. Kami pun mencoba mengamati dan mempelajari proses produksi pabrik tersebut. Awal proses dimulai dari sebuah gelondongan kayu berdiameter cukup besar, kemudian gelondongan kayu tersebut masuk dalam mesin pengupas kulit kayu laksana sebuah pisau pengiris berukuran besar. 

Akhirnya gelondongan kayu tersebut berputar dan terkupas kulitnya begitu tipis, berkat kecanggihan mesin pengupas tersebut, hingga tersisia menjadi batang kayu berdiameter kecil seperti tongkat pramuka.

Kemudian kami beralih ke mesin berikutnya yakni mesin pemotong lembaran kayu. Mesi tersebut akan memotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian potongan lembaran tersebut dipilih kualitas dan bentuknya (berdasarkan bentuk penampang kayu) serta ditumpuk dan dimasukkan dalam lori kereta, selanjutnya dikrim ke gudang proses produksi. Di bagian produksi, lori tersebut sudah disambut oleh karyawan untuk melakukan proses tahapan selanjutnya. Lembaran kayu yang bagus penampangnya dipilih, kemudian diulasi lem khusus dan ditambah dengan lembaran kayu lain termasuk lembar potongan yang tidak utuh, begitu selanjutnya dan ditutup kembali dengan lembaran kayu yang utuh.

Proses produksi terdiri dari dua bagian yakni tri-plex berarti akan menjadi lembaran tiga lapis, dan bagian proses multi-plex untuk lembaran yang lebih tebal (sekitar 5-7 lapis). Lembaran tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam open atau tungku yang sangat besar untuk dikeringkan atau mengurangi kelembaban dari kadar airnya. 

Dan hasil potongan lembaran tersisa maupun serpihan kayu lainnya tidak dibuang, melainkan dikirim ke bagian mesin lainnya untuk dihancurkan dan dijadikan bubur kayu. Hasil nantinya akan dibuat lembaran yang dinamakan block-board, umumnya digunakan untuk jenis furniture sederhana yang bersifat knock-down. 

  • Terjadi Insiden Terjatuhnya Kotak Peti Packing Di Gudang Penyimpanan

Setelah melihat proses produksi, Ketua tim meminta anggota tim C untuk meminta data-data produksi bagian akuntansi produksi dan berharap akan dilakukan analisis nantinya. 

Kemudian ketua tim audit menunjuk anggota tim D untuk mendampinginya melanjutkan pengamatan pada  bagian proses pengepakan (packing). Di bagian pengepakan sudah tersedia packing kayu berbentuk empat persegi panjang, kemudian lembaran trip-plex disusun bertumpuk dalam peti kotak kayu tersebut.

Selanjutnya untuk menjaga secara aman, maka pada sisi dalam kayu tersebut dilapisi lembaran stereo-foam (lembaran busa padat) dan juga ditambah dengan beberapa lembar trip-lex sisi kiri dan kanan sebelum ditutup dan dipacking. 

Peti kotak kayu berisi lembaran tripleks tersebut kemudian diangkat oleh kendaraan fork-lift untuk dikrim ke bagian Gudang penyimpanan, disana kemudian disusun bertumpuk secara rapi. Dan selanjutnya dari Gudang simpanan tersebut, sudah menunggu truk pengangkut yang akan membawa untuk dikrim ke pelanggan sesuai dengan Surat perintah order atau D.O (Delivery Order).

Ketika tim audit baru beranjak keluar dari Gudang penyimpanan, tiba-tiba salah satu peti kotak kayu tersebut terjatuh pada saat kendaraan fork-lift akan menaruh ke tumpukan atas dari susunan peti yang ada. Peti kotak tersebut jatuh berantakan saat kami mendatangi kejadian, dan bersyukurnya tidak ada pegawai yang mengalami kecelakaan. Namun anggota tim audit D sempat memeriksa kondisi lembaran trip-lex tersebut. Beruntung lembaran tersebut tidak ada yang rusak, demikian pula lapisan lembaran trip-lex di sisi kiri dan kanan, hanya kayu peti kotak tersebut yang pecah berantakan.

(bersambung)...

Catatan : Kisah tersebut hanya rekaan penulis secara fiktif baik dari penokohan maupun tempat atau lokasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun