Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kue Ultah Ditukar Dengan Bungkusan Nasi

13 November 2021   00:08 Diperbarui: 13 November 2021   00:11 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ini hari ulang tahunku,

Sambil berpikir,

Ingin beli sesuatu

Buat keluarga.

Lantaran tak ada waktu

Luang tuk sekedar

Rayakan di Resto atau caf

Yang sederhana.

Saat pulang malam,

Karena kesibukan kantor,

Tuk kesekian kalinya.

Lewati jalan pinggiran kota,

Kendaraan pun bermilir pelan,

Sekedar melihat toko kue

Yang mungkin masih buka.

Di emperan toko yang sdh tutup,

Terjejer sekumpulan orang

Dan beberapa keluarga,

Bersiap untuk tidur dan tetirah,

Hanya beralaskan kardus seadanya.

"Abah, kami mau makan..."

Terdengar desah si kecil,

Memohon pada si ayah,

Yang sedang siapkan kardus

Buat mereka tidur.

"Sudahlah tidur dulu,

Besok abah akan jual barang

Rombeng ini ke Juragan ya nak.."

Tak lama lewati perempatan,

Cukup ramai walau jelang malam.

Ada gerobak nasi goreng,

Warung padang, dsb.

Teringat desah anak kecil,

Ku batalkan rencana beli kue.

Uang beli kue ultah sendiri,

Mungkin cukup beli banyak bungkus nasi.

Ku tunggu setelah pesan,

Dengan sigap tukang nasi membungkus.

Kembali ku putar kendaraan,

Ke arah emperan toko tadi.

Langsung berkerumun tanpa

Dikomandoi,

Sambil basa-basi, habis terbagi

Terlihat wajah cerah mereka,

Sambi berucap terima kasih,

Diselingi ragam doa tulus,

untukku dan keluarga.

Ku sungguh bersyukur,

Lihat wajah ceria mereka,

Menjadi pelelap tidur nantinya.

Sampai dirumah,

Keluarga berharap.

Ku ceritakan pada mereka

Hanya desah ku dengar

"Terima kasih Papa,..

Justru itu Ultahmu yang mewah".

Dua kali ku bersyukur,

Atas permakluman keluargaku,

Yang mau memahami,

Bahwa kita sudah sangat kaya,

Dibandingkan mereka.

#Bekasi, September Di tengah malam#

# Mencoba Bersyukur Agar Tidak Tersungkur#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun