Catalan Hari  Raya Qurban :
QURBAN  Bukanlah  Pembantaian
(Cleansing Mind Buat Keluarga Millennial)
A. Pengantar:
Menginjak tahun kedua sudah dua kali dan dua hari raya umat muslim dirayakan tidak sesuai tradisi alias dilaksanakan secara sepi. Tidak ada acara bersalaman atau berjabat tangan, apalagi berpelukan dengan sanak saudara dan beranjangsana dengan keluarga orang tua atau yang dituakan.
Pada tahun ini demikian pula untuk hari raya kurban. Karena semakin meningkatnya wabah pandemi gelombang kedua, sholat hari raya Ied hampir ditiadakan atau dilakukan secara ketat sesuai protokol kesehatan dengan bermasker dan berjaga jarak.
 Acara hari raya kurban pastinya ada seremonial lanjutan yakni berkurban. Dimana diseantero negeri di setiap mesjid atau surau akan memotong hewan kurban, entah sapi, kambing atau domba dari para penyumbang.
B. Benarkah Kurban itu Pembantaian Hewan?
Saya hanya ingin  menjelaskan kepada beberapa Takmir Masjid dan beberapa keluarga muda yang melarang anak-anak untuk melihat acara kurban. Karena nereka menganggap acara pemotongan hewan kurban dianggap perisitiwa kekerasan yang akan mempengaruhi jiwa anak.
Ini sangat  bertentangan dengan ajaran Islam,  justru kita harus mengajak keluarga kita untuk menyaksikan acara pemotongan tersebut. Pemotongan hewan kurban sangat berbeda dengan kekerasan atau pembantaian.
Pada dasarnya manusia dipengaruhi oleh otak rasional yakni berada di otak depan ( pre-frontal cortex) dan irasional atau emosional yg berada di otak tengah bagian bawah ( temporal conjur cortex).
Sebelum syaraf motorik bertindak maka jutaan sel syaraf menuju kedua daerah tsb. Laksana bilahan gunting, disebelah bawah pengeksekusi ( otak rasional) dan bagian atas sbg pengarah ( otak emosional).
Atau sering dikenal dengan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berpikir secara logis, sedangkan otak kanan berpikir tidak logis atau berperasaan menggunakan hati nurani.
Nah, peristiwa kekerasan yg sering dilihat anak2 kita di media massa elektronik atau film action atau game online kekerasan pasti akan mempengaruhi jiwa anak.
Namun peristiwa kurban yg terjadi saat inj jelas berbeda, mengapa?...
Karena dlm hari raya Idul Adha selalu dikumandangkan takbir dan tahmid yg mempengaruhi jiwa kita atau anak menjadi lebih tenang atas otak emosional dan rasional. Justru akan menimbulkan rasa jiwa sosial dan keimanan bhw segala sesuatu kesuksesan tdk hanya karena kemampuan sendiri (ego centris) tapi dg kebersamaan dan harus ada pengurbanan.
Lain halnya jika kita menonton flim kekerasan yg justru dipengaruhi suara musik yg memacu adrenalin sehinga otak emosional terpacu dan mempengaruhi jiwa.
C. Penutup
Sekali lagi mohon maaf, saya akan berseberangan pendapat jika ada seseorang yg melarang anaknya tuk melihat kurban.. Dengan alasan akan merusak jiwa nantinya dimasa remaja. Ketika saya masih punya anak kecil, saya selalu mengajak mereka untuk melihat acara sekaligus saya menjelaskan makna kurban dan mengapa hewan yang dipotong harus disertai doa atau membaca bismillah.
Alhamdulillah, saat mereka besar tidak ada pengaruh jiwa kekerasan Bahkan mereka membenci kekerasan dan timbul jiwa sosial untuk saling memberi dan berbagi kepada yang tidak mampu.Â
Memang tidak semua logika bisa memahami ketentuan agama karena memiliki keterbatasan. Tuhan menciptakan suatu peristiwa pasti punya tujuan dan tidak pernah ada agama dimanapun yang menciptakan kekerasan. Jikalau ini terjadi jangan salahkan agama-nya, tetapi hamba yang salah meng-interpretasikan makna yang terkandung didalam kitab agama tersebut.
Kalau anda penasaran silahkan baca buku " How we decide our brain ( bgmn mengolah otak kita menjadi cerdas) karangan Johan Lehner., Pustaka Gramedia, 2007.
Terima kasih....
Labbaik Allahumma Labaik...
Taqabalallahu minna wa minkum, Tabalallahu ya Kariim
Selamat idul Adha dan berkurban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H