Mohon tunggu...
Cak Bro Cak Bro
Cak Bro Cak Bro Mohon Tunggu... Administrasi - Bagian dari Butiran debu Di Bumi pertiwi

Menumpahkan barisan Kata yang muncul di Pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perspektif dan Penerapan Pancasila dalam Keseharian Terutama Menghadapi Wabah Virus

31 Mei 2021   17:23 Diperbarui: 31 Mei 2021   17:56 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

A. Refleksi Sejarah Hari Lahirnya Pancasila

Teringat beberapa puluh tahun yang silam, tepatnya tanggal 28 Mei 1945 tatkala jelang kekalahan Jepang dalam perang Pasifik mencoba mencari simpati rakyat dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai dengan janji untuk mempersiapkan kemerdekaan negara Indonesia. Rapat pada tanggal tersebut dilakukan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6, Jakarta ( kini dikenal dengan Gedung Pancasila), dimana para pemuda Indonesia melakukan rapat untuk membahas mengenai dasar negara.

Pembahasan hingga keesokan harinya pun masih belum mendapatkan hasil, ketika Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mendapat giliran untuk menyampaikan gagasan dalam pidato tanpa teks tentang dasar negara Indonesia merdeka yang dinamakan "Pancasila". Pidato bung karno tersebut akhirnya disepakati secara aklamasi oleh seluruh anggota rapat sebagai dasar negara, dan selanjutnya dibentuk panitia kecil (dikenal dengan Panitia Sembilan) untuk merumuskan dan menyusun rancangan Undang-undang Dasar Negara Indonesia sesuai acuan pidato tersebut. Melalui proses persidangan yang intens, akhirnya Panitia Sembilan menghasilkan dokumen yang akan dipersiapkan sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia nantinya. Dan rumusan tersebut disyahkan oleh BPUPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar negara Indonesia merdeka yang tercantum dalam mukadimah UUD 1945.

Tanggal 1 Juni 1945 yang merupakan pidato bung Karno dalam rapat tersebut kemudian disyahkan sebagai Lahirnya Pancasila. Hal tersebut sesuai dengan pengantar kata dari mantan Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat saat membukukan pidato bung karno sebagai dokumen negara bahwa "Lahirnya Pancasila merupakan suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel sebagai dasar negara kita, yang menjadi Rechtsideologie negara kita, suatu Beginsel yang telah meresap dalam jiwa bung karno dan keluar dengan spontan dari jiwanya, meskipun pada sidang saat tersebut dalam pengawasan ketat oleh pemerintah bala tentara Jepang. Mudah-mudahan "Lahirnya Pancasila" dapat dijadikan pedoman oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam usaha memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara." Sejak saat itulah, setiap tanggal 1 juni dijadikan sebagai hari lahirnya Pancasila.

B. Perspektif Dan Penerapan Pancasila Dalam Kondisi Wabah Saat Ini. 

Prof Dr Mella Ismelina FR, SH, MHum, Kepala Program Diploma Pasca Sarjana Magister Kenotariatan dan PSDH, Fakultas Hukum Universitas Tarumanagara menjabarkan bahwa PANCASILA yang memiliki arti "Lima Dasar" ini mengandung makna yang sangat dalam bagi kehidupan bernegara. Pancasila merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang memberikan dasar filosofi, dan nilai-nilai bagi kita semua. Dalam perayaan hari kelahiran Pancasila ini, diharapkan kita untuk merenung sejenak tentang makna dari sila-sila dari Pancasila, terutama dalam kondiis negeri menghadapi pandemic wabah virus corona. Pancasila dalam rumusan sila-silanya telah memberikan nilai-nilai yang mendasar terkait konsep Tuhan, alam, dan manusia secara utuh dan komprehensif.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertama ini mengandung makna adanya keyakinan akan keberadaan Tuhan YME yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Dalam menghadapi pandemic wabah virus corona, hendaknya kita sadar bahwa ada sebuah relasi antara Tuhan YME, manusia dan alam semesta. Apa yang terjadi saat ini, merupakan kehendak Tuhan YME dan juga tidak terlepas dari adanya kesalahan manusia sendiri dalam hubungan atau relasi dengan alam yang tidak harmonis dan seimbang.

Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sila kedua ini memberikan makna bahwa setiap manusia merupakan makhluk yang beradab yang perlu diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan YME, dan memiliki derajat, hak dan kewajiban yang sama. Setiap manusia diberkahi Tuhan YME dengan akal pikir dan kecerdasan agar memiliki daya olah pikir, rasa, karsa, dan cipta. Melalui daya yang dimilki, manusia membangun budaya, nilai-nilai dan norma-norma yang dijadikan landasan untuk bersikap dan bertingkah laku di masyarakat.

Berkaitan dengan kondisi pandemi, aspek kemanusiaan merupakan hal penting berkaitan dengan aspek sisi kesehatan, ekonomi, sosial, agama, hukum, budaya dan lain sebagainya dan patut menjadi perhatian dan menjadi dasar bagi penyelenggaraan negara dan hubungannya antar sesama manusia yang berujung pada rasa keadilan bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, setiap masyarakat harus mendapatkan hak perlindungan dan bantuan yang adil dari pemerintah. Dan sebalikna, setiap masyarakat juga memiliki kewajiban untuk patuh dan taat terhadap ketentuan hukum dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19 ini.

Sila ketiga Persatuan Indonesia, Sila ketiga ini memberikan karakteristik yang holistik atas pemahaman mengenai kebangsaan Indonesia dan didalamnya terkandung makna nasionalisme. Nasionalisme merupakan pemersatu bagi sebuah bangsa dan sebagai warga negara Indonesia, sehingga timbul rasa saling mencintai sesama, cinta Tanah Air dan bangsa. 

Selain itu, juga timbul rasa kekeluargaan, kebersamaan dan gotong-royong yang mendasari sifat persatuan Indonesia. Untuk menghadapi kondisi pandemic, dibutuhkan rasa nasionalisme, kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong-royong. Kita sepantasnya untuk saling bahu membahu untuk menghadapi dan mengatasi pandemi ini dengan memberikan bantuan materil maupun non materi, minimal memberikan doa kepada saudara-saudara yang terkena wabah virus. Kita harus melepas sifat ego untuk berempati dan menghormati pengorbanan para tenaga medis, relawan dan lain-lainnya. Dengan bersatu untuk melawan corona dan selalu patuh dan taat terhadap ketentuan hukum yang berlaku, maka kita berharap kondisi pandemi corona akan berakhir.

Sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, Sila ini memberikan makna adanya sifat bijaksana, tanggung jawab terhadap Tuhan YME dan sesama manusia, serta cinta akan kebenaran dalam kerangka negara berkedaulatan rakyat. Prinsip Demokrasi dalam berngera dana bermasyarakat merupakan ejawantah dalam sila ke empat ini. 

Berkaitan dengan kondisi pandemi, maka penerapan makna demokrasi tidak hanya menjadi tugas pemerintah saja untuk menangani wabah, namun juga tanggung jawab kita bersama. Setiap kebijkan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah tentunya hasil dari upaya musyawarah dan kesepakatan bersama yang selanjutnya dilaksanakan dalam tindakan bersama demi kepentingan bangsa ini.

Sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila kelima ini menyiratkan keadilan yang berlaku bagi seluruh kehidupan bangsa Indonesia, keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang berdasarkan Ketuhanan YME. Dalam konteks ini, sikap adil kepada sesama, menghormati hak orang lain, sifat saling menolong dan menghargai sesama dan melakukan pekerjaan yang membantu untuk kepentingan bersama adalah hal yang perlu dilakukan terutama dalam masa pandemi corona ini. Kita tak perlu untuk saling menyalahkan atau mempertanyakan kewenangan dan tanggung jawab siapa, namun secara bersama-sama menyatykan derap langkah untuk mengatasi wabah penyakit ini.

C. Perspektif dan Penerapan Pancasila Bagi Generasi Milenial

Sebagai Generasi Milenial, memang tak perlu berjuang dengan darah dan air mata seperti layaknya pejuang pendahulu, namun cukup dengan mengisi pembangunan. Tak semestinya generasi milenial berpangku tangan, melainkan harus berperan aktif mengisi kemerdekaan demi terwujudnya Indonesia yang harmoni,damai, adil dan Makmur melalui penghayatan pamcasila dalam kehidupan sehari-hari. Berkembang pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan seharus dapat dimanfaatkan bagi kaum milenial untuk berkreativitas dan berinteraksi antar sesama milenial yang tidak lagi dibatasi dalam wilayah dan waktu. Namun sayangnya, justru adanya teknologi dengan komunikasi yang canggih kaum milenial menjadi terbuai menjadi warga yang konsumtif, berpikir serba instan, mudah terpengaruh budaya luar dalam sikap dan perilaku. Disinilah pentingnya peran Pancasila sebagai filter masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan keperibadian bangsa.

Eksistensi Pancasila harusnya dapat diserap dalam jiwa dan semangat kaum milenial sebagai jembatan potensi untuk membangun batas apa yang bisa diterima dari pengaruh luar yang merugikan dan tidak etis-negatif. Konsep ideologi Pancasila kita menempatkan "Ketuhanan Yang Maha Esa" sebagai sila pertama, memperingatkan generasi milenial bahwa ada Tuhan YME sebagai pusat dari kehidupan segala sesuatu dalam bentangan dunia ini. Jangan sampai kecanggihan teknologi justur menjai budak, bahakn menjadi tuhan masa kini. Generasi Milenial harus sadar bahwa semuanya milik Tuhan, sehingga kesombongan dalam diri manusia bisa diminimalisir dan berusaha untuk selalu mengambil manfaat positif dalam setiap kemudahan dan kemajuan, bukan untuk mengambil kekuasaan  dan kewenangan. Kekuasaan Tuhan melampaui kekuasaan manusia.

Acuan sila kedua dari Pancasila bagi generasi milenial dalam menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bahwa kaum milenial Indonesia harus bijaksana, harus selalu adil dalam pikiran dan perilaku etis pada sesama, tidak menggampangkan segala sesuatu atau cepat putus asa dan terus berbuat kebaikan yang mementingkan kepentingan umum demi cita-cita bonum commune (kebaikan bersama).

Sedangkan dalam penerapan sila ketiga dari Pancasila, Generasi milenial harus sadar diri untuk selalu bersinergi dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesame untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia  melalui sikap toleransi akan perbedaan dan memegang teguh pendirian yang tidak bisa dipengaruhi oleh bangsa luar. 

Sesama bangsa Indonesia, generasi milenial harus bergotong royong mengangkat derajat bangsa Indonesia lebih tinggi darpada negara lain untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara lemah yang gampang terjajah, tapi negara yang kuat karena generasi penerusnya mampu bersatu memajukan Indonesia lebih baik di tengah tantangan global masa kini.

Generasi muda milenial juga harus bersikap demokratis dan tidak bersikap egois atau mementingkan diri sendiri, melainkan lebih mementingkan aspek musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan Bersama terkait dengan peenrapan sila ke empat panxasila. Keputusan tidak boleh diambil secara otoriter namun hasil kesepakatan dan musyawarah bersama. Juga sila kelima anak muda milenial harus mengusahakan keaadilan sosial. Perlu mengkritik struktur sosial, ideologi, politik dalam negara dan masyarakat yang menciptakan ketidakadilan sosial bagi rakyat Indonesia.

D. Sportivitas Dalam Olahraga Sebagai Cerminan Penerapan Pancasila

Dalam berolahraga terutama bagi para atlit yang berlomba untuk meningkatkan prestasi atau diluar negeri dalam memperjuangkan nama baik bangsa, terkandung nilai sportivitas yang tinggi sebagai prinsip dasar keolahragaan. Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, mengatakan dalam rapat pertemuan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan Asosiasi Sepak Bola Uni Papua di Bogor (7/8/2020).

Di balik semangat memperjuangkan nama baik bangsa dalam olahraga, juga menyimpan nilai yang lebih besar dari sekadar mengejar prestasi yakni prinsip yang bisa membuka jalan menuju nilai itu adalah sportivitas. Dengan prinsip tersebut, juga terkandung nilai-nilai Pancasila dapat diraih dan diamalkan, karena semangat sportivitas akan menambah jiwa nasionalisme dalam diri penerus bangsa.

Sportivitas merupakan suatu integritas kejujuran untuk tidak sekedar bangga dengan kemenangan yang diraih, tetapi mau mengakui kalau kalah sebagai prinsip dasar yang ditanamkan dalam jiwa atlit. Pancasila menanamkan nilai sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap atlit akan selau berdoa dan meminta kita untuk mendoakan agar berhasil dalam pertandingan dan menghasilkan prestasi juara. Adanya keyakinan diri bahwa Tuhan YME selalu bersamanya akan tercipta rasa ketenangan untuk fokus dalam pertandingan dan menjaga mental bertanding.

Demikian pula, dalam dunia olahraga tidak memandang suku, ras, atau agama dalam suatu negara, bahkan prinsip olahraga adalah mengusung persatuan dalam perbedaan. Dengan begitu, olahraga dapat membentuk karakter bangsa dan nilai-nilai Nasionalisme. Demikian pula adanya pendukung atau supporter dimana saja, seperti di luar negeri maka saat ada pertandingan dari pemain Indonesia pasti mereka akan berusaha meluangkan waktu dan berupaya untuk mendukung sebagai rasa empati dan timbul kebanggaan dalam jiwa nasionalis mereka.

Dalam pertandingan beregu seperti olahraga volley untuk wanita misalnya, terlihat kekompakkan dalam bertanding dan ketika ada momen meraih poin kemenangan atau saling mendukung karena ada kesalahan, pemain wanita muslim yang berjilbab tidak ragu-ragu untuk memeluk pemain wanita beragama Kristen yang berkalung salib, atau suku jawa dan suku batak, dsb. Ini menunjukkan bahwa olahraga dapat melebur dalam jiwa atlit tanpa memandang ras, agama, budaya dan latar belakang apa pun.

Semua identitas sosial setara, saling berangkulan memberi semangat, meneriakkan pekik yang sama, bahkan serempak jatuh bangun menahan gempuran dan melancarkan serangan. Semangat inklusif kewargaan meleburkan dalam harmoni persatuan yang membuat bangsa Indonesia maju. Dari sana terlihat bahwa para atlet sedang memancarkan nilai Pancasila dalam bingkai gotong-royong kemanusiaan dan persatuan Indonesia.

Demikian pula dalam melakukan latihan, para pelatih tidak pandang bulu membedakan atlit yang telah juara atau pernah kalah, semua sama harus disiplin mentaati pertauran yang telah ditetapkan dengan prosi Latihan yang sama, siapa yang melanggar disiplin akan dikenakan sanksi bahkan dicoret untuk tidak diikut sertakan dalam lomba. Prinsip untuk tidak cepat berpuas diri atau bersikap sombong menjadi pantangan bagi atlit. Misalnya atlit sepak bola, walaupun yang menghasilkan gol adalah seorang striker, dia tidak sombong karena itu merupakan hasil kerjasama yang baik.

E. Penutup

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai Pancasila bersifat universal dan berlaku dalam segala jaman  dan kondisi apa pun maupun kegiatan apa pun serta dapat dijadikan landasan bagi pembentukan norma-norma kenegaraan maupun norma-norma moral. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber nilai bagi tertib hukum di Indonesia juga sebagai sumber norma moral bagi penyelenggaraan kenegaraan dan pelaksanaan hukum di Indonesia, terutama dalam masa pandemi corona ini dan memasuki kehidupan new normal. Nilai-nilai Pancasila yang tertuang dalam sila-sila Pancasila tentunya perlu tertanam di setiap hati masyarakat Indonesia.

Diharapkan nilai-nilai tersebut menjadi pedoman dan patokan dalam bernegara dan bermasyarakat bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kondisi pandemi corona saat ini, tentunya nilai-nilai Pancasila memberikan lebih penyadaran spiritual bagi kita, menumbuhkan nilai empati, tenggang rasa dan cinta bagi sesama, menjadi perekat bagi persatuan bangsa Indonesia, menjadi penyejuk dalam kita bernegara dan bermasyarakat, dan memberikan keadilan sosial serta kesejahteraan dalam berkehidupan bernegara.

Penerapan Pancasila bagi generasi milenial diharapkan agar selalu terus memelihara dan mengamalkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Pentingnya Pendidikan dan budaya membaca dalam meningkatkan kapasitas literasi, agar generasi milenial sadar bahwa nilai-nilai Pancasila yang ditanam, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat, keadilan sosial, patriotisme, nasionalisme, menghormati perbedaan bukan hanya untuk dihafal, namun penting untuk diterapkan pada diri sendiri dan bersosialisasi dengan sesama generasi milenial lain dalam menciptakan Indonesia yang damai, aman dan tentram. Marilah kita maju ke depan dengan membawa obor yang dapat menyalakan api semangat membangun Indonesia jaya pada kehidupan lebih baik lagi di masa mendatang menuju keabadian.

Semangat juang para atlit dalam berolahraga dengan sikap yang tak mudah berputus asa dan jiwa sportivitas untuk bersikap fair mengaku kekalahan dan kemenangan merupakan contoh yang baik dalam penerapan Pancasila yang patut menjadi acuan bagi semua masyarakat. Seharusnya menjadi refleksi bagi diri kita masing-masing bahwa Pancasila dengan lima sila harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kebersamaan dengan azas gotong royong untuk saling membantu, tidak mementingkan diri sendiri, disiplin dalam menjalankan tugas dan mematuhi aturan yang telah ditetapkan, dsb.

Referensi:

  • WartaKota, Apa Perbedaan Hari Lahir Pancasila dengan Hari Kesaktian Pancasila, wartakota.tribunnews.com, 30 Mei 2021.
  • Amanda Puteri Rozyanti, Merenungkan Nilai-nilai Pancasila Dalam Pandemi Corona, Jurusan Internasional Business Management, Binus University, Tangerang, 6 Juni 2020.
  • BPIP, Sportivitas Olahraga Mengandung Nilai Pancasila, www.teropongsenayan.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun