Mohon tunggu...
Cahyo Laras
Cahyo Laras Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis ndableg

email : kurosakicahyo56@gmail.com, . IG : https://www.instagram.com/cahyo_lrs

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Tanya, Kapan Nikah?

8 Juni 2019   19:03 Diperbarui: 14 Juni 2019   14:15 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin pernah kita melihat berita mengenai seseorang yang membunuh tetangganya sendiri karena sering ditanyai 'Kapan Nikah'. 

Gue bayangin lho kejadiannya (Ini khayalan gue) :

A : "Bro..."

B : "Iya bro"

A : "Kapan Nikah?"

B : "(Bacok)"

Kalau kisahnya kayak percakapan diatas kayaknya dua2nya gila, ga ada angin ga ada hujan tau-tau tanya 'kapan nikah?', terus juga langsung main bacok aja, kayakya kemana-mana tu orang emang bawa senjata tajam. atau mungkin si B ini adalah pemburu penanya 'Kapan Nikah'.

Tapi memang Kalau dipikir-pikir kan ini hanya beberapa Kata dan diucapkan kurang dari 3 detik. tapi bisa bikin petaka dalam hubungan persaudaraan.

Mengomentari sesuatu yang terlihat berbeda adalah sifat alami manusia, misal ketika kita sedang duduk di meja makan, dimana semuanya makan daging ayam dan nasi, tapi ada 1 orang yang cuma makan daun kemangi, dia pasti ditanyain. "Kenapa lu ga makan daging?". tentunya ga mungkin dalam  contoh daun kemangi ini si pemakan kemangi akan membacok yg nanya seperti percakapan diatas.

Sama seperti pertanyaan 'Kapan Nikah', pertanyaan kapan nikah umumnya muncul ketika melihat seseorang yang belum menikah berada ditengah-tengah orang yang sudah berkeluarga. Gue contohnya (paling enak pake contoh diri sendiri), ketika keluarga besar berkumpul, ada Pakde, budhe, paman, bibi, sepupu, dsb. gue adalah satu-satunya bujang di keluarga besar gue. karena semua cucu dari kakek-kakek kami cuma gue yang masih single. tentunya gue pasti jadi sasaran pertanyaan itu, "Kapan nyusul?", "Kapan nikah?", "Udah punya calon belum?", dsb. pertanyaan template yang setiap tahun sering diulang-ulang. rasanya kalau belum nanya begitu mulut mereka berasa ada yang kurang.

Paman gue : "Hmm... opor ayamnya enak nih"

Gue : "ini saya ikut bantu bikin lho paman"

Paman : "Hmm... tapi ada yang kurang ya?"

Gue : "Apa yang kurang? kurang asin? atau malah kemanisan?"

Paman : "O iya paman kurang tanya 'Kapan Nikah?" "

Di kasus lain :

Gue : "Ada yang ketinggalan Pak dhe?"

Pak Dhe : "Ga ada sih, semuanya udah masuk tas... coba saya inget-inget dulu, kayaknya ada yang kurang..."

Gue : "Kunci? dompet? surat-surat? sempak?"

Pak Dhe : "Oh... iya pak dhe ingat, Pak Dhe lupa tanya 'Kapan NIkah?' "

Gitu deh, kayaknya kalau belum tanya begitu belum afdol, seperti sudah rutinitas. Dulu awal-awalnya waktu gue resmi jadi bujang terakhir dalam keluarga besar, gue emang agak baperan. kalau ada yang tanya begitu dalam hati dah nyumpah-nyumpahin. karena jujur aja memang ketika melihat semua saudara maupun sepupu sudah menikah dan punya anak, gue jadi lebih sensitif kalau lihat undangan pernikahan. gue juga malah jadi takut dateng ke kondangan karena takut bakal ditanyain begituan. 

Lama-lama, berjalannya waktu gue jadi kebal dengan pertanyaan-pertanyaan itu karena saking seringnya ditanyain begituan... kalau ditanyain begitu paling gue cuma jawab "Hilalnya belum kelihatan". Mungkin karena sudah menjadi rutinitas dan gue juga dah kebal kadang, kalau belum ditanyain begitu malah gue ngerasa ada yang kurang.

Paman : "Opornya enak..."

GUe : "Ada yang kurang gak paman?"

Paman : "Enggak kok, pas rasanya..."

Gue : "Kurang nanya 'Kapan Nikah?' "

atau kalau lagi kumpulan keluarga, disaat keponakan-keponakan pada menyerbu paman, bibi, pakde, dan budhe gue untuk minta THR. gue juga ikut ngantri, bukan karena ingin minta THR, tapi karena pengin ditanyain kapan Nikah.

Gue takutnya kalau gue kebal dengan pertanyaan kapan nikah, malah bikin gue benar-benar males untuk mikir nikah. liat undangan dah ga baper, liat undangan nikahan dan undangan RTan dah ga ada bedanya. Jadi buat kalian yang sudah berkeluarga, stop tanya 'Kapan Nikah'. kalau pelakunya sudah kebal dengan pertanyaan itu, malah jadi ga nikah-nikah... anda semua harus bertanggung jawab dengan meningkatnya angka bujangan di negeri ini.

Tapi disamping itu semua, orang yang bertanya 'Kapan Nikah' itu tanda bahwa orang itu peduli, walapun ada juga yang nanya begitu cuma niat mengejek, ada yang memang ketika bertanya 'Kapan Nikah' itu sebenarnya kalau ada subtitle nya bakal ada tulisan 'Gue udah, lu kapan?' , 'anak gue udah nikah, lu kapan?'... 

Tapi bagi orang yang benar-benar tanya karena peduli dia akan memotivasi dan bahkan akan mencalonkan seseorang untuk kita. kalau yang seperti ini gue cukup respect... tapi memotivasinya bukan berarti malah jad bahan promosi.

A : "Kapan nikah? sendiri mulu"

Gue : "Iya nih belum nemu calonnya"

A : "sepertinya penyebab kau masih sendiri karena wajahmu tampak kusam, gue punya produk sebuah masker yang terbuat dari daun melinjo amazon yang diproses dengan alat-alat purbakala, sangat baik untuk wajah, kemarin saja ada gorila pake masker ini, langsung dikejar-kejar lutung..."

Gue : "Eh? makasih, sepertinya bukan gitu, kayaknya karena belum pantes secara finansial aja"

A : "nah, produk ini juga menawarkan sistim penjualan dengan sistim iluminasi... kalau kamu mendaftar, kamu akan mendapatkan marketing kit, dan kalau bisa mencari member 3 orang, anda berpeluang untuk mendapatkan mobil ferrari walau cuma gambarnya doang..."

Motivasi macam ini yang ga bagus, bukannya dihibur malah dijadikan mangsa.

atau juga kadang ada yang nawarin...

A : "Bro, mau ga gue kenalin sama cewek kenalan gue"

Gue : "Cewek? kayak gimana?"

A : "(Nunjukin foto)"

Gue : "Bro, gue nyari calon istri bukan orang tua tiri... ibu-ibu begitu lu tawarin"

A : "Ga mau nih? oke gue cariin yang mudaan dikit... hmmm.... ini gimana?"

Gue : "Eh... upil penyu..!! gue nyari calon istri bukan mau ngadopsi anak-anak, lu kira gue pedopil?"

Kesimpulan gue disini adalah jangan sembarangan menanyakan sesuatu yang sekiranya membuat tidak hati, kalian pasti akan ngomong 'Kan untuk sekedar basa-basi bro...' , basa-basi itu bisa pakai pertanyaan lainnya kali... ga mesti tanya kapan nikah. mungkin bisa ngomongin peluang bisnis lontong opor dipinggiran sungai amazon, atau membicarakan pembangkit listrik tenaga bacotan netijen atau lainnya, banyak kok yang bisa dipakai untuk basa-basi.

Kalau gue pribadi sih untuk sekarang udah cukup kebal, tapi kalau ada orang yang ga ada angin ga ada hujan tau-tau tanya kapan nikah, ya bakal gue gaplok, kurang kerjaan amat tanya-tanya begituan.

Rezeki, Jodoh, dan Mati itu rahasia Tuhan Yang Maha Esa. bukan urusan kalian... kalau kalian mau nanya yaa... tanya Sama Tuhan langsung, jangan tanya pada kami. atau mungkin kalian mau kami hantarkan kehadirat Tuhan untuk tanya langsung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun