Saat kita berdiri di sebuah pantai, kita biasanya bermain air dan pasir, merasakannya di sela-sela jari kaki kita. Kita pun merasakan tiupan angin yang menerpa muka kita. Terasa sangat menyegarkan, bukan? Sambil berduduk santai, kita pun melihat daun kelapa yang melambai tinggi tertiup angin. Sepintas, terlihat seperti Indonesia memiliki angin yang sangat kuat.
Namun, ternyata di kalangan ahli-ahli energi terbarukan, Indonesia sering dianggap remeh karena memiliki angin yang relatif lemah dibanding negara-negara lainnya lho! Terutama jika dibandingkan dengan negara-negara yang terletak jauh di utara dan di selatan, seperti Australia, RRT, dan negara-negara di benua Eropa.
Secara skala besar, memang Indonesia yang terletak dekat dengan garis khatulistiwa memiliki sumber energi angin yang minim. Ini terjadi karena pertemuan angin pasat dari utara dan selatan yang berkurang di garis tropis.
Namun, apakah ini membuat Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (disingkat menjadi PLTB -- ingat, PLTA itu pembangkit listrik tenaga air ya, bukan angin!) di Indonesia menjadi tidak mungkin dibangun? Padahal, di artikel sebelumnya disebutkan bahwa sudah ada proyek PLTB yang sedang berjalan yaitu PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan. Jika begitu, apakah yang membuat energi angin menarik di Indonesia? Bagaimana sebenarnya cara menghasilkan listrik menggunakan angin?
Cara Kerja Teknologi PLTB Modern
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) umumnya menggunakan turbin angin yang cukup besar dengan tiga baling-baling yang berputar karena tertiup angin. Teknologi yang sudah dikembangkan untuk membangkitkan listrik dari awal abad 20-an ini sudah dapat dikategorikan cukup matang, terutama dibanding dengan sumber-sumber energi terbarukan lainnya, seperti panel fotovoltaik yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya, tenaga laut, dan biogas. Mari kita lihat gambar untuk lebih mengerti komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam sebuah turbin angin.
Angin yang bertiup akan menggerakan baling-baling, yang kemudian akan memutar gearbox. Gearboxini yang kemudian akan memutar generator dan akhirnya menghasilkan listrik. Meski terlihat cukup sederhana dan straightforward, teknologi turbin angin ini terus disempurnakan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur turbin angin seperti Vestas, Siemens-Gamesa, Goldwind, dan lain-lain agar lebih efisien mengkonversikan tenaga angin ke tenaga listrik.
Potensi Sumber Energi Angin di Indonesia
Jika melihat cara kerja turbin angin seperti pada animasi diatas, dapat kita bayangkan bahwa dibutuhkan angin yang kuat dan kencang untuk menggerakan turbin tersebut. Lantas, jika memang angin di Indonesia tidak cukup kencang, kenapa masih ada proyek PLTB yang tetap berjalan, dan kenapa masih ada investor yang tetap mengevaluasi potensi PLTB di Indonesia?
Walau secara umum memang tidak terlalu kuat, namun banyak lokasi-lokasi spesifik yang menyebabkan percepatan angin secara lokal, misalnya penyempitan bukit-bukit dan pegunungan, yang membuat peluang PLTB tetap terbuka. Kemudian, negara kita yang merupakan sebuah negara kepulauan ini juga mendapatkan akses terhadap siklus angin darat dan angin laut yang cukup signifikan dibanding negara-negara lain.