Konflik bisa terjadi dimana saja dan kapan saja serta tidak memandang siapa saja. Hampir semua orang pasti pernah mengalaminya. Tidak ada yang menginginkan adanya sebuah konflik akan tetapi dalam kehidupan seringkali kita sulit menghindarinya. Hal ini juga timbul akibat kita berinteraksi sosial dengan orang lain. Kebanyakan konflik terjadi akibat dari permasalahan yang sepele akan tetapi ketika kita dan lawan bicara kita tidak satu pemikiran dan tidak ada yang mau mengalah konflik bisa menjadi sebuah yang besar. Hal ini terjadi karena di timbulkan akibat sifat manusia yang egois.
Apa Pengertian Konflik?
Sebenarnya banyak definisi tentang konflik itu sendiri, tergantung bagaimana kita melihat dan mengartikannya. Akan tetapi ada satu inti yang bisa kita tarik dari banyaknya definisi yaitu, konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketikdakcocokan atau perbedaan dalam tujuan, nilai, budaya dan status masing masing orang. Jika konflik terjadi antara dua orang atau bahkan lebih hal ini disebut dengan konflik organisasi.
Negosiasi dapat menyelesaikan konflik?
Konflik akan segera terselesaikan jika salah satu pihak ada yang ingin mengalah, jika tidak ada satupun? Keadaaan akan semakin runyam dan memanas. Akan tetapi tindakan mengalah pun bukan cara yang terbaik untuk menyelesaikan konflik, karena mereka pasti tidak akan merasa puas dan bisa saja merasa dirugikan. Maka dari itu, kita butuh penengah yang bisa memahami dari sudut pihak manapun dan memikirkan jalan tengahnya agar sebisa mungkin menguntungkan berbagai pihak. Walau kita tahu bahwa sebuah keputusan tidak selalu bisa memuaskan berbagai pihak.
Tindakan yang bisa dilakukan oleh seorang penengah atau pihak yang sedang terkena konflik bisa dengan cara negosiasi. Apa itu negosiasi? Negosiasi itu sendiri sebuah metode yang yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah yang kemudian memperoleh sebuah kesepakatan bersama.
Tetapi justru disaat negoisasi itulah bisa timbul adanya konflik. Pasti kalian bingung, bukan? Konflik bisa diselesaikan dengan cara negosiasi akan tetapi disaat yang bersamaan justru pada saat negosiasi itulah rentan muncul adanya konflik atau bahkan bisa menjadi sebuah pemicu. Hal ini seperti sebuah paradoks.
Konflik di dalam NegosiasiÂ
Kalian pasti bertanya-tanya, mengapa negosiasi justru menjadi salah satu penyebab konflik? Menurut Jakman (2005) penyebab konflik disaat negosiasi berlangsung yaitu,
Pertama, ketika salah satu pihak menolak atau tidak terima dengan keputusan yang ada. Maka dari itu sebisa mungkin keputusan yang ada bersifat adil dan merupakan hasil yang terbaik untuk semua pihak.
Kedua, ketika mereka lebih fokus kepada orang dan posisi daripada masalah yang ada. Misal konflik terjadi diantara seorang bawahan dengan atasan, kemudian mereka lebih condong ke arah atasan dan hasil pun menjadi lebih berat sebelah. Mereka lebih melihat posisi atasan yang lebih tinggi daripada posisi bawahan tersebut sehingga mereka menghiraukan permasalahan yang terjadi.
Ketiga, adanya niatan tersembunyi atau saling meragukan satu sama lain. Ketika kita tidak menaruh kepercayaan penuh satu sama lain saat berlangsungnya negosiasi maka negosiasi juga tidak akan berhasil dan negosiasi yang dilakukan hanya akan sia sia.
Keempat, adanya perilaku manipulasi dan agresif salah satu pihak. Jika diantara salah satu pihak ada yang sengaja memanipulasi atau bertindak agresif maka negosiasi hanya akan semakin runyam dan bisa merugikan salah satu pihak lainnya.
Kelima, keinginan untuk menang tanpa mempedulikan situasi dan resiko yang ada. Hal ini terjadi ketika salah satu diantara mereka memiliki ego yang tinggi.
Keenam, menargetkan sasaran yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
Ketujuh, tidak bersedia meluangkan waktu dan tidak menghargai pihak lawan. Sikap menghargai dan menghormati sangat dibutuhkan saat negosiasi berlangsung. Disaat seperti ini kita harus bersikap kooperatif,tidak ada yang diistimewakan, kedudukan semua orang sama.
Kedepalan, kurang jelasnya peran dan otoritas masing-masing pihak.
Kesembilan, dasar pengambilan keputusan tidak jelas. Dalam mengambil keputusan juga harus ada alasan dan dasar yang kuat. Mengapa bisa seperti ini? Mengapa sebaiknya begini? Apa alasannya?. Agar berbagai pihak bisa menerima dengan baik.
Setelah kita mengetahui faktor-faktor penyebab konflik di saat terjadinya negosiasi, kemudian kalian bertanya-tanya, bagaimana kita harus bersikap? Bagaimana cara untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya konflik di dalam negoisasi?
Cara meminimalisir konflik di dalam negosisasi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentang faktor penyebab konflik di saat negosiasi berlangsung, maka wajar jika hal itu akan menimbulkan berbagai macam reaksi negatif.
Seperti amarah dan sikap permusuhan terhadap lawan. Jika sudah seperti ini tentu saja akan menyulitkan berbagai pihak. Maka dari itu, kita harus menjaga jarak dan jangan libatkan emosi. Berikanlah kesempatan kepada lawan untuk mengungkapkan semua pikiran dan perasaanya, kemudian kita tinggal dengarkan baik-baik. Jangan meremehkan dan jangan membalas dengan amarah, , sebisa mungkin selesaikan permasalahan dengan kepala dingin.
Selain amarah dan perlawanan, reaksi yang timbul adalah sebuah kritik. Kritik berarti bentuk tanda ketidaksetujuan, akan tetapi harus disampaikan dengan cara yang konsttruktif agar bisa menjaga suasana tetap nyaman dan kondusif. Jika ingin memberikan kritik pastikan kita memilih timing yang tepat dan jelaskan secara gamblang penyebab ketidaksetujuan tapi tetap jangan menyalahkan atau menghakimi, jelaskan dampak positif atau negatifnya, kemudian akhiri dengan perkataan yang positif dan kemudian memberikan saran bagaimana baiknya.
Maka dari itu saat kita terlibat dalam konflik, sebagai pihak yang  terlibat langsung maupun sebagai seorang penengah harus pintar menahan diri seprerti mengatur emosi, menurunkan ego dan berfikir jernih. Karena selesainya konflik tergantung dari pribadi masing-masing yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H