Mohon tunggu...
Cahyatih Kumandang
Cahyatih Kumandang Mohon Tunggu... Lainnya - www.kompasiana.com/cahyatihcaycay

Belajar dan terus belajar, berbagi ilmu dan pengalaman dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kesiapan Jakarta Menghadapi Banjir di Masa Pandemi

3 Februari 2021   13:30 Diperbarui: 3 Februari 2021   13:40 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2021, untuk itu warga dan semua pihak yang terkait diminta waspada dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam rangka memitigasi berbagai risiko.

BMKG juga mengingatkan warga agar mewaspadai cuaca ekstrem yang akan sangat berpotensi menimbulkan dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor. Hujan lebat disertai kilat dan gelombang tinggi yang membahayakan penerbangan dan pelayaran juga sangat berpotensi terjadi.

Melalui berbagai dinas yang terkait, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah melakukan mitigasi bencana guna mempersiapkan diri menghadapi banjir. Masih teringat jelas banjir besar di awal tahun 2020 lalu yang menenggelamkan hampir seluruh wilayah Jakarta, bahkan daerah yang sebelumnya bebas banjir turut terendam pada saat itu.  Daerah kami tinggal yang selama beberapa tahun terakhir sudah bebas banjir tiba-tiba tenggelam sampai beberapa hari dan lebih parahnya banjir ini terjadi sampai empat kali. Saat banjir sudah surut dan warga sudah bersih-bersih tiba-tiba banjir datang lagi.

Saat itu, tembok sungai yang melintasi wilayah kami sedang direnovasi dan material berupa batu kali yang besar-besar ditumpuk di dalam sungai dan sebagian areal sungai juga dibendung. Entah apa yang dipikirkan oleh pihak terkait saat itu dan bagaimana mekanisme pelaksanaan proyeknya sehingga renovasi tembok sungai yang sebetulnya masih dalam kondisi baik mulai dilaksanakan pada akhir Oktober 2019 di saat musim penghujan tiba. Pada saat puncak musim hujan di bulan Januari proyek tersebut masih belum selesai sehingga menambah parah dampak banjir yang terjadi di wilayah kami. Air dan lumpur memasuki rumah warga dan banjirnya tidak kunjung surut. Anehnya saat itu tidak ada tindakan apa pun dari pihak terkait untuk segera membersihkan aliran sungai dari batu-batu besar tersebut ataupun membongkar bendungan di dalam sungai agar banjir cepat surut.

Harapan warga di tahun 2021 ini banjir tahun lalu tidak kembali melanda wilayah kami. Masih belum hilang dari ingatan kami semua lelahnya membersihkan rumah dari lumpur, belum lagi biaya yang harus kami keluarkan untuk memperbaiki peralatan rumah tangga yang sebagian rusak akibat terendam banjir, seperti kulkas, kompor, lemari, dan lain sebagainya.

Kesiapan

Dikutip dari Antara, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta melakukan sejumlah langkah antisipatif terjadinya bencana saat musim hujan ini. Setidaknya ada lima upaya yang telah dilakukan oleh SDA DKI Jakarta, yakni gerebek lumpur, pengelolaan air hujan (drainase vertikal), pemeliharaan pompa, penanganan banjir rob melalui NCICD, dan pengelolaan sistem polder sebagaimana dinyatakan oleh Sekertaris SDA DKI Jakarta, Dudi Gardesi.

Gerebek lumpur merupakan kegiatan mengeruk atau menguras sungai dan waduk agar kapasitas daya tampung saluran air bisa lebih maksimal. Namun, sayangnya sampai saat ini kegiatan gerebek lumpur ini belum terlihat di wilayah kami. Berbeda dengan era pemerintahan sebelumnya di mana “pasukan orange” selalu siaga di sepanjang aliran sungai di sepanjang musim penghujan. Pada era sekarang ini “pasukan oranye” tidak lagi ada yang siaga di sepanjang sungai. Sebenarnya, kami berharap agar “pasukan oranye” yang sangat berjasa menjaga wilayah kami dari banjir ini dapat kembali membantu kami untuk menjaga sungai dan mengurangi kemungkinan terjadinya banjir.

Panduan

Menurut Antara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengeluarkan buku panduan kesiapsiagaan menghadapi banjir bagi masyarakat sebanyak 33.311 buku dan dibagikan kepada para pengurus RT/RW. Buku panduan ini juga dapat diunduh langsung oleh siapa pun yang membutuhkannya.

Buku panduan tersebut berisi penjelasan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, mulai dari sebelum banjir terjadi, saat banjir, saat berada di lokasi pengungsian, sampai setelah banjir telah surut. Harapannya agar masyarakat dapat lebih siap. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah buku panduan banjir ini telah tersosialisasikan secara baik kepada seluruh lapisan masyarakat? Terus terang saya baru mengetahui keberadaan buku ini kemarin. Menurut saya seharusnya buku ini dapat lebih disosialisasikan kepada seluruh masyarakat tidak hanya para pengurus RT/RW saja.

BPBD dapat memanfaatkan berbagai platform sosial media yang ada, termasuk menggunakan para influencer dan acara di TV yang memiliki banyak penonton sehingga gaungnya lebih terdengar dan masyarakat bisa lebih teredukasi dengan baik.

Mitigasi Penyebaran COVID-19

Saat ini, angka penyebaran COVID-19 sedang tinggi sehingga perlu dilakukan mitigasi agar apabila terjadi banjir tidak serta merta menimbulkan cluster banjir karena warga mengabaikan Protokol Kesehatan (Prokes). Hal ini sudah diantisipasi oleh Pemprov DKI Jakarta dengan menyiapkan prosedur bagi para pengungsi banjir yang akan masuk ke posko pengungsian.

BPBD DKI Jakarta akan melakukan tes rapid antigen bagi warga korban banjir yang akan masuk ke posko pengungsian. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari Prokes untuk mencegah penyebaran COVID-19. Jika ada warga yang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 maka akan langsung ditangani oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pemprov DKI memastikan bahwa prosedur ini sudah siap untuk dilaksanakan apabila banjir benar-benar terjadi.

Posko pengungsian akan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu tenda pengungsi umum, tenda kelompok rentan (ibu hamil, anak-anak, dan lansia), dan tenda kontak erat atau suspek COVID-19. Warga juga diminta untuk tetap menjaga jarak saat di posko pengungsian. Diharapkan dengan pengaturan seperti itu dan ketaatan warga untuk mematuhi Prokes akan menjaga para pengungsi tetap sehat selama mengungsi.

Pemerintah sudah mempersiapkan langkah yang konkret untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan timbulnya “cluster banjir” jika banjir benar terjadi. Namun, efektivitas dan berhasil tidaknya sangat tergantung pada kepatuhan warga, khususnya para pengungsi di tempat pengungsian nanti. Jujur saja kadang saya sangat miris melihat banyak warga yang masih mengabaikan Prokes, seolah tidak peduli bahwa COVID-19 siap menerkam siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Semoga warga dan semua pihak tetap menaati Prokes demi kesehatan dan keselamatan bersama.

Semoga dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dan dukungan dari seluruh warga DKI Jakarta, tahun ini bencana banjir dapat dicegah. Kalau pun banjir tetap terjadi, seluruh warga diharapkan tetap menjalankan Prokes dengan baik sehingga tidak tertimpa masalah dua kali, sudah banjir, kena COVID-19 pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun