Mohon tunggu...
Hayca Duta
Hayca Duta Mohon Tunggu... Guru - Hayca Duta itu nama pena

Masih belajar menulis. Guru yang introvert. Tetapi selalu memotivasi siswa dengan keterbatasan introvertnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Sih, tapi Kok Banyak Aturan?

4 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 4 Agustus 2022   07:04 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang siswa berkata, bahwa kurikulum selalu berganti beriringan dengan pergantian pemerintahan. Presiden berganti, tidak berapa lama Menteri pendidikan pun berganti, alhasil tidak ada satupun tujuan kurikulum tercapai. 

Mungkin praktiknya memang terkesan tidak konsisten, akan tetapi tujuan pendidikan nasional selalu sama, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ya, memang tujuan utamanya adalah 'Mencerdaskan Kehidupan Bangsa'.

Apakah sudah tercapai? Tentu saja akan ada opini bahwa tujuan belum tercapai dan ada juga yang beropini kalau tujuan pendidikan sudah tercapai. Bagaimana dengan pendapat pak guru yang sedang menulis esai ini? Saya akan mengatakan keduanya.

Bangsa ini berdiri karena para pendiri bangsa yang terdidik dan sarat dengan asupan pendidikan yang sangat dibutuhkan dalam perjuangan bangsa untuk menggapai kemerdekaan. 

Nah, apakah pendidikannya dengan menggunakan kurikulum pada saat itu berhasil? Ya, karena outputnya berhasil menjadi tokoh yang sangat penting bagi bangsa ini. Lho, bukannya itu peran individu dan bukan kurikulum? 

Zaman kemerdekaan kan belum ada kurikulum nasional, adanya kurikulum kolonial, dan sebut saja kurikulum lokal, seperti pondok pesantren dan Lembaga pendidikan lainnya yang sifatnya lokal. 

Mereka semua berhasil, kurikulum sejak kemerdekaan pun selalu melahirkan para tokoh besar yang memberikan pengaruh pada bangsa. Sebut saja B.J. Habibie, seorang jenius asli Indonesia yang menjadi ahli dan diakui dunia. 

Kembali pada masa kini, banyak yang memenangkan medali emas di bidang pendidikan meskipun minim pemberitaan, tentu saja kalah dengan berita yang viral.

Tahun 2020 menjadi awal perkenalan kurikulum merdeka, dan banyak yang beranggapan bahwa kurikulum ini 'memerdekaan guru dan siswa' atau bebas mengaktualisasikan ide dan gagasan pembelajaran. 

Apakah demikian? Ya, memang pada dasarnya ada kebebasan dalam pembelajaran yang dilakukan, namun jangan salah, ada rambu yang perlu diperhatikan dan perlunya memunculkan indikator penting dalam pembelajaran. 

Pasti ada yang tidak setuju dengan istilah bebas disini. Tidak masalah jika tidak setuju, toh negara kita kan negara yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat.

Pertama, guru bebas membuat model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan karakter siswa, oleh karenanya terdapat 'rambu' penting guru perlu membuat modul ajar sesuai dengan sistematika penulisan modul yang sudah diberikan oleh pemerintah, namun sekali lagi, kontennya disesuaikan sesuai dengan kondisi lingkungan dan karakter peserta didik.

Kedua, bebas melakukan kegiatan pembelajaran berbasis project pada siswa, namun tentu saja perlu adanya rambu yang  diberikan pemerintah agar tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai dan 'kembali mengingatkan guru terhadap tujuannya'. Rambu yang dimaksud adalah tema project yang perlu diangkat oleh guru dalam membimbing siswa guna tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Ketiga, bebas memberikan konten pembelajaran yang sekiranya dapat bermanfaat untuk kehidupan peserta didik kedepannya. Poin ketiga ini memiliki rambu berupa Capaian Pembelajaran (CP) yang sudah ditentukan oleh pemerintah. 

CP ini merupakan tujuan akhir dalam pembelajaran agar peserta didik dapat memahami konten esensial sesuai CP yang dimaksud. Guru memiliki kebebasan untuk memberikan konten pembelajaran yang mencakup esensi dalam Capaian Pembelajaran. Sehingga setiap guru yang mengampu mata pelajaran serupa memungkinkan membuat konten pembelajaran yang berbeda dalam modul ajarnya.

Jadi, intinya kurikulum merdeka, tetap bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kesuksesan suatu sistem pendidikan tidak mutlak dari kurikulumnya, namun dari niat kita sebagai pendidik untuk mewujudkan terciptanya kecerdasan untuk generasi penerus bangsa. 

Kurikulum hanyalah pakem yang mengingatkan kita apa yang perlu dilakukan sebagai pendidik, karena perubahan perilaku peserta didik seiring dengan berkembangnya zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun