Gottfried Wilhelm von Leibnitz (1646 – 1716).
- Berasal dari Jerman. Tradisi filsafat Jerman sifatnya memandang proses mental secara lebih aktif. Body and soul tidak dipandang sebagai dualism, tetapi lebih dipandang sebagai aspek yang integratif dari aktivitas manusia. Mind memiliki unsur inherent yang dinamis, yang memungkinkannya berperan aktif terhadap lingkungan.
- Pandangan yang lebih aktif ini tidak lepas dari konteks politis Jerman pada masa itu yang lebih bergejolak dibandingkan Inggris, dimana masih terjadi konflik antar agama yang disertai juga dengan konflik regional (Perang 30 tahun).
- Leibnitz : “ Nothing is in the intellect that has not been in the senses, except the intellect itself”. Mind memiliki prinsip dan kategorinnya sendiri yang sifatnya innate dan esensial untuk pemahaman. Idea sifatnya innate, maka proses berpikir adalah proses yang terjadi tanpa henti , ada dimensi sadar dan tidak sadarnya.
- Konsep monad sebagai energi pendorong pada setiap makhluk. Yang juga akan menentukan keunikan individu. Pada manusia, monad ini adalah mind.
2. B. Usaha untuk menjadikan pengetahuan mengenai manusia menjadi empiris:
menguatkan warna ‘natural science’ dari studi mengenai manusia. Pandangan seperti ini dipegang oleh aliran empiricism.
Pandangan utamanya :
- Pengetahuan berasal dari pengalaman. Tidak mengakui adanya pengetahuan yang sifatnya bawaan. Diwakili oleh pandangan Locke tentang tabula rasa – manusia lahir bersih seperti tabula rasa dan pembentukannya tergantung banyaknya isi tabula rasa tsb.
- Pengalaman bersumber pada pengolahan manusia, mulai dari pengolahan yang sederhana seperti sensasi (Locke), persepsi sebagai satu-satunya proses pengolahan (Berkeley) hingga yang lebih kompleks dan mendalam seperti refleksi.
- Pengetahuan yang diperoleh dari pengolahan sederhana juga lebih sederhana namun lebih obyektif daripada pengetahuan yang diperoleh melalui proses mendalam. Penyebabnya adalah semakin sederhana, semakin sedikit melibatkan unsur subyektifitas manusia.
- Mulai memikirkan tentang hukum-hukum asosiasi, misalnya contiguity dan similarity (Locke,Berkeley, Hume) dan cause-effect (Hume).
- Mind diakui keberadaannya namun berbeda dari satu orang ke orang lain, karena isinya ditentukan oleh pengalaman org tsb.
- Perbedaan intensitas dalam obyektifitas, mulai dari pandangan yang hanya mengakui keberadaan dunia riil (Locke) hingga yang lebih subyektif (Berkeley dengan pandangan Tuhan sebagai sumber data dan Hume dengan penekanan pada manusia).
- Sumbangan utama pada psikologi : pengakuan adanya natural world and realistic world sehingga pengujian empiris menjadi penting, pengakuan pentingnya unsur pengalaman/lingkungan.
Tokoh-tokoh
Warna rasional dan empiris sangat kuat mewarnai pemikiran tokoh-tokoh empiris:
Thomas Hobbes (1588 – 1679)
- Filsuf ini berasal dari Inggris. Pada masanya Inggris sedang mengalami titik puncak di bidang politik dan ekonomi, muncul sebagai kekuatan nasionalis dominan di Eropa dan menguasai dunia dengan kolonisasinya. Oleh karena itu pemikiran tentang politik berkembang subur di Inggris.
- Seorang empiris sejati, menyatakan bahwa segala yang eksis dapat diamati, konsep matter and motion.
- Mind membentuk knowledge melalui asosiasi.. Sensasi yang dirasakan melalui pengalaman manusia diasosiasikan dan membentuk pengetahuan.
John Locke (1632-1704).
- Berasal dari negara dan konteks sosial yg sama dengan Hobbes. Juga seorang empiris yang cukup berpengaruh pada jamannya. Sebagai seorang filsuf ia juga terlibat secara aktif dalam politik.
- Hubungan soul-body : There is nothing in the mind that was not first in the senses. Faktor eksternal lebih kuat daripada faktor internal. Dikuatkan pula dengan teori tabula rasanya.
- Sensasi-self reflection-ideas. Meskipun pada awalnya mind dikembangkan melalui unsur badaniah, namun kualitas mind penting bagi Locke. Dua mekanisme mental yang penting : asosiasi dan self-reflection.
George Berkeley (1685 – 1753).
- Mengkritik tajam Locke, memiliki pandangan yang bertentangan dengan Locke. Seolah-olah realitas muncul dari konteks badaniah. Menurut Berkeley realitas muncul dari persepsi kita yang didorong oleh prinsip asosiasi. Jadi mind mendominasi body (seperti Descartes).
C. Asosiasionisme:
- Merupkan aliran yang berkembang dari empirism. Sumber pengetahuan masih sekitar ide dan sensasi (James Mill).
- Para ahli di bidang ini menekankan pada prinsip asosiasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan pengalaman. Jadi isi dari mind adalah pengalaman yang didapatkan melalui proses asosiasi terhadap rangsang lingkungan. Pemikiran tentang asosiasi ini terutama berkembang di Inggris dan awal bagi penekanan pada belajar dan memori.
- Penjelasan asosiasi berfokus pada penemuan hukum-hukum asosiasi, seperti law of contiguity-informasi yang muncul bersamaan secara saling sambung menyambung akan diasosiasikan menjadi satu pengetahuan (Hartley, James Mill), law of similarity- informasi yang sama akan dikaitkan, law of intensity-adanya kombinasi dari elemen dasar yang membentuk sesuatu yang berbeda dari masing=masing elemennya (John S. Mills) . Pada intinya, penginderaan dan feelings dapat membentuk satu keterkaitan dan masuk bersama ke dalam mind sebagai satu pengetahuan, sehingga apabila salah satu muncul yang lain akan ikut dimunculkan (Bain)
- Inisiatif untuk menjelaskan proses asosiasi melalui proses fisiologis, penggambaran proses neurologis otak dan refleks syaraf, menjadi pelopor untuk physiological psychology (cth. Hartley, Bain).
Usaha Menerangkan Psikologi secara Ilmiah Semu.
Ada masanya juga psikologi dicoba untuk dijelaskan melalui beberapa ilmu yang berkembang tanpa metode yang betul-betul ilmiah. Ilmu –ilmu ini dikenal sebagai ilmu semu, seperti phrenologi, phisiognomi, dan mesmerisme. Gejala yang sampai sekarang terasa pada munculnya ‘parapsikologi’.