Mohon tunggu...
Cahyanikumalasari_PGSD
Cahyanikumalasari_PGSD Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Saya mahasiswa semester 5 Universitas Negeri Semarang jurusan PGSD.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar

26 November 2024   10:01 Diperbarui: 27 November 2024   08:00 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cahyani Kumalasari,Dr. Eka Titi Andaryani, S. Pd.,M Pd.2

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

cahyanikumalasari@students.unnes.ac.id 1,

ekatitiandaryani@mail.unnes.ac.id 2,

Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar: Fondasi Kreativitas, Karakter, dan Apresiasi Budaya

Abstrak
Pembelajaran seni di sekolah dasar merupakan elemen penting dalam pendidikan, karena dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Seni menjadi media untuk menumbuhkan kreativitas, memperkuat karakter, meningkatkan kemampuan sosial, dan menanamkan penghargaan terhadap budaya lokal maupun global. Artikel ini membahas peran penting seni dalam pendidikan dasar, pendekatan yang relevan, tantangan yang dihadapi, serta strategi inovatif untuk mengoptimalkan pembelajaran seni, dengan merujuk pada literatur, jurnal, dan kebijakan terbaru.

Pendahuluan

Pendidikan seni sering kali dianggap sebagai pelengkap dalam kurikulum, padahal perannya jauh lebih strategis dalam membangun generasi yang kreatif, adaptif, dan berpikiran terbuka. Seni tidak hanya meningkatkan keterampilan artistik, tetapi juga mendukung pembentukan karakter, pemecahan masalah, dan pengembangan kemampuan komunikasi siswa (Bertram & Pascal, 2019).

Menurut Kemendikbudristek (2021), pembelajaran seni berkontribusi pada pengembangan Profil Pelajar Pancasila, terutama pada aspek kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. Seni juga membantu siswa memahami keberagaman budaya di Indonesia sekaligus membangun rasa bangga terhadap identitas nasional.

Namun, seni sering kali diposisikan sebagai pelajaran tambahan yang kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan pelajaran inti seperti matematika dan sains. Untuk itu, diperlukan upaya serius dari guru, sekolah, dan pemerintah agar seni dapat diintegrasikan secara optimal dalam pembelajaran di sekolah dasar.

Peran Pembelajaran Seni

1. Meningkatkan Kreativitas dan Imajinasi

Pembelajaran seni memungkinkan siswa untuk berpikir kreatif dan imajinatif. Aktivitas seperti melukis, membuat patung mini, atau menciptakan cerita melalui gambar, membantu anak mengeksplorasi ide-ide unik dan solusi baru untuk masalah yang dihadapi (Malik et al., 2021). Kreativitas ini juga menjadi keterampilan esensial di era Revolusi Industri 4.0, di mana inovasi menjadi kunci keberhasilan.

2. Mengembangkan Keseimbangan Emosional

Seni memiliki peran terapeutik yang membantu anak mengekspresikan emosi mereka. Menurut Karkou et al. (2020), seni, terutama seni visual dan musik, dapat mengurangi stres, kecemasan, dan meningkatkan kesejahteraan emosional siswa. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam menyampaikan perasaan mereka secara verbal dapat menemukan medium alternatif melalui seni.

3. Memperkuat Nilai Karakter dan Keterampilan Sosial

Seni adalah alat yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi, empati, dan kerja sama. Proyek seni kelompok, seperti membuat pementasan drama atau menggelar pameran seni kecil, memungkinkan siswa belajar menghargai kontribusi orang lain dan bekerja secara harmonis. Hal ini selaras dengan pendidikan karakter yang dicanangkan oleh pemerintah melalui kurikulum Merdeka Belajar (Kemendikbudristek, 2021).

4. Menanamkan Apresiasi Budaya Lokal dan Global

Di Indonesia, seni tradisional seperti batik, tari daerah, dan gamelan memiliki nilai budaya yang tinggi. Pembelajaran seni berbasis budaya lokal dapat meningkatkan rasa cinta terhadap warisan budaya, sementara pengenalan seni global, seperti seni kontemporer atau seni digital, membuka wawasan siswa terhadap keberagaman budaya di dunia (Hidayat & Mulyani, 2020).

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Seni

1. Project-Based Learning (PJBL)

Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam proses penciptaan karya seni. Misalnya, siswa diajak membuat mural bertema lingkungan atau merancang pertunjukan seni sebagai bentuk presentasi hasil belajar. Strategi ini mendorong kolaborasi, kreativitas, dan tanggung jawab siswa (Bell, 2019).

2. Integrasi Teknologi dalam Seni

Perkembangan teknologi memberikan peluang besar bagi pembelajaran seni di era digital. Aplikasi seperti Canva, Adobe Spark, dan platform pembelajaran seni digital lainnya dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan desain grafis, ilustrasi digital, atau pembuatan animasi sederhana. Studi oleh Malik et al. (2021) menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam seni meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.

3. Pendekatan Kontekstual dan Budaya Lokal

Guru dapat memanfaatkan seni sebagai media untuk mengenalkan kearifan lokal. Contohnya, siswa diajak mempelajari proses pembuatan batik, menari tari daerah, atau membuat topeng tradisional. Pendekatan ini tidak hanya memperkenalkan seni, tetapi juga memperkuat identitas budaya siswa (Hidayat & Mulyani, 2020).

4. Integrasi Seni dengan Mata Pelajaran Lain

Seni dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih holistik. Contohnya, siswa dapat menggambar peta Indonesia dalam pelajaran IPS, membuat grafik kreatif dalam pelajaran matematika, atau menciptakan ilustrasi cerita rakyat dalam pelajaran bahasa Indonesia (Cornett, 2020).

Tantangan dan Solusi

1. Kurangnya Sumber Daya dan Fasilitas

Banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah terpencil, yang tidak memiliki fasilitas seni yang memadai. Sebagai solusi, guru dapat memanfaatkan bahan sederhana seperti kertas daur ulang, kardus, atau bahan alami seperti daun dan bambu untuk aktivitas seni.

2. Keterbatasan Kompetensi Guru

Tidak semua guru memiliki latar belakang atau pelatihan formal dalam seni. Untuk mengatasi masalah ini, Kemendikbudristek dapat memperluas program pelatihan bagi guru, seperti Guru Penggerak dan Guru Kreatif yang berfokus pada pengembangan kompetensi seni (Kemendikbudristek, 2022).

3. Kurangnya Pengakuan terhadap Seni dalam Kurikulum

Seni sering kali dianggap kurang penting dibandingkan pelajaran akademik. Untuk itu, sekolah perlu memprioritaskan seni melalui kegiatan seperti pameran seni, lomba seni, atau integrasi seni dalam proyek lintas mata pelajaran.

Kesimpulan

Pembelajaran seni di sekolah dasar adalah fondasi penting dalam membentuk siswa yang kreatif, adaptif, dan berbudi pekerti luhur. Melalui pendekatan yang inovatif dan dukungan dari semua pihak, seni dapat menjadi bagian integral dari pendidikan yang tidak hanya mendukung pembelajaran akademik, tetapi juga memperkaya karakter dan kehidupan emosional siswa.

Referensi

1.Bell, S. (2019). Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future. London: Routledge.

2.Bertram, T., & Pascal, C. (2019). Creativity in Early Childhood Education: A Critical Perspective. International Journal of Early Years Education, 27(3), 253-265.

3.Hidayat, A., & Mulyani, R. (2020). Seni Budaya Lokal sebagai Media Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 11(2), 145-156.

4.Karkou, V., Aithal, S., & Zubala, A. (2020). The Effectiveness of Arts Therapies: A Review of the Literature. Frontiers in Psychology, 11, 1-10.

5.Kemendikbudristek. (2021). Profil Pelajar Pancasila: Pilar Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kemendikbudristek.

6.Kemendikbudristek. (2022). Program Guru Penggerak: Meningkatkan Kompetensi Guru Indonesia. Jakarta: Kemendikbudristek.

7.Malik, S., Rizvi, S., & Hussain, N. (2021). Impact of Technology Integration in Art Education: A Case Study. Journal of Educational Technology, 18(4), 89-102.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun