Mohon tunggu...
Ihsan Cahyandaru
Ihsan Cahyandaru Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta

Hobi saya yaitu membaca buku terutama buku biografi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

(Opini) Bagaimana Rakyat Indonesia Memilih Pemimpin di Pemilu 2024?

8 November 2023   06:00 Diperbarui: 8 November 2023   06:15 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini dengan keterbukaan informasi, maraknya multi media dan sosial media sangat mempengaruhi bagaimana cara rakyat memilih baik memilih Calon Anggota Legislatif ataupun memilih Presiden dan Wakil Presiden. Banyak rakyat yang memilih Calon Anggota Legislatif atau lebih sering disingkat Caleg hanya karena pilihannya adalah figur publik yang populer, seorang selebriti yang sering tampak aktifitasnya di televisi atau sosial media. Sehingga metode penentuan pilihan dengan metode tersebut memiliki beberapa kelemahan, diantaranya ;

1. Rakyat atau pemilih kurang memahami Rencana Program Kerja Caleg tersebut karena hanya dihadapkan pada poster -- poster saat kampanye yang berisi foto Caleg saja, tidak disertakan program -- program jika terpilih,

2. Rakyat atau pemilih kurang mengenal kompetensi atau kemampuan calon karena calon tersebut diusung oleh partainya hanya karena sosoknya yang populer atau figur selebriti,

3. Badan Legislatif yang seharusnya berfungsi sebagai pengawas pelaksanaan pemerintahan menjadi kurang kuat karena anggotanya kurang memiliki kompetensi yang cukup.

Sedangkan untuk memilih Capres dan Cawapres 2024 rakyat Indonesia saat ini dihadapkan kepada tiga pasangan yang jika kita lihat dari hasil survei memiliki elektabilitas yang nyaris berimbang, artinya kesempatan ketiga pasang Capres dan Cawapres benar -- benar seimbang dan tidak ada yang unggul mutlak. Dan menurut penulis, kecenderungan rakyat dalam memilih Capres dan Cawapres saat ini terbagi menjadi tiga kelompok besar diantaranya ;

1. Kelompok loyalis partai besar dimana mereka akan memilih sesuai arahan partai dengan calon yang sudah ditentukan oleh partai, kelompok ini benar -- benar sangat taat dengan perintah partai

2. Kelompok loyalis figur presiden yang sejak awal pencalonan presiden sangat mendukung dan menjadi kelompok relawan ketika telah dicalonkan kembali atau bahkan lebih lama daripada itu hingga saat ini, kelompok ini bahkan bisa mengalahkan perintah partai. Dan saat ini realitasnya bahwa loyalis figur presiden ini terpecah menjadi dua, yakni antara mendukung salah satu Capres dan Cawapres arahan partai pengusung presiden atau mendukung calon lainnya yang saat ini memiliki Cawapres anak dari presiden tersebut.

3. Kelompok perubahan yang menjadi oposisi pemerintahan sebelumnya dan menginginkan perubahan didalam pelaksanaan pemerintahan kedepan, kelompok ini kurang begitu terekspos saat ini karena di media masa dan elektronik lebih banyak memberi porsi kepada dua calon lainnya yang memiliki isu lebih "menjual".

Ada kecenderungan pemilu tahun depan akan berkurangnya kelompok agama tertentu mengarahkan kepada salah satu pasangan calon karena kalau melihat dari Capres dan Cawapres saat ini memang tidak membawa isu -- isu agama didalam penyampaian gagasan mereka dalam beberapa kesempatan saat ditayangkan di televisi dan juga kondisi kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah di periode sebelumnya dianggap sudah baik.

Bagaimanapun pola penentuan rakyat terhadap Caleg, Capres dan Cawapres sebenarnya sudah menjadi pekerjaan rutin setiap lima tahunan dan rakyat sudah pasti memahami dampak terhadap bagaimana pentingnya memilih pemimpin seusia dengan kemampuan dan kapasitas calon tersebut.

Karena setiap datangnya tahun politik akan mempunyai efek yang berantai dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Para investor menunggu kebijakan yang diusung oleh Presiden terpilih terhadap pola investasi, dan ini sangat berpengaruh terhadap dunia industri, keterbukaan lapangan pekerjaan, UMR karyawan dan lain - lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun