Kadang,
saat segala angan tentangmu semakin buram, saat segenap rasa tentangmu semakin memaksa, memintaku ikhlas untuk melepaskan, dengarlah, lelaki ini juga bisa sendu, bisa menangis malu.
-- * --
Pagi baru juga kembali
pertanyaan itu, tak suah telat apalagi lenyap
setepat mentari menyaksikan pagi
Sesetia pekat menandai malam
ambisimu, mimpimu apa?
yang dalam benakmu, yang mula-mula inginmu apa?
jawabnya selalu saja sama,
lagi, itu lagi
Entahlah,
aku hanya percaya, aku tak mungkin kecewa, padanya
sesal tak ‘kan maujud
buahnya tak mungkin busuk
Tapi, hingga terik tiba samar-bayangangmu tak timbul jua,
hanya sunyi...
**
Aku harus bersabar, katanya: begitulah jalannya
Lesa-lenyai tak perlu lah kuacuhkan
Pelukan mentari tak usahlah kutakuti
Suatu nanti, pasti terlunasi
Kau temui peluh rinduku, menyekanya dengan sutera biru milikmu
Kau suguh aku dengan senyum mu, secangkir-secangkir
Merasakan manisnya hingga ke nadi, memupus segala nyeri-sunyi
Tapi, jika aku tiba di saat senja,
akankah kau masih menungguku? selalu sabar menunggu?
**
Senja, selalu adalah sirine waktu untukku.
Jangan sampai menyesal, jangan sampai terlambat lalu meratapi kehilanganmu.
Seseorang menjemputmu, membuhulkan mantra di jari manismu,
Lalu,
Cintaku terbaring di atas lampit, merayu-rintih, sembab hingga ke hati
akan begitu mudahkah dia membawamu pergi?
Tidak kah kau menungguku saja?
sebentar lagi saja...
**
Kala malam sudah sunyi seperti ini,
Saat lelaki ini menyampaikan semuanya
Kalimat yang sedari dulu harusnya kusampaikan
Surat-surat yang kutulis lalu kusembunyikan
masih bergunakah?
-- * --
Dengarlah dalam-dalam,
Aku Jatuh Hati padamu,
berulangkali ingin menyerah, berulang kali pula aku menjatuhkan diri, semakin dalam, semakin dalam
berulangkali ingin kalah, semakin aku tak peduli dengan lelah, merindumu, menuliskan salam untukmu, beribu-ribu
beribu-ribu... beribu-ribu
Baca pelan-pelan saja,
sakit yang s'lalu kuabaikan, tengking-cemooh yang tak pernah kupedulikan, semuanya sudah terlanjur,
semuanya sudah di sini
di hatiku,
kau sudah terukir begitu dalam, memahatkan rindu yang meremuk-redam
Sebentar saja kumohon sempatkan,
sebelum malam semakin larut, sebelum aku tertidur, sebelum Tuhan tak mengizinkanku terjaga lagi, bisakah kau menjawab ini:
Adakah Aku di Hatimu?
Get your own valid XHTML YouTube embed code
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H