Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Adakah Aku di Hatimu?

6 Oktober 2012   19:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang,

saat segala angan tentangmu semakin buram, saat segenap rasa tentangmu semakin memaksa, memintaku ikhlas untuk melepaskan, dengarlah, lelaki ini juga bisa sendu, bisa menangis malu.

-- * --


Pagi baru juga kembali

pertanyaan itu, tak suah telat apalagi lenyap

setepat mentari menyaksikan pagi

Sesetia pekat menandai malam


ambisimu, mimpimu apa?

yang dalam benakmu, yang mula-mula inginmu apa?


jawabnya selalu saja sama,

lagi, itu lagi

cinta.

Entahlah,

aku hanya percaya, aku tak mungkin kecewa, padanya

sesal tak ‘kan maujud

buahnya tak mungkin busuk

Tapi, hingga terik tiba samar-bayangangmu tak timbul jua,

hanya sunyi...

**


Aku harus bersabar, katanya: begitulah jalannya

Lesa-lenyai tak perlu lah kuacuhkan

Pelukan mentari tak usahlah kutakuti

Suatu nanti, pasti terlunasi

Kau temui peluh rinduku, menyekanya dengan sutera biru milikmu

Kau suguh aku dengan senyum mu, secangkir-secangkir

Merasakan manisnya hingga ke nadi, memupus segala nyeri-sunyi

Tapi, jika aku tiba di saat senja,

akankah kau masih menungguku? selalu sabar menunggu?

**


Senja, selalu adalah sirine waktu untukku.

Jangan sampai menyesal, jangan sampai terlambat lalu meratapi kehilanganmu.

Seseorang menjemputmu, membuhulkan mantra di jari manismu,

Lalu,

Cintaku terbaring di atas lampit, merayu-rintih, sembab hingga ke hati

akan begitu mudahkah dia membawamu pergi?

Tidak kah kau menungguku saja?

sebentar lagi saja...

**


Kala malam sudah sunyi seperti ini,

Saat lelaki ini menyampaikan semuanya

Kalimat yang sedari dulu harusnya kusampaikan

Surat-surat yang kutulis lalu kusembunyikan

masih bergunakah?

-- * --


Dengarlah dalam-dalam,

Aku Jatuh Hati padamu,

berulangkali ingin menyerah, berulang kali pula aku menjatuhkan diri, semakin dalam, semakin dalam

berulangkali ingin kalah, semakin aku tak peduli dengan lelah, merindumu, menuliskan salam untukmu, beribu-ribu

beribu-ribu... beribu-ribu


Baca pelan-pelan saja,

sakit yang s'lalu kuabaikan, tengking-cemooh yang tak pernah kupedulikan, semuanya sudah terlanjur,

semuanya sudah di sini

di hatiku,

kau sudah terukir begitu dalam, memahatkan rindu yang meremuk-redam


Sebentar saja kumohon sempatkan,

sebelum malam semakin larut, sebelum aku tertidur, sebelum Tuhan tak mengizinkanku terjaga lagi, bisakah kau menjawab ini:

Adakah Aku di Hatimu?

Get your own valid XHTML YouTube embed code

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun