“Kok hanya teman-teman banat* yang angkat-angkat Dik? Pada ke mana yang laki-laki?”
“Oh, belum tahu ini Mas. Belum pada datang kayaknya”. Jawabnya.
“Dah biar Mas saja yang angkat-angkat, kalian istirahat saja”. Bujukku.
“Nggak usah Mas, nggak usah repot-repot. Kami bisa kok bertiga”.
Tanpa meneruskan pembicaraan dia bergegas ke arah dua temannya, mengangkat dan memindahkan kursi-kursi lagi. Tak lama, beberapa panitia yang laki-laki datang. Meminta maaf dan langsung turut membantu. Aku juga tetap membantu angkat-angkat dan merapikan kursi-kursi untuk audiens itu. Jika yang lain sesekali menyapa dan mengajakku berkomunikasi. Baik yang laki-laki ataupun dua teman perempuanya itu, Dia, setelah memintaku untuk tidak repot-repot membantu, tak sekalipun mengajaku berbicara.
-------]©[-------
Ini adalah hari yang kutunggu-tunggu, terlebih bagi kedua orangtuaku. Hari ini aku akan resmi menjadi sarjana. Menggunakan toga, Aku terlihat gagah juga rupanya. Hush.. Jangan harap ada selendang “Cumlaude” pada togaku, itu bercanda namanya. IPK-ku memang di atas 3,5 tapi sayang umur studiku sudah menjelang kadaluwarsa.
Tak apa, aku tetap bahagia kok, apalagi orangtuaku. Kebahagiaan ini tentu akan sangat lengkap jika seseorang yang istimewa ikut hadir. Dia, seseorang yang meski selalu tak acuh denganku, aku bahkan lebih acuh dengannya daripada dengan umur studiku yang tak jadi kadaluwarsa itu.
“Selamat sob…” Hary menjabat erat tanganku, lalu memelukku. Menyusul Reza, Ahmad, Robi dan teman-teman angkatanku yang saat itu juga menggunakan toga. Ya, mereka diwisuda bersamaan denganku , hanya beda sedikit, atau malah beda banyak, aku wisuda strata 1 sedang mereka diwisuda atas kesuksesan menyelesaikan program master.
“Selamat ya Kak…” ternyata anak-anak banat* remaja masjid juga datang menyelamatiku. Tak ketinggalan junior-junior banat* di pergerakan mahasiswa juga datang. Lalu, datangkah dia? Seseorang yang istimewa itu?
Hingga acara syukuran kecil-kecilan di Rumah Makan dekat kampus, dia tak terlihat ada. Bahkan teman dekatnya, yang kutitipi undangan untuknya terlihat canggung denganku. Mungkin karena dia tak hadir, menjawab undangan wisudaku.