Mohon tunggu...
Cucu Cahyana
Cucu Cahyana Mohon Tunggu... Administrasi - Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Urang Sunda, Suka Baca, Bola, Biru...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spring #4] First Sight Part.2

29 Desember 2011   10:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Terimakasih sudah mengikuti kegiatan ini. Mudah-mudahan menjadi amal baik untuk bekal kehidupan Kakak nanti. Mari, isi biodatanya dulu Kak?” katamu santun.


Beberapa detik mata kita beradu. Pikirku, binar mata seperti milikmu ini pernah kujumpai. Bahasa dan keteduhannya begitu familiar. Nyaman sekali saat mendapatinya. Tapi, sudahlah sebelum aku yang memalingkan pandang ternyata kau sudah mendahuluinya. Kau tak mensilakanku berlama-lama menyelami keteduhan matamu itu.


"Jangan lupa mengisi nomor telpon ya Kak. Barangkali nanti ada Aksi Donor Darah berikutnya, kami bisa menghubungi Kakak". Terangmu sambil melukiskan senyum. Kukira senyum yang biasa saja, sangat biasa. Padahal sekarang, saat kuingat-ingat kejadian ini, rasanya senyummu itulah yang selalu membuatku kangen.


"Wah, nomor penting ini. Hanya orang-orang penting yang bisa dapet", kataku. "Tapi, kalau untuk Bu dokter boleh deh...". Sebenarnya ingin kukerlingkan sedikit kelopak mataku ini, menggodamu, tapi apa iya dengan orang yang belum kukenal aku harus segenit itu.


"Tapi, ada syaratnya".


"Wah, ada syaratnya segala. Memang apa syaratnya Kak?"


"Coba pinjam handphone-mu sejenak". Pintaku. Entah kenapa aku seberani itu. Padahal biasanya kalau urusan lawan jenis aku begitu kaku. Lidah dan bahasa tubuhku biasanya selalu tak bersahabat. Tapi kali ini lain, aku begitu cair dan begitu berani.


Begitupun denganmu. Tanpa sanggahan sedikitpun, kau sodorkan selulermu.


Aku ingat, saat itu di selulermu tergantung boneka Hamtaro. Sejenak kuperhatikan Hamtaro mungil itu. Warnanya putih, selaras untuk calon dokter sepertimu. Rambut panjangnya dikepang dua dan diberi pita berwarna biru. Eh, sejak kapan Hamtaro warnanya putih polos dan berpita? bukannya Hamtaro itu hamster jantan? Oh, iya salah boneka hamster milikmu itu bukan hamtaro tapi Bijou, hamster perancis kekasihnya Ham-ham alias Hamtaro. Kualihkan pandangan ke arahmu.


"Mirip-mirip dikitlah..." kataku berkomentar.


"Apanya yang mirip Kak?". Tanyamu.


Tanpa kujawab, kuketikan nomor selulerku lalu kunamai dengan....


"Sip, sudah kutulis. HAMTARO, hmhh...Ham-ham dan bijou". Cocok, pikirku. Saat itu terus terang saja tak ada maksud apa-apa. Hanya karena Bijou tergantung di selulermu,serta merta ingin kutuliskan Hamtaro sebagai namaku. Tak ada maksud lain.


Kusodorkan seluler milikmu yang masih menayangkan nomor teleponku, tertulis "Hamtaro". Kulihat kau hanya tersenyum. Kemudian, setelah kau terima lagi selulermu itu, kau meminta izin kepadaku untuk beranjak sebentar ke ruangan samping.


Kuisi kembali formulir biodata yang tadi belum kuselesaikan. Aku tak tahu biodata ini serius kuisi atau tidak. Yang jelas nomor handphone dan tandatanganlah seingatku yang serius kuisi. Persis setelah kububuhkan tanda tangan. Selulerku berbunyi: "The Day we Fall in Love", soundtrack drama korea-nya Park Shin-Hae dan Jung Yong-Hwa, "Heart String".


Ternyata si penelepon belum tertera namanya di phone book selulerku.


"Assalamualaikum, mohon maaf siapa ya?". Tak ada jawaban. Tiga kali kuucapkan kalimat yang sama tetap tak ada jawaban. Tapi tunggu dulu, sepertinya ada yang aneh. Aku seperti mendengar kalimat sapaanku begitu jernih, seperti bukan terdengar dari pesawat telepon. Insting, kuputar pandanganku ke arah meja tempat pengisian formulir. Dan,


"Nomorku Kak..." katamu sambil memperlihatkan lcd seluler dan menggoyang-goyangnya. Benar saja instingku. Penelpon tanpa nomor itu kamu.


"Tulis saja Sweet Bijou ya Kak!". Pintamu...


Ah, entahlah. Apa karena kebetulan nada deringku "The Day We Fall in Love". Kurasa hari saat pertemuan denganmu ini sangat bersejarah untukku, meski kesanmu belum tentu sama sepertiku sekarang. Dan, seperti yang kuceritakan sebelumnya, di hari pertemuan pertama kami ini ada kejadian yang membuatku ingat selalu, the embarrassing incident... hihihi... kejadian ini...


Bersambung...


Cerita sebelumnya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun