Mohon tunggu...
Cahya Adrevi
Cahya Adrevi Mohon Tunggu... Lainnya - Saya merupakan mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta, dengan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Seorang penulis yang selalu penasaran dengan isu-isu sosial, budaya, dan lingkungan, terutama yang memiliki dampak jangka panjang terhadap masyarakat. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam riset serta analisis data, saya berusaha menyampaikan informasi secara komprehensif dan berimbang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dampak Kesehatan Mental dalam Era Media Sosial: Bagaimana Kehidupan Digital Mempengaruhi Kita?

26 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 26 Oktober 2024   23:12 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital saat ini, media sosial adalah bagian penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter tidak hanya memungkinkan kita terhubung dengan teman dan keluarga, namun juga memengaruhi cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan bahkan memandang diri sendiri. Namun, ada sisi gelap dari kenyamanan ini yang terkadang diabaikan: konsekuensi psikologis yang sangat besar.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, beberapa penelitian menunjukkan bahwa interaksi online dapat menimbulkan emosi cemas, putus asa, dan kesepian. Fenomena perbandingan sosial di dunia maya seringkali membuat masyarakat merasa tidak mampu atau tidak memenuhi syarat untuk mencapai standar yang ditetapkan orang lain. Beberapa penelitian di Indonesia menemukan bahwa penggunaan media sosial dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan, kesedihan, ketergantungan, dan perasaan kesepian.

Perbandingan dan kecemasan sosial yang tidak sehat

Salah satu efek samping utama dari media sosial adalah munculnya perbandingan sosial yang tidak sehat. Berdasarkan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022, sekitar 64% pengguna media sosial di Indonesia melaporkan merasa rendah diri setelah melihat postingan teman atau selebriti. Kecenderungan ini serupa dengan “highlight reels” yang menyajikan aspek-aspek terbaik kehidupan seseorang di media sosial, yang seringkali membuat pengguna lain percaya bahwa hidupnya kurang menarik atau tidak sebaik orang lain.

Penelitian yang dilakukan Psikologi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2021 menemukan bahwa perbandingan sosial yang terus-menerus di media sosial dapat menimbulkan kecemasan, khususnya di kalangan remaja dan dewasa muda. Berdasarkan penelitian ini, lebih dari 72% remaja Indonesia mengalami kecemasan setelah melihat postingan temannya yang terkesan lebih “sukses” atau “bahagia”. Hal ini menunjukkan bahwa, alih-alih menawarkan inspirasi, media sosial sering kali membuat orang tidak bahagia dengan kehidupannya sendiri.

Pengasingan sosial dan kesendirian

Meskipun media sosial menyediakan interaksi yang cepat, koneksi yang terjalin biasanya lebih dangkal dan kurang mendalam dibandingkan yang dibuat secara langsung. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Katadata Insight Center pada tahun 2023, lebih dari 55% pengguna media sosial di Indonesia merasa kesepian meski aktif menggunakan platform digital. Survei tersebut juga menemukan bahwa sebagian besar pengguna media sosial menghabiskan lebih banyak waktu untuk berkomunikasi secara online dibandingkan secara langsung, sehingga berkontribusi terhadap perasaan pengasingan sosial dan kekosongan emosional.

Studi lain yang dilakukan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2022 menemukan bahwa isolasi sosial akibat penggunaan media sosial berkaitan dengan masalah kesehatan mental seperti depresi ringan hingga sedang di kalangan pengguna media sosial, khususnya remaja. Hal ini mirip dengan fenomena “Fear of Missing Out” (FOMO), di mana pengguna khawatir akan kehilangan informasi atau aktivitas dari rekan-rekan mereka.

Ketergantungan pada media sosial dan gangguan tidur

Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengakibatkan ketergantungan hingga menjadi kecanduan, yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik. Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2023, lebih dari 30% remaja Indonesia melaporkan kesulitan tidur akibat mengakses media sosial sebelum tidur. Paparan layar gadget yang terang secara terus-menerus akan merangsang otak dan mengganggu kualitas tidur. Hal ini berdampak negatif pada fokus, produktivitas, dan kesejahteraan emosional pengguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun