Bismillahirahmanirahim
 CAHYA MAHARANI
Sri Dewi Wahyundaru
Â
      Dilihat secara universal, yang dinamakan audit ialah suatu pemeriksaan mendetail terhadap laporan keuangan yang sebelumnya telah dihasilkan oleh suatu manajemen bisnis maupun organisasi. Tugas menyusun laporan keungan dilaksanakan oleh manajemen perusahaan, sedangkan seorang auditor bertugas memeriksa laporan keuangan yang telah dibuat pihak manajemen tersebut apakah sudah sesuai dengan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan serta sesuai dengan prosedur pelaporan di dalam PSAK ataukah belum.
      Di dalam suatu entitas, terkadang pengauditan laporan keungan sudah lebih dulu dilakukan oleh seorang auditor internal, namun untuk tujuan tertentu yang berorientasi pada kepentingan umum serta penggunaan laporan keuangan oleh investor guna keperluan investasi, membuat entitas tersebut harus mencari jasa audit independent supaya keandalan dan keabsahan informasi keuangannya dapat terjamin sesungguhnya sesuai dengan dasar pelaporan serta sesuai dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan.
      Salah satu tahap terpenting untuk menunjang pelaksanaan audit yang dilakukan oleh kantor akuntan publik adalah melalui pengujian substantif. Pengujian substantif memiliki peran penting dalam proses audit untuk menguji terkait apakah ada salah saji material pada akun-akun dalam laporan keuangan yang telah disajikan oleh pihak manajemen suatu entitas.
      Sebuah bukti audit sangat diperlukan auditor sebagai dasar dalam mengeluarkan opini terkait laporan keuangan entitas. Dengan dilakukannya pengujian subtantif akan memberikan auditor bukti untuk dapat menilai kewajaran dalam penyajian informasi terkait dengan pencatatan laporan keuangan entitas yang dinilai dari transaksinya serta saldo akunnya. Pengujian substantif harus dirancang sedemikian rupa, rancangan dari pengujian subtantif ini meliputi beberapa hal yaitu berupa waktu, sifat, luas pengujian, serta penentuan staff yang terlibat dalam proses audit untuk meminimalisir risiko deteksi audit yang kemungkinan bisa terjadi pada penyampaian informasi akuntansi.
      Pengujian subtantif bersifat merujuk terhadap keefektivitasan serta jenis prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan audit. Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima entitas satu dengan entitas lain berbeda. Ada entitas yang hanya menerima tingkat risiko deteksi rendah, namun ada pula entitas yang dapat menerima tingkat risiko deteksi tinggi. Hal ini membuat perlakuan seorang aditor terhadap pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor pun berbeda. Pada entitas yang menerima tingkat risiko detekti rendah mayoritas biaya yang dikeluarkan lebih mahal karena mengharuskan auditor untuk mencari metode yang tingkat efektivitasnya akurat. Sedangkan pada entitas yang menerima tingkat risiko deteksi tinggi biayanya cenderung lebih murah karena metodenya kurang efektif.  Langkah pertama dalam pengujian subtantif adalah melakukan prosedur awal audit dimana di dalamnya meliputi proses akuntansi.
      Proses akuntansi ini berupa bukti transaksi yang dianalisis ke dalam jurnal, kemudian diposting ke dalam buku besar serta buku pembantu hutang dan buku pembantu utang, serta hasil akhirnya adalah laporan keuangan entitas. Proses akuntansi dibuat oleh pihak manajemen entitas dari mulai bukti transaksi, sedangkan prosedur audit dilakukan secara kebalikannya. Prosedur audit awal berupa pemeriksaan dari laporan keuangan sampai dengan bukti transaksi.
      Pengujian substantif terbagi menjadi beberapa jenis yaitu prosedur analitis, pengujian atas rincian transaksi, pengujian rincian saldo, serta pengujian estimasi-estimasi akuntansi.
Prosedur Analitis
     Prosedur analitis dapat menjadi bagian paling utama dari pengujian subtantif namun dapat pula menjadi bagian pelengkap untuk mendapatkan bukti tertentu yang menjadi landasan pihak manajemen dalam menyatakan informasi akuntansi. Dalam sejumlah kasus, prosedur analitis dipandang kurang efektif jika dibandingkan pengujian riancian, akan tetapi dalam kasus lain prosedur analitis juga dipandang efektif.
     Contoh kasus prosedur analitis dipandang kurang efektif adalah misalnya pada perbandingan atas semua pembayaran bagi distributor dengan sejumlah barang yang diterimanya, dimana tentu saja akan memperlihatkan jumlah pembayaran cukup tinggi. Hal ini menjadi kurang efektif apabila menggunakan prosedur analitis dikarenakan mendeteksinya cenderung lebih sulit jika pengujian transaksinya dilakukan secara individual.
     Contoh kasus lain dimana prosedur anallitis dipandang efektif adalah, misalnya pada entitas yang berorientasi pada kepentingan publik seperti pada perusahaan listrik negara (PLN) jumlah pendapatan yang ditagih dan dikumpulkan dari ribuan pelanggan cenderung lebih kecil apabila dibandingkan dengan perusahaan yang memang berorientasi pada bisnis. Pengujian rincian atas transaksi tersebut akan sangat mahal dan memakan waktu lebih dikarenakan volume transaksinya yang besar namun pendapatan yang dikumpulkan kecil. Disisi lain wajar atau tidaknya transaksi tersebut dapat dilihat dari variabel yang dapat berdiri sendiri seperti kuantitas pelanggan.
     Tingkat harapan efektivitas dan efisiensi prosedur analitis terletak pada beberapa hal berikut;
-Sifat penyampaian informasi akuntansi
- Keakuratan harapan
- Layak atau tidaknya serta tingkat kemampuan dalam mengestimasi sebuah hubungan
- Tersajinya serta kekuatan data
     Secara umum, prosedur analitis adalah jenis pengujian yang paling murah dibandingkan dengan jenis pengujian lain. Apabila hasil dari prosedur analitis sudah sesusai dengan yang diharapkan serta resiko deteksi yang diterima pun sesuai berdasrkan rendah atau tingginya yang diharapkan, maka pengujian rincian tidak lagi diperlukan.
Pengujian Rincian
     Pemeriksaan dan penelusuran atas transaksi berhubungan erat dengan pengujian rincian. Contoh yang umumnya sering terjadi adalah sebuah rincian transaksi dapat diperiksa atau ditelusuri dari dokumen sumber berupa kwitansi maupun faktur penjualan atau pembelian ke dalam catatan jurnal pembelian ataupun penjualan. Pada pengujian rincian ini seorang auditor berfokus pada pencarian kesalahan moneter berupa kesalahan pencatatan. Dalam pengujian ini bukti transaksi digunakan auditor dalam menganalisis benar tidaknya pencatatan pendebitan atau pengkreditannya ke dalam akun-akun. Tingkat efektivitas dari pengujian rincian ini terletak pada prosedur serta arsip bukti dokumen yang digunakan. Misalnya saja bukti dokumen yang dibuat oleh pihak internal dengan bukti dokumen yang dibuat pihak eksternal, maka keandalannya lebih terjamin dokumen yang dibuat oleh pihak eksternal.
     Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengujian rincian relatif lebih mahal karena dalam prosesnya pun menyita waktu banyak untuk sebuah pemeriksaan berbagai macam transaksi. Pengujian rincian akan menjadi lebih efektik apabila difokuskan pada kesalahan potensial saja. Contohnya seperti apabila auditor akan memeriksa transaksi pembayaran upah maupun transaksi pembelian berlebih, maka auditor dapat memakai software audit yang terjamin keakuratannya untuk memeriksa transaksi tersebut.
Pengujian Rincian Terhadap Saldo
Bukti yang didapatkan dari saldo akun ialah fokus utama dari pengujian rincian ini, misalnya saja saldo pada akun kas, piutang usaha, maupun persediaan. Seorang auditor akan menghubungan kreditur maupun debitur guna mengkonfirmasi benar atau tidaknya saldo utang maupun piutang perusahaan sesuai dengan informasi yang tercatat. Efektif atau tidaknya pengujian rincian ini dapat dilihat berdasarkan bukti yang didapatkan auditor. Semakin kecil bukti yang diberikan pada auditor, maka ruang gerak auditor juga akan semakin sempit dan akan berimbas pada tingginya risiko deteksi.
Pengujian Rinci Terhadap Estimasi Akuntansi
        Secara istilah, estimasi sering diartikan sebagai perkiraan atau sesuatu yang sudah disiapkan atau dikira-kira sebelum hal dimasa depan terjadi. Dari istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa estimasi akuntansi ialah perkiraan dalam bidang akuntansi terkait tentang sebuah informasi keuangan dimana di dalamnya memuat akun-akun atau saldo terhadap proses penaksiran yang salah. Contoh dari estimasi akuntansi adalah taksiran atas cadangan kerugian piutang. Dalam laporan keuangan tercatat sejumlah besaran tertentu saldo piutang, ketika dikonfirmasi auditor kepada pihak terkait, jumlah piutangnya memang benar sejumlah itu. Namun hal tersebut tidak menjadi jaminan apakah piutang tersebut dapat tertagih ataukah tidak. Estimasi akuntansi ini menjadi tanggung jawab manajemen entitas.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat rahmat, Lubis, R. S. D. (2020). Pemeriksaan Akuntansi 1 (Auditing 1). Kencana.
Sari, R. perwita. S. H. D. R. (2019). Pemeriksaan Akuntansi dan Contoh Kasus di Indonesia. Scopindo Media Pustaka.
Hery. (2018). Modern Auditing Internal (S. E. Yatu Sumiharti (ed.); Edisi ketujuh. PT Gelora Aksara Pratama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI