Mohon tunggu...
Ary Suharyanto
Ary Suharyanto Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Kawula mung saderma, mobah-mosik kersaning Gusti Alloh----

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gawat, Utang Negara Mencapai 3.089 T!

10 Januari 2016   06:03 Diperbarui: 10 Januari 2016   09:30 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tabel Utang Negara (sumber Kemenkeu.go.id)"][/caption]

Gambar di atas adalah daftar jumlah utang negara Indonesia sampai dengan bulan November 2015. Rilis data terbaru menunjukkan jumlah saldo utang negara indonesia sampai dengan akhir tahun 2015 adalah 3.089 Trilyun Rupiah! Jadi kalau diringkas, kenaikan dan persentase kenaikan utang pemerintah sebagai berikut:

Dalam setahun pemerintahan Jokowi utang pemerintah naeik 480 T atau 18,41% dibanding tahun sebelumnya. Dalam berbagai artikel sering dibahas tentang jika angka utang itu dibagi ke seluruh penduduk Indonesia maka artinya setiap penduduk akan menanggung utang sebesar bla bla bla...atau dengan bahasa yang lebih serem....setiap bayi lahir menanggung utang sekian juta rupiah! Benar memang bisa seperti itu, tetapi menurut saya itu terlalu hiperbolik. Karena utang sebesar itu kan ada jangka waktunya, tidak harus dibayar saat ini juga. Dan saya yakin, pertama, siapapun Menteri Keuangan-nya udah berhitung dengan cermat saat ada kebijakan mengambil utang ini apakah negara ini sanggup membayarnya atau tidak. Kedua, Bangsa ini sudah pernah mengalami krisis hebat di tahun 1998 yang bisa dikatakan meruntuhkan perekonomian kita, dan kemudian beberapa kali krisis ekonomi juga telah kita lewati dengan baik. Saya yakin, kita sudah mengambil banyak pelajaran dari semua itu. Ketiga, era Jokowi merupakan era gaduh dimana saat ini hampir seluruh lapisan masyarakat aware terhadap apapun kebijakan pemerintah. Sisi baiknya dari segala kegaduhan itu adalah Presiden Jokowi akan selalu waspada dan berhati2 mengambil kebijakan apalagi yang menyangkut hal yang strategis dan fundamental. Tapi ya biar saja mereka ngomong gt...namanya saja analisis.

 Sedikit gambaran infratruktur Indonesia

Saya pernah bertugas beberapa tahun di Sulawesi Tenggara dan sudah mengunjungi seluruh kabupaten/kota disana. Terdapat perbedaan besar antara infrastruktur dan fasilitas di sana dibandingkan di jawa. Sampai ada teman yang berkomentar, "Disini itu ketinggalan 20 tahun dibanding jawa". Lalu ada analogi sederhana bagi saya pribadi, saat saya berkendara dari Jogja ke Solo maka saya hanya akan fokus ke lalu lintas atau pengendara yang lain, tetapi jika saya berkendara misal dari Kendari ke Unaaha (Ibu Kota Kabupaten Konawe, sekitar 70 km jaraknya dr Kendari) maka saya selain harus memperhatikan lalu lintas, juga harus mantengin jalannya, karena lubang ada dimana-mana. itu dari infrastruktur jalan, belum yang lain. Akan tetapi itu hanya gambaran di Sulawesi Tenggara ya... lalu bagaimana keseluruhan negara Indonesia?

Menurut World Economic Forum, kualitas infrastruktur Indonesia terendah se-Asia, hanya lebih baik dibanding Filipina (bisniskeuangan.kompas.com: 2014). Akibatnya daya saing Indonesia ditingkat ASEAN masih kalah dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Sedangkan untuk tingkat global, Indonesia berada pada peringkat 34 dari 144 negara. Penilaian peringkat daya saing global didasarkan pada 12 pilar daya saing, salah satunya infrastruktur (Kemenkeu.go.id: 2014). Sebagai contoh, meski selama ini mengaku sebagai negara agraris, namun nyatanya infrastruktur pendukung tidak diperhatikan. "Kalau kita mau swasembada. Irigasi masalahnya 52%, atau 3 juta hektar yang rusak seluruh Indonesia. 20-30 tahun tak diperbaiki dan rehabilitasi," kata Amran, Kamis (20/11/2014). Ironis bukan? Begitulah gambaran ringkas bagaimana infrastruktur Indonesia. Miris bukan? Inilah salah satu hal yang membuat sejak awal, Presiden Jokowi menggalakkan pembangunan infratruktur secara masif. Misalnya saat meresmikan bor raksasa untuk proyek Mass Rapid Transportation (MRT) di Jakarta, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur tidak boleh ditunda-tunda lagi karena akan semakin mahal (finance.detik.com). 

Utang Negara sebelum tahun 2015

Terkait utang pemerintah sebelum tahun 2015, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi  Partai Golkar, Harry Azhar Aziz (sekarang Ketua BPK) mengatakan, penyebab utang pemerintah yang semakin meningkat karena utang pemerintah dalam bentuk dolar AS. Artinya ketika dolar mengalami depresiasi maka utang otomatis semakin meningkat. Lebih lanjut Harry mengungkapkan, pemerintah tidak pernah menjelaskan secara transparan soal penggunaan utang tersebut. DPR sudah meminta kepada pemerintah agar utang tersebut tidak boleh digunakan untuk program seperti memberantas kemiskinan dan program reformasi birokrasi. Tetapi digunakan untuk proyek pembangunan infrastruktur seperti jembatan, pelabuhan, dan bandara.

Sementara itu, Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, utang pemerintah tidak sekedar naik, tetapi membuat keseimbangan premier atau penerimaan dan pengeluaran pemerintah negatif. Menurut Enny, konsep utang pemerintah tidak jelas, dimana anggaran tetap pemerintah banyak sisa anggaran lebih yang artinya utang tidak digunakan. Lalu, jika digunakan mendekati akhir tahun sehingga utang ini tidak produktif dan tidak membantu perekonomian Indonesia melainkan hanya gali lobang tutup lobang. "Kecuali dulu utang konsepnya jelas, digunakan untuk membangun infrastruktur atau investasi, sehingga mendorong perekonomian," ujar Enny. Enny menambahkan, utang ini menjadi akumulasi yang terus meningkat lantaran tidak digunakan untuk pengeluaran yang produktif. Ditambah lagi porsi pengunaan utang lebih banyak untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) serta gaji pegawai bukan untuk infrastruktur dan sistem logistik nasional.

Jadi jelaslah bahwa penggunaan utang negara pada sebelum 2015 lebih banyak digunakan untuk hal-hal non produktif dan yang bersifat investasi, melainkan banyak digunakan untuk konsumtif seperti subsidi BBM.

Utang negara mulai tahun 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun