Mohon tunggu...
cahya lentera
cahya lentera Mohon Tunggu... -

aku cinta indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS-phobia dan Paranoid (Tanggapan buat Radix WP ver 2 ”Belajar dari Krisi Mesir”)

25 Juli 2013   09:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Paranoid adalah perasaan curiga yang berlebihan terhadap sesuatu tanpa sebab yang jelas sedangkan phobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu objek tanpa sebab yang jelas. Bila kedua hal ini bersemayam dalam fikiran maka yang akan timbul adalah WAHAM CURIGA. Kecurigaan terhadap sesuatu yang juga tidak jelas asal muasal sebab kecurigaanya itu, tapi di yakini kebenaranya.  Jadi sejenis prasangka, dalam terminology islam namanya suudzon alias prasangka buruk.

Prasangka buruk inilah yang tertuang dalam artikel belajar dari krisi mesir. Prasangka buruk terhadap siapa???  pada akhir artikel itu di sebutkan dengan jelas bahwa prasangka buruk itu di tujukan kepada PKS dan IM. Uniknya  prasangka  ini di percaya sebagai suatu kebenaran yang hakiki dan disebarluaskan kepada khalayak. Mengapa?? Karena keyakinan bahwa apa yang di prasangkakanya adalah PASTI BENAR TIDAK MUNGKIN SALAH. Padahal sejatinya prasangka adalah hanya menduga-duga berdasarkan angan dan pendapatnya sendiri saja.

Mengenai krisis mesir semua orang sudah dengan jelas melihat bahwa di sana terjadi KUDETA HALUS. Seorang presiden yang terpilih secara demokratis dan konstitusional di KUP oleh seorang jendral.  Apapun alasanya kudeta tidak pernah di benarkan oleh seorang yang menjunjung demokrasi. Jika seorang pemimpin dianggap tidak layak lagi memimpin tentu ada mekanismenya bagaimana agar dia bisa di turunkan dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagaimana dalam fenomena ARAB SPRING yang lalu beberapa kepala Negara turun atas desakan rakyat bukan dengan todongan senjata. Artikel “belajar dari krisis mesir “ sepertinya ikut merestui kudeta jendral al sisi di mesir dengan dalih berbagai informasi yang bersumber dari media massa.

Kejadian di luar negri, nun jauh disana dimana kita tidak hadir secara langsung di TKP( seperti OVJ hehe..) membuat kita tidak ‘MENGERTI BENAR” apa yang sebenanya sedang terjadi di sana. Semua sudah maklum bahwa dalam sebuah pertempuran yang sebenarnya, dalam perang senjata maupaun politik salah satu cara yang di gunakan adalah dengan ‘PERANG OPINI”. Alatnya adalah media. Siapa yang menguasai media, utamanya mainstream media maka dialah pemegang opini public. Entah benar atau salah isi beritanya yang jelas harus di buat sesuai keinginan atau kepentingan pihak-pihak yang  terlibat dalam perang itu.

Mepercayai informasi, hanya dari satu kubu dan mengabaikan kubu sebelahnya tentu saja membuat Opini menjadi “BERAT SEBELAH”. Plus di tambah subyektifitas penulisnya  yang memang telah memiliki prasangka  terhadap sebuah kejadian maka semakin membuat “SANGAT BERAT SEBELAH”. Sangat tidak obyektif. Tidak bijaksana sehingga opininya adalah opini sesuai prasangka sendiri. Semestinya informasi yang di himpun bukan saja berasal dari kubu jendral al sisi dengan mainstream medianya tapi juga dari sisi IM.

Beberapa media yang tidak sejalan dengan kebutuhan kudeta telah di tutup paksa oleh al sisi, begitu salah satu inofrmasinya. Mentri yang di tunjuk sebagai mentri informasi mesir oleh pemerintahan transisi tentu saja pro kudeta, sehingga informasinyapun pasti di sesuaikan dengan kepentingan sang penguasa. Dengan logika sederhana saja kita dapat mengetahui, meskipun pemerintahan transisi telah di bentuk namun jelas bahwa sang penguasa sebenarnya adalah tetap  sang jendral. Presiden dan kabinetnya tak lebih adalah  boneka untuk melanggengkan tujuan dari kudeta sang jendral itu sendiri. Para demonstran kubu pro al sisi di duga adalah para demonstran bayaran yang terdiri dari orang-orang terlatih dan para preman, terbukti ketika demo penurunan mursi para demonstran telah melakukan PEMERKOSAAN TERHADAP  HAMPIR 100 orang wanita begitu komentar kubu IM. Dari Jumlahnya maka emonstran pro kudeta kalah jauh dengan demonstran pro mursi.

Untuk menilai  “HAKIKAT SEBUAH KEJADiAN/PERISTIWA “di tempat yang jauh itu sangatlah sulit sekali. Untuk peristiwa di dalam negri kita saja banyak yang masih menjadi tanda Tanya. Ambil contoh yang terjadi di dalam negri. Kejadian G30SPKI saja sampai saat ini masih menjadi misteri, Kejadian  semanggi, kejadian 27 juli dan banyak lain hal kejadian di dalam negri yang kita tidak tahu persis APA YANG SEBENARNYA TELAH TERJADI. Namun dalam artikel “belajar dari krisi mesir” isi tulisan seolah olah inilah kisah nyata yang paling benar dari peristiwa disana. Padahal  artikel ini di tulis dari belakang meja di sebuah tempat di Indonesia. Pastikah ini sebuah kebenaran??

Ini bagian pertama dari artikel itu. Bagian kedua artikel ini dimaksudkan  sebagai  ‘PELAJARAN BAGI BANGSA INDONESIA ‘ agar dapat mengambil hikmahnya dari kudeta mesir yang baru terjadi. Melihat isinya maka bagian kedua artikel ini bukanlah pelajaran tetapi penyebarluasan  PARANOIA DAN PHOBIA terhdap PKS yang disebutnya sebagai sama dan sebangun dengan IM di mesir. Inilah inti opini dari tulisan oleh radix WP ver 2. Prasangka buruk yang dilandasi oleh waham curiga (paranoid) dan ketakutan (phobia) terhadap sesuatu yang belum terjadi, kecurigaan yang lebaay.  Jika di cermati maka artikel ini bersifat tuduhan dan serangan terhadap PKS dan pemberian stigma negative kepadanya sebagai sesuatu yang berbahaya dan harus di waspadai.

Lihat kutipan berikut yang berasal dari artikel itu

“Apa pelajaran yang bisa diambil oleh kita bangsa Indonesia?                           Pertama tentu saja, waspadai Ikhwanul Muslimin. Sebagaimana diakui oleh Yusuf Qardlawi, PKS merupakan onderbow Ikhwanul Muslimin. Kecenderungan ideologis para kader dan simpatisan PKS juga menunjukkan gelagat tersebut. Mereka biasa menghalalkan segala cara agar bisa merebut kekuasaan (sudah saya ceritakan dalam http://politik.kompasiana.com/2013/04/23/saya-dan-pks-549345.html ). Aneka perkara korupsi yang membelit mereka sekarang baru sebagian dari kiat licik tersebut. Kita bisa melihat mereka suka mengkhianati rekan-rekan koalisinya dalam pemerintahan Yudhoyono. Mereka menggembar-gemborkan segelintir kader non-Islam di sejumlah DPRD, tapi tak ada wakil golongan lain seperti itu di posisi-posisi strategis kepartaian.Bersekutu dengan pihak-pihak lain untuk berkuasa, lalu nantinya meminggirkan para sekutunya tersebut, merupakan modus operandi Ikhwanul Muslimin”

Kutipan diatas menunjuan dengan jelas siapakah yang sebenarnya mengkhalalkan segala cara. Memberikan informasi palsu kepada khalayak bahwa PKS adalah underbow IM adalah wujud mengkhalalkan segala cara oleh penulis artikelnya. Karena PKS bukanlah underbow IM. Tidak ada kaitan secara hirarkis antara PKS dan IM. Yang ada hanyalah pesamaan dalam hal garis pemikiran. PKS bukanlah Bawahan dari partai keadilan di mesir maupun di turki. Lebih tepat PKS meniru perjuangan mereka. Sebagaimana para pejuang/organisasi  di belahan bumi lain meniru mahatma Gandhi, simon Bolivar, dr sun yat sen, Mao tse tung dan lain sebagainya.

Tuduhan dengaan kalimat “Mereka biasa menghalalkan segala cara agar bisa merebut kekuasaan (sudah saya ceritakan dalam http://politik.kompasiana.com /2013/ 04/23/ saya-dan-pks-549345.html ). Aneka perkara korupsi yang membelit mereka sekarang baru sebagian dari kiat licik tersebut”

Kata MENGHALALKAN SEGALA CARA adalah “kata-kata keji” yang selama ini sering di nisbatkan kepada cara-cara PKI. Apakah artikel radix ini ingin menyebut PKS sama dengan PKI?. Selanjutnya jika korupsi di jadikan alasan bukti menghalalkan segala cara dan licik maka logikanya SEMUA PARTAI YANG POLITIKUSNYA PERNAH TERLIBAT KORUPSI ADALAH TERMASUK PARTAI YANG -MENGHALALKAN SEGALA CARA-LICIK DAN PKI begitukah??

Jika ingin mengetahui siapakah dan partai manakah yang jumlah politikusnya paling banyak korupsi dan seberapa besar korupsinya sebaiknya Radix WP ver 2 mengadakan penelitian bersama kompasioner yang lain. Buatlah penelitian terhadap BUPATI-GUBERNUR-PEJABAT NEGARA sejak dari tahun 2004 sampai 2012, coba lihat nanti hasilnya  partai manakah yang politikus/kadernya paling banyak terlibat KORUPSI-SKANDAL SEX-NARKOBA?? Jika sudah melakukan itu barulah bisa menulis dengan akurat bukan asal tuduh tanpa dasar ilmiah.

Inilah tuduhan tanpa dasar dalam artikel “ belajar dari krisis mesir”, atau sepetinya  justru artikel radix ini di tulis untuk menjadi bagian- menghalalkan segala cara- untuk maksud tertentu dengan memberikan tuduhan-tuduhan keji itu kepada PKS.

Selanjutnya mengenai PERBEDAAN PENDAPAT DALAM KOALISI, adalah hal yang wajar. Koalisi di bentuk agar memudahkan presiden melaksanakan tugas. Tugas untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Bukan tugas untuk partai dan golongan. Saling mengingatkan dan mencari jalan terbaik bagi bangsa adalah keniscayaan sebagai wujud cinta kepada Indonesia. JIKA DAHULU PKS MENOLAK KENAIKAN BBM bukan penolakan tanpa dasar, tapi dengan alasan yang logis. Sekarang dapat dilihat bahwa RAKYAT MENJERIT PILU!!! Karena kenaikan BBM berarti BUKAN CUMA BBM YANG NAIK tapi SELURUH BARANG DAN JASA JUGA NAIK, padahal saat ini rakyat sedang banyak kebutuhan seperti ANAK MASUK SEKOLAH/TAHUN AJARAN BARU, BULAN PUASA DAN LEBARAN yang kesemuanya membutuhan biaya yang sangat banyak. Sementara harga semakin melambung tinggi. BLSM nyata-nyata tidak mampu menjadi PELIPUR LARA rakyat yang menjerit dalam derita.

Terkait dengan posisi penting dalam jabatan partai tentu saja seagai partai kader tidak bisa tiba-tiba seseorang menjadi petinggi atau menduduki jabatan penting. Ada mekanismenya. PKS bukan partai yang bisa di beli dengan uang, jika seseorang berpengaruh dan banyak uang lantas bisa secara tiba-tiba menduduki tempat strategis dalam kepengurusan partai. Atau Bahkan tiba-tiba bisa menjadi penguasa partai seperti terjadi pada partai lain.

Kutipan berikutnya  dari artikel tersebut:

“Kedua, kita perlu mengingat kembali betapa pentingnya Bhinneka Tunggal Ika (pluralisme). Ketika suatu golongan berkuasa lewat pemilu, lalu membuat aturan yang membelenggu hak-hak asasi pihak yang minoritas, hasilnya hanyalah perpecahan bangsa dan negara. Para pendiri negara kita sudah sangat bijak ketika merancang sistem di mana setiap individu warga bebas memilih dan menjalankan apapun prinsip hidup masing-masing, lalu saling menghormati dalam segala perbedaan pilihan tersebut. Tugas negara adalah menjaga keharmonisan tersebut, tanpa mengistimewakan atau menganaktirikan pihak manapun.Itulah sebabnya aturan perundang-undangan berdasarkan doktrin keagamaan salah satu golongan, layak ditolak oleh bangsa Indonesia yang sangat plural ini, sejak negara ini berdiri dan sampai kapanpun.”

Dengan menggamit Bhineka Tunggal Ika seagai alasan  lalu  artikel tersebut menohok umat islam sebagai umat yang tidak toleransi kepada pemeluk agama lain adalah ungkapan yang sangat keliru. Para pendiri bangsa ini adalah orang-orang muslim yang berjiwa besar. Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim sejak dulu sampai hari ini, kita dapat melihat bahwa muslim dan non muslim dapat hidup damai berdampingan. Jika ada perselisihan justru kita harus berpikir, mengapa hal itu muncul. Adakah pihak tertentu yang memang ingin mengadu domba sesama bangsa Indonesia.

Justru artikel “belajar dari krisis mesir “ sepertinya malah  menebarkan bibit  rasa kebencian dan adu domba diantara kita sesama bangsa Indonesia.

Jika mencintai Indonesia dengan cinta yang sebenarnya maka tinggalkanlah “ilmu adu domba de vide et empera” warisan penjajah belanda. Mari bersatu membangun Indonesia. Bertoleransi dalam perbedaan dan saling mendukung dan menguatkan dalam persamaan.

Salam Indonesia jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun