Mohon tunggu...
cahya lentera
cahya lentera Mohon Tunggu... -

aku cinta indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS-phobia dan Paranoid (Tanggapan buat Radix WP ver 2 ”Belajar dari Krisi Mesir”)

25 Juli 2013   09:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:04 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tuduhan dengaan kalimat “Mereka biasa menghalalkan segala cara agar bisa merebut kekuasaan (sudah saya ceritakan dalam http://politik.kompasiana.com /2013/ 04/23/ saya-dan-pks-549345.html ). Aneka perkara korupsi yang membelit mereka sekarang baru sebagian dari kiat licik tersebut”

Kata MENGHALALKAN SEGALA CARA adalah “kata-kata keji” yang selama ini sering di nisbatkan kepada cara-cara PKI. Apakah artikel radix ini ingin menyebut PKS sama dengan PKI?. Selanjutnya jika korupsi di jadikan alasan bukti menghalalkan segala cara dan licik maka logikanya SEMUA PARTAI YANG POLITIKUSNYA PERNAH TERLIBAT KORUPSI ADALAH TERMASUK PARTAI YANG -MENGHALALKAN SEGALA CARA-LICIK DAN PKI begitukah??

Jika ingin mengetahui siapakah dan partai manakah yang jumlah politikusnya paling banyak korupsi dan seberapa besar korupsinya sebaiknya Radix WP ver 2 mengadakan penelitian bersama kompasioner yang lain. Buatlah penelitian terhadap BUPATI-GUBERNUR-PEJABAT NEGARA sejak dari tahun 2004 sampai 2012, coba lihat nanti hasilnya  partai manakah yang politikus/kadernya paling banyak terlibat KORUPSI-SKANDAL SEX-NARKOBA?? Jika sudah melakukan itu barulah bisa menulis dengan akurat bukan asal tuduh tanpa dasar ilmiah.

Inilah tuduhan tanpa dasar dalam artikel “ belajar dari krisis mesir”, atau sepetinya  justru artikel radix ini di tulis untuk menjadi bagian- menghalalkan segala cara- untuk maksud tertentu dengan memberikan tuduhan-tuduhan keji itu kepada PKS.

Selanjutnya mengenai PERBEDAAN PENDAPAT DALAM KOALISI, adalah hal yang wajar. Koalisi di bentuk agar memudahkan presiden melaksanakan tugas. Tugas untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Bukan tugas untuk partai dan golongan. Saling mengingatkan dan mencari jalan terbaik bagi bangsa adalah keniscayaan sebagai wujud cinta kepada Indonesia. JIKA DAHULU PKS MENOLAK KENAIKAN BBM bukan penolakan tanpa dasar, tapi dengan alasan yang logis. Sekarang dapat dilihat bahwa RAKYAT MENJERIT PILU!!! Karena kenaikan BBM berarti BUKAN CUMA BBM YANG NAIK tapi SELURUH BARANG DAN JASA JUGA NAIK, padahal saat ini rakyat sedang banyak kebutuhan seperti ANAK MASUK SEKOLAH/TAHUN AJARAN BARU, BULAN PUASA DAN LEBARAN yang kesemuanya membutuhan biaya yang sangat banyak. Sementara harga semakin melambung tinggi. BLSM nyata-nyata tidak mampu menjadi PELIPUR LARA rakyat yang menjerit dalam derita.

Terkait dengan posisi penting dalam jabatan partai tentu saja seagai partai kader tidak bisa tiba-tiba seseorang menjadi petinggi atau menduduki jabatan penting. Ada mekanismenya. PKS bukan partai yang bisa di beli dengan uang, jika seseorang berpengaruh dan banyak uang lantas bisa secara tiba-tiba menduduki tempat strategis dalam kepengurusan partai. Atau Bahkan tiba-tiba bisa menjadi penguasa partai seperti terjadi pada partai lain.

Kutipan berikutnya  dari artikel tersebut:

“Kedua, kita perlu mengingat kembali betapa pentingnya Bhinneka Tunggal Ika (pluralisme). Ketika suatu golongan berkuasa lewat pemilu, lalu membuat aturan yang membelenggu hak-hak asasi pihak yang minoritas, hasilnya hanyalah perpecahan bangsa dan negara. Para pendiri negara kita sudah sangat bijak ketika merancang sistem di mana setiap individu warga bebas memilih dan menjalankan apapun prinsip hidup masing-masing, lalu saling menghormati dalam segala perbedaan pilihan tersebut. Tugas negara adalah menjaga keharmonisan tersebut, tanpa mengistimewakan atau menganaktirikan pihak manapun.Itulah sebabnya aturan perundang-undangan berdasarkan doktrin keagamaan salah satu golongan, layak ditolak oleh bangsa Indonesia yang sangat plural ini, sejak negara ini berdiri dan sampai kapanpun.”

Dengan menggamit Bhineka Tunggal Ika seagai alasan  lalu  artikel tersebut menohok umat islam sebagai umat yang tidak toleransi kepada pemeluk agama lain adalah ungkapan yang sangat keliru. Para pendiri bangsa ini adalah orang-orang muslim yang berjiwa besar. Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim sejak dulu sampai hari ini, kita dapat melihat bahwa muslim dan non muslim dapat hidup damai berdampingan. Jika ada perselisihan justru kita harus berpikir, mengapa hal itu muncul. Adakah pihak tertentu yang memang ingin mengadu domba sesama bangsa Indonesia.

Justru artikel “belajar dari krisis mesir “ sepertinya malah  menebarkan bibit  rasa kebencian dan adu domba diantara kita sesama bangsa Indonesia.

Jika mencintai Indonesia dengan cinta yang sebenarnya maka tinggalkanlah “ilmu adu domba de vide et empera” warisan penjajah belanda. Mari bersatu membangun Indonesia. Bertoleransi dalam perbedaan dan saling mendukung dan menguatkan dalam persamaan.

Salam Indonesia jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun