Mohon tunggu...
Cahaya Jasmine
Cahaya Jasmine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Gemar mengamati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kisah Seorang Nenek Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di Kota Pontianak: Pengalaman dan Dukungan Keluarga

11 April 2024   08:07 Diperbarui: 17 Mei 2024   18:52 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Mesin Jahit Nek Yah (Foto diambil oleh penulis)

Kondisi Keluarga

Bakyah yang akrab dipanggil Nek Yah merupakan seorang nenek berusia 88 tahun yang tinggal di Kelurahan Sungai Jawi. Nek Yah adalah salah satu narasumber yang saya temui sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) atau penerima bantuan sosial dari pemerintah, yang terdiri dari Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Nek Yah tidak pernah menempuh pendidikan dan sejak awal Nek Yah memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dengan mengandalkan penghasilan suaminya untuk membesarkan anak-anak mereka. Namun, segalanya berubah ketika suaminya meninggal karena penyakit jantung, membuat Nek Yah melanjutkan hidup bersama anak-anaknya dengan berbagai kendala finansial.

Untuk mengatasi kendala finansial yang ada, dahulu Nek Yah bekerja serabutan sebagai tukang jahit di rumah bersama anak bungsunya, yaitu Muhammad, sementara anaknya yang lain bekerja di luar rumah. Kini Nek Yah sudah lanjut usia dan sudah tidak bekerja lagi, hingga akhirnya Nek Yah terdata dan layak sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah langsung.

Di dalam rumah milik Nek Yah, hiduplah enam orang yang terdiri dari Nek Yah, anak-anaknya, dan cucu-cucunya yang tercatat dalam empat Kartu Keluarga (KK) yang berbeda. KK Nek Yah memuat dua anaknya yang belum menikah, yaitu Shafaria (52) yang tinggal bersama Nek Yah tanpa memiliki pekerjaan dan Muhammad (48) yang kini tinggal di lokasi yang berbeda, serta bekerja serabutan.

Selain itu, di rumah ini juga terdapat satu KK lagi yang menerima bantuan sosial PKH dengan jenis yang sama, yaitu anak Nek Yah yang bernama Bu Asmah (58) yang telah memiliki keluarga sendiri, dan bantuan yang diterima atas nama suaminya, Pak Effendi (63).

Sejak tahun 2018 hingga 2024, Nek Yah telah menjadi salah satu penerima manfaat dari Program Keluarga Harapan (PKH) Lansia dan Nek Yah mendapatkan program ini langsung dari kelurahan setempat. Dana PKH tersebut diterima melalui kartu ATM dan untuk pengambilan dana, Nek Yah dibantu oleh anaknya yaitu Bu Shafaria dan Bu Asmah.

Melalui program PKH, setiap dua bulan sekali Nek Yah menerima bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 400.000, serta melalui BPNT dalam bentuk uang tunai sebesar Rp 200.000 setiap bulannya yang digunakan untuk membeli sembako. Kini kehidupan Nek Yah sepenuhnya bergantung pada dana PKH dan juga bantuan dana dari anak-anaknya yang bekerja, serta Nek Yah memiliki tanggungan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan anaknya, Shafaria.

Nek Yah mendapat bantuan pengelolaan keuangan dari anaknya yang tinggal bersama Nek Yah, sehingga mampu mengelola kebutuhan sehari-harinya dengan pengeluaran yang relatif rendah, hanya sekitar Rp 80.000 per minggu yang sebagian besar dialokasikan untuk membeli sembako, seperti beras, minyak, gula, dan lain sebagainya guna memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Meskipun dalam situasi finansial yang terbatas, frekuensi makan di rumah Nek Yah tetap normal, berkisar antara dua hingga tiga kali sehari.

Selain itu, Nek Yah dan keluarga juga menerima bantuan Keluarga Indonesia Sehat (KIS) atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama BPJS. Nek Yah memanfaatkan layanan BPJS untuk mendapatkan akses perawatan kesehatan di puskesmas, memastikan bahwa kebutuhan kesehatan keluarganya tetap terjaga.

Selama menerima bantuan sosial PKH ini, tidak terdapat kesulitan saat pengambilan dana, namun terkadang terjadi keterlambatan. Nek Yah dan keluarganya berharap program bantuan sosial PKH ini terus berlanjut karena sangat membantu kondisi finansial keluarga.

Kondisi Rumah dan Kepemilikan Aset

Gambar 2. Tampak Depan Rumah Nek Yah (Foto diambil oleh penulis)
Gambar 2. Tampak Depan Rumah Nek Yah (Foto diambil oleh penulis)

Rumah Nek Yah memiliki empat ruang yang terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu yang disekat oleh dapur, dan kamar mandi, dengan panjang 13 x 9 meter persegi, dibangun dengan lantai ubin, atap seng, dan dinding triplek. Status rumah Nek Yah merupakan miliknya sendiri yang terawat dengan cukup baik, meskipun beberapa bagian kecil mengalami kerusakan, keluarganya tetap merawat setiap detail, memperbaiki apa pun yang rusak, sehingga rumah itu tetap nyaman dan layak dihuni. Mereka juga menjaga kebersihan rumah dengan rajin.

Keluarga Nek Yah bergantung pada air PDAM untuk mandi dan mencuci, serta untuk keperluan sanitasi terdapat WC pribadi di dalam rumah dengan septic tank di belakang rumahnya. Keluarga Nek Yah menggunakan daya listrik sebesar 900 VA bersubsidi sebesar Rp 90.000 potongan biaya iuran bulanan. Untuk pembayaran tagihan listrik dan PDAM dibantu oleh anaknya yang tinggal di rumah itu.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum, keluarga Nek Yah mengandalkan air hujan yang dikumpulkan dalam suatu wadah (gentong) dan jika terjadi musim kemarau mereka membeli air galon isi ulang. Untuk memasak Nek Yah menggunakan gas bersubsidi sebagai bahan bakarnya.

Lingkungan sekitar rumah Nek Yah cukup padat penduduk dan jauh dari kebisingan jalan raya karena masuk ke dalam gang, serta Nek Yah memiliki tetangga yang ramah dan tidak keberatan untuk saling membantu. Terdapat tiga rumah lainnya yang menerima bantuan sosial jenis PKH, rumah tersebut terletak di sebelah kanan, kiri dan depan rumah Nek Yah.

Nek Yah memiliki kendaraan berupa sepeda motor yang kerap digunakan oleh anak-anaknya untuk menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari. Selain itu, di dalam rumahnya, terdapat fasilitas seperti televisi, kulkas, kipas angin, mesin jahit dan tentu saja smartphone sebagai alat komunikasi. Pada masa kini, motor dan HP telah menjadi barang yang sangat diperlukan untuk mendukung berbagai kegiatan sehari-hari.

Ketika diwawancarai untuk mengisi kuesioner ini, Nek Yah dibantu oleh anaknya, yaitu Bu Asmah dan Bu Shafaria. Kesinambungan program ini menjadi harapan besar bagi Nek Yah dan keluarganya, memberikan jaminan keberlanjutan penerimaan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberikan keamanan finansial yang lebih baik untuk keluarganya.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun