Mohon tunggu...
Cahara Nusa Antara
Cahara Nusa Antara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Nilai Kehidupan Bait Puisi Penyair Ko Hyeong Ryeol

19 Juni 2023   16:25 Diperbarui: 19 Juni 2023   16:37 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikan adalah Pertapa, Kepustakaan Populer Gramedia

sehingga berdiri tegak/di depan Anda//

Dan tangan kecilnya/yang terbuka seperti buku//

dipukul/seperti itu?// ("Anak di Rumah Itu", Ryeol, hlm. 38)

Diksi yang digunakan pada puisi ini terlihat cukup rumit untuk dipahami apabila tidak mengetahui mengenai sejarah Korea, yang mana merupakan negara asal Ko. Sebagian besar puisi dalam antologi ini juga menggambarkan perjalanan kehidupan Ko yang telah dialaminya. Walaupun begitu, puisi-puisi yang ditulisnya ini dapat diresapi dan dapat dirasakan oleh pembaca karena nilai-nilai kehidupan yang terdapat. Seperti puisi di atas di mana Ko mempertanyakan kesalahan seorang anak sehingga dia harus dihukum seperti itu. Atau pada puisi "Apa Makanan Bebek untuk Petang ini"

Setelah tempat yang hangat/dirampas//

mereka diusir/ke atas es/dengan bertelanjang kaki//

sampai saat pemancing/meninggalkan tempatnya// ("Apa Makanan Bebek untuk Petang ini", Ryeol, hlm. 36)

Puisi ini menggambarkan keserakahan manusia. Keserakahan inilah yang membuat mereka untuk mengambil barang orang lain tanpa memikirkan keadaan mereka. Mereka yang hidup dengan tenang terganggu oleh mereka yang dengan seenaknya memaksakan kehendak mereka. Pesan kehidupan juga kembali menjadi tema utama dari puisi "Ikan Teri".  Kehidupan manusia berbagai kelas, baik itu menengah, ke atas, atau ke bawah, semuanya akan mengalami kematian. Pesan-Pesan ini dikemasnya dalam larik puisi yang menggugah imajinasi pembaca akan realita kehidupan dengan diksi yang mudah dibaca dan dimengerti.

Ko juga senang menggunakan majas dalam puisi-puisinya, terutama majas personifikasi dan metafora. Majas personifikasi ini dapat terlihat dalam puisi "Sajak Rumput", "Puisi Ombak" dan "Awan Putih dan Rumput". Kedua puisi ini menggunankan objek benda mati untuk menggambarkan seseorang tanpa melupakan nilai kehidupan dalam setiap puisinya. Kemudian majas metafora ini juga banyak digunakan oleh Ko seperti dalam puisi "Apa Makanan Bebek untuk Petang ini" sebelumnya, puisi "Ikan Teri", dan "Mitos Ikan". 

Pada tiga puisi ini Ko menggunakan metafora di mana tindakan binantang ini menggambarkan kehidupan manusia dalam realitas yang terjadi saat ini. Tipografi puisi ini sebagian besar sama tetapi terdapat perbedaan pada puisi "Tetesan Air, Tetesan Air, Hanya Setetes Air" yang di mana puisi ini dimulai dengan tanda elipsis. Perbedaan tipografi pada puisi ini dapat memperlihatkan bahwa penulis berusaha untuk memikirkan katanya baik-baik sebelum akhirnya menuliskan puisi tersebut agar pesan kehidupan membekas dalam pikiran pembaca.

Analisis di atas memperlihatkan puisi-puisi Ko ini penuh dengan nilai kehidupan terhadap realitas. Penggambaran perjalanan kehidupannya memberikan cerita kepada pembaca untuk berkontemplasi akan kehidupan yang dijalani dan berbagai kesulitan yang dialaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun