Mohon tunggu...
wira sanjaya
wira sanjaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan Menuju Raungan Mesin

25 Oktober 2016   23:47 Diperbarui: 25 Oktober 2016   23:54 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan Raungan Mesin Tua

Sekedar Intro

“Opo gunane kowe kuliah dadi guru tur arep mlebu PLN ?” (“Apa gunanya kamu kuliah jadi guru tapi ingin masuk PLN ?”). Teringat sore hari pertengahan tahun 2013 saat Aku ngobrol dengan Bapak, suasana santai berbanding terbalik dengan topik obrolan Kami. Ucapan diatas yang terlontar dari mulut Bapak, dimana waktu itu Kami berbincang tentang masa depan karirku, yang membuatku harus serius “melayani” obrolan beliau. 

Dua tahun selepas lulus kuliah, Aku tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang ku idamkan. Latar belakang akademisku memang di dunia pendidikan sekolah kejuruan, namun dengan tekadku yang bulat untuk bergabung dengan PLN bukan berarti Aku mengkhianati cita-citaku dan harapan orang tua, namun Aku melihat ada kesempatan terbuka lebar untuk bergabung, toh antara tenaga pendidikan dan pegawai PLN sama-sama punya misi membangun negeri sesuai bidangnya masing-masing.

Rambut sudah tersisir ke samping kiri dengan sedikit minyak rambut yang sanggup membuat lalat terpeleset saat hinggap di atasnya, jenggot andalanku bak akar serabut pohon jagung, sedikit kurang rapi namun tetap terlihat berwibawa (*kata Ibuku), dan stelan kemeja biru kotak-kotak pemberian Ibu serta celana kain hitam yang agak kedodoran, tak ketinggalan sepatu pantofel hitam pekat, semuanya sukses membuat Aku terlihat seperti geekyang siap di-bully­saat lewat di lorong fakultas. 

Berbekal dokumen dan kelengkapan berkas persyaratan melamar kerja termasuk salinan ijasah ahli madya, Aku menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat saat melangkah menuju both PT. PLN di sebuah ­Job Fair kota Yogyakarta. Okay, Aku tak mau sibuk menghitung puluhan orang yang antri memasukkan berkas, Aku hanya sedikit “cuci mata” melihat pengunjung wanita berseliweran, bergumam dan berpikir “Hmm, inikah style wanita karir masa sekarang, segitu kurang update-nya Aku ?”, yang tentunya kaum seperti mereka sangat mustahil Aku jumpai di kampus jurusan Teknik Mesin.

Kurang lebih 30 menit berlalu, giliranku menaruh kelengkapan berkas lamaran. Ada sedikit rasa pesimis timbul melihat ratusan berkas pelamar yang tertumpuk dihadapanku, mulai sedikit ada perhitungan, kemungkinannya dua banding seratus, atau tiga banding dua ratus, entahlah, dalam tahap ini hanya bisa berdoa dan berharap.

Fall in love with the process, and the result will come.

Aku sangat menikmati proses seleksi menjadi calon pegawai PLN, tahapan marathon yang tak pernah Aku lupakan, sangat menguras emosi dan fisik dan terbayar lunas saat menerima “perintah” untuk memangkas habis rambutku, tak masalah sebenarnya dengan gaya rambut plontos, lebih terlihat fresh namun tak tahan saat terkena terik sinar matahari, dan lebih baik plontos daripada punya gaya rambut yang acak-adul.

Saat hari “H”, Aku diantar Bapak dan Ibu, tak lupa sang pujaan hati yang kelak menjadi istriku juga turut serta mendampingiku sebelum berangkat ke Pusdikpasus Batujajar. Kami berkumpul di PLN Area Yogyakarta sebagai gathering point

Lucu juga berada di antara teman-teman sebaya dan senasib, Aku hanya tertawa dalam hati melihat “kawanan tuyul” bergerombol membicarakan sesuatu, yang pasti menarik perhatianku untuk bergabung. Kami banyak bercerita mengenai latar belakang, alasan dan motivasi bergabung ke PLN, bermacam-macam apa yang mereka utarakan yang pasti Aku merasa tidak sendirian dan cukup menambah gairah untuk menjalani tahapan kesamaptaan yang sudah di depan mata.

Tiba juga waktu perpisahaan dengan orang tua, tak banyak kata-kata yang terucap dari mulut mereka, Aku hanya menangkap senyum tulus pertanda mereka sudah merestui keputusanku sekarang, dan sang pujaan hati yang Aku tahu sebenarnya sangat berat untuk berpisah walau hanya sementara, namun Aku tegaskan komitmen yang sudah kita jalin bersama tidak akan luntur sampai hari yang indah tiba. Satu hal lagi, berat kaki ini melangkah menaiki bus pemberangkatan untuk meninggalkan kota dan kampung halaman tercinta, tidak biasanya perasaan ini tercampur aduk, namun dengan mengucap Basmallah dan tekad yang benar-benar bulat, yeah… here we go!!

Dasar kalian Berang-Berang!!

Rasa kantuk tak terhankan saat tiba di Pusdikpassus Batujajar, suasana yang tenang seakan terpecah saat seseorang berteriak “cepaaaat, berbaris yang rapi, taruh barang bawaan disamping kalian!!”. tak kalah berisik saat seseorang juga menggedor-gedor pintu bus. Pikiranku sudah tidak karauan, inikah awal dari cobaan hidup Kami?. Aku turun dari bus dalam kondisi masih ngantuk dan mengucek-ucek mata, setelah membentuk barisan Kami digiring menuju barak peristirahatan. 

Banyak sekali aturan dan tata tertib disini yang dijelaskan oleh penanggung jawab Kami. Kesempatan Kami untuk mandi dan beristirahat sejenak, ya… benar-benar sejenak karena selang 30 menit Kami harus kembali beraktivitas, memulai padatnya jadwal kesamaptaan hingga pukul 22.00, dan begitu seterusnya Kami memulai hari dari pukul 03.00 hingga 10 hari ke depan, oh Tuhan, 10 hari yang terasa berbulan-bulan bagiku.

Tidak pernah disesali apa yang telah dilakukan selama 10 hari belakangan, umpatan dari pelatih “dasar kalian berang-berang” sudah sering Kami dengar bila ada yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Apa yang sudah direncanakan pada program kesamaptaan, sejatinya ingin membentuk mental baja untuk menjalani tahapan selanjutnya.

It’s a long road, but it’s worth it

Bogor tempat tujuan berikutnya dimana karakter Kami dibentuk dan dibina berdasarkan hasil pemetaan, serta pengenalan perusahaan lebih dalam. Sempat mengalami demam mungkin karena adaptasi kondisi cuaca, namun setelah beberapa hari dapat melakukan adaptasi. Bogor dengan hawanya yang sejuk membuat suasana makin kondusif untuk belajar. Padatnya jadwal memang selalu jadi tantangan Kami, dari situ Kami belajar mengatur waktu, mengatur stamina agar senantiasa fit sehingga proses belajar membuahkan hasil yang optimal.

Sedikit surprise saat hasil pembinaan karakter dimana Aku “divonis” melanjutkan pembidangan pada bidang pembangkitan. Memang jauh dari latar belakang konsentrasi studiku, namun tetap semua hal bisa dipelajari dan dipraktikkan selama ada kemauan dan jalan, nothing’s impossible kalau mengacu slogan sebuah produsen apparel olah raga.

Suralaya mungkin tempat dengan suasana dan kondisi terekstrim yang pernah Aku singgahi, betapa tidak, panas menyengat dengan kendaraan berat yang lalu lalang menyebabkan debu dan pasir berterbangan. Mobilisasi dari Bogor ke Suralaya, seperti berhijrah dari Pegunungan Alpen ke Gurun Sahara (yang tinggal di Suralaya mohon jangan tersinggung :D). 

Saat tiba di Udiklat Suralaya, terbayar lunas saat memandang PLTU Suralaya dengan stack yang menjulang tinggi gagah sekali membuatku sampai meringis saat memandang ujungnya. Menurut mbah Google, PLTU ini adalah seperlima-nya nyawa kelistrikan di Indonesia (correct mbah Google if He wrong), jadi tidak berlebihan begitu luar biasanya sumbangsih PLTU Suralaya, dan sangat beruntung Aku menginjakan kaki disini walaupun sekedar singgah belajar selama beberapa bulan kedepan.

Pembelajaran disini sangat menyenangkan terutama saat praktikum dan kunjungan ke site PLTU Suralaya dan PLTGU Cilegon, lebih banyak narsis dan foto-foto ketimbang esensi belajarnya, dapat dimaklumi mungkin karena baru pertama kali dan masih awam mengenai hal seperti ini, tapi tetap saja hal yang membuat penasaran Kami tanyakan kepada instruktur atau PIC di tempat.

Together Everyone Achieves More (TEAM)

Tidak jauh sebenarnya jarak dari Suralaya menuju Lampung, hanya terpisah Selat Sunda dengan penyeberangan Feri selama 3 jam. Tujuan berikutnya merupakan “vonis” lagi dari Pusdiklat kepadaku untuk pembelajaran yang lebih spesifik lagi mengenai bidang pembangkitan listrik. Namun karena Kami diberi sedikit keleluasaan untuk pulang ke kampung halaman masing-masing selama seminggu, yah apa boleh buat itu kesempatan Kami melepas kangen untuk bersua dengan orang-orang tercinta, serta menyiapkan bekal materi dan sedikit refreshing pikiran demi tantangan di depan yang tentunya bakal lebih berat.

Setelah acara pembukaan OJT berbasis Project di PLTU Tarahan Lampung, siswa bidang pembangkitan dibagi menjadi beberapa tim untuk memecahkan persoalan dan masalah yang terjadi di site PLTU. Kebetulan tim Kami terdiri dari 6 orang dengan background program studi yang berbeda, dan bagiku itu tidak menjadi masalah, namun perbedaan karakter dan ego masing-masing personil itu yang membuatku lebih khawatir. 

Dapat ditebak, setiap terjadi diskusi yang ketat selalu ada orang yang ngotot dengan argumen dan datanya. Namun dari kengotototan tersebut Aku bisa menganalisa mana pribadi yang berpotensial jadi leader atau sebaliknya, jadi supporter dan thinker di tim Kami. Sejenak Aku mengajak teman-teman berdiskusi di luar ranah project ke hal personality masing-masing. Tujuannya agar lebih memantapkan kekompakan Kami dan meredam ego masing-masing agar proses penyelesaian project lancar dan menghasilkan output yang dapat diterima oleh manajemen.

Hari H presentasi tidak ada yang spesial, tanggapan dari penguji pun biasa saja, namun sementara Kami puas atas pencapaiannya, sehingga membuat Kami bisa tertidur nyenyak setelah beberapa malam terakhir selalu overtime untuk mengerjakan laporan project, begitulah penyakit “sistem kejar semalam” saat masih jadi mahasiswa kalau sedang kambuh. Hari terakhir di Lampung Kami rayakan dengan pulang berjalan kaki menuju rumah kontrakan Kami kurang lebih berjarak 4 kilometer, sederhana namun berkesan.

Believe in challenging myself, pushing myself to a new places

Waktu seminggu untuk pulang ke kampung halaman lagi sepertinya terasa sangat-sangat singkat, apalagi beberapa agenda liburan yang sudah kususun sedemikian rupa tidak semuanya terlaksana, tapi cukup melepas penat dan mengisi energi positif untuk beraktivitas kembali. Lokasi penempatanku tidak Aku bayangkan sebelumnya. Saat masih OJT, sempat Kami mendapatkan proyeksi lokasi penempatan dimana Kami akan mengabdi dengan jangka waktu yang bakal cukup lama. 

Sedikit terkejut dan sampai Aku pulang ke kampung, Aku masih merahasiakkannya dari orang tua dan kekasihku. Saat kuberitahu ke Bapak dan Ibu, di luar dugaan mereka tidak kaget, melainkan bertanya mengapa tidak lebih jauh sekalian Aku merantau, Aku hanya tertawa kecil saja karena Aku kira mereka bakal menyayangkan kepergianku :D. Sebaliknya, kekasihku sempat ngambek saat kuberitahu secara mendadak proyeksi penempatanku, namun lagi-lagi kuyakinkan komitmen awal Kami dan akan selalu memberi kabar saat menjalani LDR.

Lambaian tangan dan senyuman mengiringi kepergianku menaiki pesawat rute Yogyakarta-Pontianak. Lambaian dan senyuman yang bermakna sebuah harapan dan keikhlasan melepasku untuk berkarya dan mengabdi pada bangsa ini. Tiba di Bumi Khatulistiwa, Aku mencoba beradaptasi dengan budaya dan lingkungan sekitar. Tidak sulit rupanya untuk membuat betah diri sendiri, karena selalu ada teman seperantauan untuk berkeluh kesah dan tertawa bersama.

Cukup lama Aku diberi kesempatan untuk mempelajari seputar kelistrikan di Wilayah Kalimantan Barat, dari hulu sampai hilir proses bisnis. Kunjungan ke site Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan pengalaman bernegosiasi dengan warga setempat mengenai pembebasan lahan untuk jalan akses ke pembangkit listrik yang akan dibangun. Setelah presentasi singkat masing-masing individu tentang proses bisnis PLN Wilkalbar, surat yang ditunggu-tunggu telah tiba, apalagi kalau bukan SK pengangkatan pegawai, dimana disitu tertulis unit penempatan masing-masing individu lengkap dengan jabatannya.

No matter how far apart, we are always under the same sky

Pusat Listrik (PLTD) Siantan terletak di jantung kota Pontianak, tepatnya di sisi utara di pesisir sungai Kapuas yang sangat terkenal, membelah Pontianak menjadi tiga bagian. Dari sungai itu juga mesin-mesin pembangkit “minum” untuk mengurangi “dahaga” dan panas, karena kalau mereka berhenti minum, pasti mereka akan ngambek dan tak mau beroperasi. 

Inilah unit penempatanku sesuai SK penempatan, sebuah unit dengan raungan-raungan mesin yang tak pernah berhenti menyuplai energi listrik di sistem kelistrikan Khatulistiwa. Rekan-rekan yang lain sudah tersebar di beberapa penjuru Kalbar, namun Allah berkehendak Aku masih tinggal di kota ini. Kami saling memberi kabar lewat grup aplikasi whatsapp, bagaimana suka dan duka saat pertama kali tinggal di tempat masing-masing. Janji Kami akan berkumpul kembali jika ada waktu dan kesempatan demi menjaga tali silaturahmi.

Saat pertama kali menginjakkan kaki disini, Aku diterima dengan sambutan yang ramah oleh manajemen PLTD dan memberikan kesempatan untuk berkeliling mempelajari situasi dan kondisi. Mengamati beberapa teknisi yang sedang bekerja, celakanya saat ikut nimbrung, Aku terpeleset dan hampir jatuh dari lantai kerja mesin ke roda gila, untungnya ada yang sigap memegang tanganku. Setelah peristiwa itu, Manajer mewanti-wanti untuk segera memakai peralatan kerja lengkap khususnya safety shoes, memang sakitnya tidak seberapa, namun rasa malu ini tak bisa dibendung.

No water, no party

Musim kemarau yang lumayan panjang membuat kondisi air tanah maupun air sungai menjadi sangat asin, sehingga kurang layak untuk dikonsumsi maupun digunakan sebagai pendingin mesin diesel pembangkit listrik. Biasanya saat cuaca normal, parameter air baku mampu untuk diolah sebagai air pendingin, namun dalam kondisi ekstrim saat musim kemarau, tidak memungkinkan peralatan pengolah air melakukan fungsinya. Kami pun segera mengambil tindakan untuk mencari sumber air terdekat yang layak untuk diolah menjadi air pendingin. Tidak jauh dari unit PLTD, terdapat sebuah sungai kecil dengan akses jalan yang mampu dilalui oleh mobil tanki pengangkut air. Setelah dilakukan sampling kandungan dan kondisi air, maka dilakukan pengambilan air sungai dan ditampung pada mobil tangki. Dalam sehari dapat menyuplai air baku ke unit pengolahan air hingga tiga mobil tangki.

Ada saja hal-hal yang tidak mengenakkan bagi Kami selama menyambangi sumber air tersebut, misalnya warga sekitar yang mencibir Kami mengenai problem klasik kelistrikan, yakni seringnya padam listrik serta kedatangan Kami yang dirasa tidak mempunyai ijin dan wewenang untuk mengambil air, padahal sudah Kami jelaskan tentang kondisi saat itu. Namun dari waktu ke waktu, warga luluh dan bisa memaklumi karena pekerjaan Kami saat itu secara tidak langsung menjaga keandalan suplai energi listrik bagi warga. Hal yang tidak terduga, ada warga yang secara sukarela menyediakan minuman dan makanan kecil bagi Kami, saat siang hari yang terik yang tentu saja menyebabkan dahaga akut. Sekali lagi Kami merasa dihargai walaupun awalnya sulit mengambil hati warga setempat.

Aku seperti siput, rumahku bisa dimana saja menemani perjalananku

Setahun itu terasa singkat sejak Aku menginjakkan kaki pertama kali di kota Pontianak, setahun itu pula Aku menghabiskan waktu untuk belajar dan berkarya di unit PLTD. Rindu kampung halaman itu manusiawi, tapi selama Tuhan belum memberi waktu dan kesempatan, maka Aku lebih memilih terus belajar dan berkarya demi membunuh waktu. Aku sadar saat itu Aku masih “anak bawang” yang masih berbentuk umbi, harus banyak asupan pupuk berupa pengalaman agar cepat matang. Banyak kawan se-profesi yang membuat Aku betah berlama-lama dengan mereka, ya…mereka seperti harta karun yang Aku temukan saat aku berpetualang. Bekerja dari pagi hingga malam untuk memastikan “dapur” Kami terus berasap, hingga nantinya siap dihidangkan ke masyarakat.

Teman-teman senior banyak mengajarkan tentang dedikasi dan tanggung jawab, hal yang sangat berharga disamping ilmu teknis. Manajer Kami pun selalu menekankan, “peliharalah sawah ladang Kita, karena dari situ Kita bisa hidup dan menghidupi”. Walaupun setiap waktu mesin-mesin itu “meraung-raung”, tapi dari “raungan” itu mengisyaratkan masyarakat menikmati listrik dan pembangunan yang berkelanjutan.

Oleh : Caesar Wira Sanjaya

NIP : 8914067ZY

Unit Kerja : Pusat Listrik (PLTD) Siantan, Sektor Pembangkitan Kapuas, Wil. Kalbar

Sehubungan dengan Kartu Tanda Pengenal sedang proses pembuatan baru karena suatu hal, maka penulis hanya bisa melampirkan foto Kartu Anggota Serikat Pekerja PLN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun