Mohon tunggu...
wira sanjaya
wira sanjaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan Menuju Raungan Mesin

25 Oktober 2016   23:47 Diperbarui: 25 Oktober 2016   23:54 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pusat Listrik (PLTD) Siantan terletak di jantung kota Pontianak, tepatnya di sisi utara di pesisir sungai Kapuas yang sangat terkenal, membelah Pontianak menjadi tiga bagian. Dari sungai itu juga mesin-mesin pembangkit “minum” untuk mengurangi “dahaga” dan panas, karena kalau mereka berhenti minum, pasti mereka akan ngambek dan tak mau beroperasi. 

Inilah unit penempatanku sesuai SK penempatan, sebuah unit dengan raungan-raungan mesin yang tak pernah berhenti menyuplai energi listrik di sistem kelistrikan Khatulistiwa. Rekan-rekan yang lain sudah tersebar di beberapa penjuru Kalbar, namun Allah berkehendak Aku masih tinggal di kota ini. Kami saling memberi kabar lewat grup aplikasi whatsapp, bagaimana suka dan duka saat pertama kali tinggal di tempat masing-masing. Janji Kami akan berkumpul kembali jika ada waktu dan kesempatan demi menjaga tali silaturahmi.

Saat pertama kali menginjakkan kaki disini, Aku diterima dengan sambutan yang ramah oleh manajemen PLTD dan memberikan kesempatan untuk berkeliling mempelajari situasi dan kondisi. Mengamati beberapa teknisi yang sedang bekerja, celakanya saat ikut nimbrung, Aku terpeleset dan hampir jatuh dari lantai kerja mesin ke roda gila, untungnya ada yang sigap memegang tanganku. Setelah peristiwa itu, Manajer mewanti-wanti untuk segera memakai peralatan kerja lengkap khususnya safety shoes, memang sakitnya tidak seberapa, namun rasa malu ini tak bisa dibendung.

No water, no party

Musim kemarau yang lumayan panjang membuat kondisi air tanah maupun air sungai menjadi sangat asin, sehingga kurang layak untuk dikonsumsi maupun digunakan sebagai pendingin mesin diesel pembangkit listrik. Biasanya saat cuaca normal, parameter air baku mampu untuk diolah sebagai air pendingin, namun dalam kondisi ekstrim saat musim kemarau, tidak memungkinkan peralatan pengolah air melakukan fungsinya. Kami pun segera mengambil tindakan untuk mencari sumber air terdekat yang layak untuk diolah menjadi air pendingin. Tidak jauh dari unit PLTD, terdapat sebuah sungai kecil dengan akses jalan yang mampu dilalui oleh mobil tanki pengangkut air. Setelah dilakukan sampling kandungan dan kondisi air, maka dilakukan pengambilan air sungai dan ditampung pada mobil tangki. Dalam sehari dapat menyuplai air baku ke unit pengolahan air hingga tiga mobil tangki.

Ada saja hal-hal yang tidak mengenakkan bagi Kami selama menyambangi sumber air tersebut, misalnya warga sekitar yang mencibir Kami mengenai problem klasik kelistrikan, yakni seringnya padam listrik serta kedatangan Kami yang dirasa tidak mempunyai ijin dan wewenang untuk mengambil air, padahal sudah Kami jelaskan tentang kondisi saat itu. Namun dari waktu ke waktu, warga luluh dan bisa memaklumi karena pekerjaan Kami saat itu secara tidak langsung menjaga keandalan suplai energi listrik bagi warga. Hal yang tidak terduga, ada warga yang secara sukarela menyediakan minuman dan makanan kecil bagi Kami, saat siang hari yang terik yang tentu saja menyebabkan dahaga akut. Sekali lagi Kami merasa dihargai walaupun awalnya sulit mengambil hati warga setempat.

Aku seperti siput, rumahku bisa dimana saja menemani perjalananku

Setahun itu terasa singkat sejak Aku menginjakkan kaki pertama kali di kota Pontianak, setahun itu pula Aku menghabiskan waktu untuk belajar dan berkarya di unit PLTD. Rindu kampung halaman itu manusiawi, tapi selama Tuhan belum memberi waktu dan kesempatan, maka Aku lebih memilih terus belajar dan berkarya demi membunuh waktu. Aku sadar saat itu Aku masih “anak bawang” yang masih berbentuk umbi, harus banyak asupan pupuk berupa pengalaman agar cepat matang. Banyak kawan se-profesi yang membuat Aku betah berlama-lama dengan mereka, ya…mereka seperti harta karun yang Aku temukan saat aku berpetualang. Bekerja dari pagi hingga malam untuk memastikan “dapur” Kami terus berasap, hingga nantinya siap dihidangkan ke masyarakat.

Teman-teman senior banyak mengajarkan tentang dedikasi dan tanggung jawab, hal yang sangat berharga disamping ilmu teknis. Manajer Kami pun selalu menekankan, “peliharalah sawah ladang Kita, karena dari situ Kita bisa hidup dan menghidupi”. Walaupun setiap waktu mesin-mesin itu “meraung-raung”, tapi dari “raungan” itu mengisyaratkan masyarakat menikmati listrik dan pembangunan yang berkelanjutan.

img-0581-jpg-580f8dd192fdfdb626a187d8.jpg
img-0581-jpg-580f8dd192fdfdb626a187d8.jpg
Oleh : Caesar Wira Sanjaya

NIP : 8914067ZY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun