Mohon tunggu...
Caesar Vendhero
Caesar Vendhero Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hari esok harus lebih baik daripada hari ini

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Angsa yang Cantik ...

7 September 2011   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:10 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini adalah reuni SD Tunas II , sudah hampir seperempat abad kami tidak saling bertemu maupun saling menyapa teman-teman masa kecil, dan hari ini semuanya bisa berkupul bersama. Satu persatu teman-teman datang dan aku sebagai tuan rumah sangat bahagia karena semua teman yang kami undang meluangkan waktu untuk hadir.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti, seorang wanita sangat cantik dengan baju merah tua  datang menghampiri kami. Sumpah kami benar-benar sangat tercengang dengan kecantikannya . Kulitnya sangat putih mulus, wajahnya sangat berkilau, penampilannya sungguh sangat mempesona, usianya tidak lebih dari 25 tahun. Aku saja yang seorang perempuan tak berkedip melihatnya apalagi mereka para kaum pria.

Dia datang menghampiriku, " Hay, Umi apa kabar ? kau lupa padaku ?" sapanya dengan riang sambil mencium pipiku. Aku tetap saja terkejut, siapakah dirimu ? pikirku dalam hati, aku tersenyum sambil mencari-cari jawaban siapakah dia....

" Aku Hanik, kau lupa padaku, kita dulu teman sebangku dan kau yang selalu menolongku setiap aku diejek teman-teman sekelas, kau benar lupa padaku ? " katanya sambil memegang tanganku.

" Ya Allah, Hanik...." teriakku, kali ini aku yang memeluknya sangat erat.

Ingatanku melayang dua puluh tahun silam, Hanik bocah kurus yang selalu sakit-sakitan, rambutnya merah karena kurang gizi kulitnya hitam kering , kaki dan tangannya juga penuh belang-belang karena sering korengan. Teman-temanku sangat jijik berdekatan dengan Hanik, bahkan mereka menolak untuk menjadi teman sebangkunya.

" Kenapa kamu mau duduk denganku? ", Dia bertanya padaku suatu hari.

" Aku mau duduk dengan siapa saja, " jawabku , padahal kalau mau jujur Ibukulah yang memaksaku untuk duduk sebangku dengan Hanik, karena Ibu tau , Hanik sangat diasingkan di kelas.

Hanik hidup dengan neneknya waktu itu, karena kedua orang tuanya meninggal dunia. Waktu kelas lima SD, neneknya meninggal dan Hanik kemudian tinggal di Panti Asuhan karena kerabatya tidak ada yang mau menampungnya. Aku juga ingat betapa, Hanik selalu menjadi bahan ejekan juga selalu dicemooh oleh teman-teman sekelas kami.

" criping pisang kapok, Hanik cincing belang totok " , ejekan  itu selalu kudengar setiap hari, setiap saat ejekan yang ditujukan pada Hanik karena memang kaki dan tangannya penuh belang bekas koreng. Dan saat Hanik menangis dia selalu datang padaku. Karena memang cuma akulah temannya. Hanik juga dilarang deket dengan teman-teman karena mereka takut ketularan korengnya, kadang Hanik dilempari dengan kerikil atan kadang dengan batu oleh mereka. Pernah juga Hanik disiram dengan air karena tidak mau minggir ketika mereka mau lewat. Akupun sering diasingkan oleh mereka karena berteman dengan Hanik, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa padaku karena ibuku adalah salah seorang guru di Sekolah Dasar Tunas II.

Lulus Sekolah Dasar, kami  berpisah. Aku tidak pernah tau kabar Hanik, suatu hari aku pernah datang ke Panti untuk menemuinya, tetepi Hanik sudah tidak ada di situ, pindah entah kemana.

" Aku pernah datang ke Panti mencarimu, tetapi mereka bilang kamu sudah pindah, "  kataku sambil menatapnya.

" Seorang Dokter,  relawan dari Amerika datang ke Panti, dia iba padaku dan kemudian mengadopsiku kemudian membawaku ke Amerika .." katanya sambil terus memegang tanganku.

" Kamu sangat cantik dan sangat muda, " kataku tidak bisa membendung rasa penasaran dan kekagumanku padanya.

Acara reuni dimulai, semua teman-temanku sangat tercengang waktu kuperkenalkan  Hanik. Kulihat wajah mereka yang begitu kaget dan merah padam. Teman sekelas yang sangat menjijikkan dan  korengan sekarang ada didepan matanya, sangat cantik , sangat muda dan sangat kaya.

Hanik menyapa mereka, saat ini dia adalah seorang dokter ahli kecantikan dan tinggal di Amerika, menjadi warga negara disana juga menikah dengan Jose Vendhero.

Setelah acara selesai, Hanik menelpon suami dan anaknya untuk datang kerumah. Seorang bule dan bocah laki-laki tampan menyapa keluargaku dan membawakan banyak sekali bingkisan untuk kami.

Hanik bercerita panjang lebar tentang dirinya, hidupnya yang berubah 180 derajat, karena belas kasihan relawan asing yang kemudian menjadikannya anak dan merawatnya dengan sangat baik. " Aku sangat ingin melihat kampung halamanku, melihat makam leluhurku, Juga  melihatmu seseorang yang selalu membelaku saat aku tidak punya siapapun dimasa lalu ".

Kami bercerita panjang dan lebar, aku sangat kagum dengan Hanik, seorang bocah kurus, korengan sekarang menjadi sangat berbeda dan sangat berkelas. Tuhan telah menentukan garis nasib yang berbeda , kisah Hanik sangat menampar teman-temanku, walau kejadian itu dimasa lalu tetap saja kulihat wajah teman-teman yang begtu malu, apalagi ketika Hanik membagi-bagikan bingkisan kecil untuk mereka juga menyapa mereka dengan ramahnya seakan sudah lupa akan semua kejadian di masa lalu. Dia yang korengan sudah berubah menjadi angsa yang cantik.

***

Semarang, 7 September 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun