Mohon tunggu...
Dipananta
Dipananta Mohon Tunggu... Buruh - manusia menulis

belajar untuk menulis untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Simulakra Ducati Monster: Geberan Pemanggil Petugas

2 Agustus 2021   20:58 Diperbarui: 2 Agustus 2021   21:30 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau ada orang yang menggeber untuk memanggil dirinya dengan geberan motor apakah ia akan menengok? 

Pantaskah seorang manusia yang dapat memanggil atau meminta tolong untuk dilayani dengan menghampiri langsung, malah menggeber-geber saja motor supernya untuk memanggil? Ini masalah etika, jawab sendiri saja. 

Kalau menurut saya, tidak pantas.  Kita hidup di sebuah negara yang terkenal memiliki tata krama dan budaya yang tinggi dalam meminta tolong, mengucapkan salam, meminta maaf serta mengucapkan terima kasih. 

Dari perilaku bapak monster dukati ini, saya dapat menilai bahwa ia merasa punya relasi kuasa yang lebih tinggi daripada petugas pengisian bensin. Terkaan hemat saya, hal ini bisa terjadi karena faktor ekonomi yang ia miliki. 

Dengan begitu, Ia bisa memanggil seorang lain dengan cara yang kurang layak seperti itu, karena ia punya uang lebih banyak. Kasihan sekali bapak monster dukati ini, karena ia tidak sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia sedang merasa tinggi di tempat rendah dengan pondasi yang rapuh. 

Setelah saya renungi sedikit, saya kira sebuah bentuk perilaku yang diracuni imajinasi semu tentang nilai yang seseorang pikir ia miliki padahal tidak.  Dalam bahasa Jean Baudrillard, simulakra dalam nilai sebuah motor Ducati Monster. Dengan memiliki motor Ducati Monster, merasa lebih kaya, ia merasa jadi lebih tinggi dibanding orang lain. 

Nilai sebuah motor Ducati Monster menjadi nilai kehormatan lebih bagi pemakainya. Tidak hanya nyaman dan cepat tangguh di segala medan, tapi juga meninggikan derajat pengendara karena merupakan sebuah barang mahal yang tidak semua orang bisa miliki. Sebuah privilese semu. 

Nilai ini membentuk perasaan dapat memperlakukan orang lain dengan kurang sopan atau layak karena orang lain itu dinilai lebih rendah, padahal pada kenyataannya tidak demikian. 

Bukankah petugas pengisian bensin datang dan tetap ramah padanya bukan karena motor Ducati Monster, melainkan karena tanggung jawab profesi. Tidakkah Ducati Monster juga hanya motor? Kendaraan yang membawa kita dari titik A ke titik B? 

Kendati demikian, saya tetap yakin bahwa tidak semua orang bermotor sekelas Ducati Monster berperilaku demikian. Masih ada yang menggunakan geberan motornya bukan untuk menandai kuasa, tapi untuk... Ya, untuk apa sajalah, yang penting tidak merendahkan atau merugikan.  

Lalu pertanyaannya, kalau sebuah benda itu memberikan kita nilai semu akan suatu perasaan, lalu mengapa kita membeli benda itu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun