Indonesia Apakah Mampu menjadi Negara Swasembada Garam ?Â
Pertanyaan ini sering terlontar oleh banyak orang di Indonesia, klise memang, mengingat kata orang Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah perairan yang besar.
Menjadi negara swasembada adalah cita cita yag mulia. Keinginan Indonesia menjadi negara yang berdikari dan swasembada garam adalah pemikiran brilian yang diutarakan oleh Menteri Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan RI). Memang Indonesia memiliki kelebihan mengenai garis pantai terpanjang di dunia, namun itu bukanlah sebuah jaminan untuk keberhasilan sebuah program swasembada. Indonesia harus dapat menghitung sejauh mana peluang tersebut apabila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi menjadi negara swasembada garam.
Kebutuhan Garam Indonesia
Untuk menjadi negara swasembada garam itu bisa saja dilakukan, namun garam yang seperti apa? Kebutuhan nasional kita tentang garam hari ini lebih banyak diperlukan oleh kegiatan Industri yang menggunakan garam sebagai bahan bakunya dibandingkan dengan garam sebagai konsumsi. Hampir 60 persen kebutuhan garam Indonesia diperlukan untuk industri garam. Ingat bukan untuk konsumsi. Sebelumnya saya sebelumnya pernah memaparkan bahwa kualitas garam Indonesia belum cukup memenuhi kebutuhan garam Industri karena memang kualitas garam Indonesia belum memenuhi standar garam industri.
Â
Â
Kebutuhan garam untuk industri diproyeksi akan terus meningkat. Diperkirakan, kebutuhan garam untuk industri akan bertambah sekitar 50.000 ton setiap tahun. Tingginya kebutuhan garam ini dipicu oleh industri pangan dan industry CAP yang terus tumbuh.
Melihat tingginya potensi penyerapan garam bagi industry dan konsumsi, impor garam tetap harus berjalan. Pasalnya, produksi garam lokal masih terbatas dan belum bisa mengimbangi permintaan yang tinggi.
Garam merupakan komoditas yang masih menjadi penopang hidup masyararakat di berbagai daerah. Sebaran petani garam di Indonesia cukup banyak, namun biasanya sentra penghasil garam tersebut tidak besar dan usahanya masih terpencar pencar, berbeda dengan di Australia, sentra usaha garam memang menjadi industri yang menopang devisa negara.
Tengah          : Sentra Garam Pamekasan
Bawah          : Sentra Garam Sumenep
Terlihat dalam foto satelit bahwa Lahan Garam kalah jauh dengan Australia. Di Australia memiliki lahan garam yang sangat besar dan tersetralkan dalam suatu wilayah, sedangkan di daerah Pamekasan maupun Sumenep, lahan produksi garam sangat kecil dan letaknya terpencar pencar. Kondisi ini tentunya sangat merugikan, pasti akan ada biaya transportasi yang sangat besar nilainya. Ketersediaan lahan juga menjadi kendala. Lahan yang sempit mengakibatkan nilai produksi pun kecil. Untuk memperbesar lahan sangat sulit, mengingat kepemilikanlahan hari ini masih sulit untuk dibeli oleh negara, dan sangat rumit.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H