Di era digital seperti sekarang ini, teknologi dan internet telah mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Akses yang mudah ke informasi dan media sosial memberikan kenyamanan bagi penggunanya, tetapi juga membawa konsekuensi termasuk meningkatnya fenomena FOMO.
 Remaja hingga dewasa muda zaman now sangat rentan terhadap fenomena FOMO, karena mereka tumbuh bersama kepesatan teknologi dan cenderung banyak menghabiskan waktu luang untuk menjelajahi internet.
Istilah FOMO pasti sudah tidak asing lagi kita dengar karena menjadi hal yang semakin intens dan sering bermunculan. Terutama di platform-platform media sosial seperti TikTok dan Instagram yang ramai pengguna, karena di platform ini kita sering terpapar dengan konten-konten yang sedang tren atau viral.
Apa itu FOMO?
FOMO merupakan singkatan dari Fear of Missing Out, istilah yang menggambarkan rasa takut, khawatir, dan tidak inginnya seseorang untuk tertinggal momen atau informasi yang terjadi disekitarnya. F
OMO bisa terjadi dalam berbagai hal seperti tidak mau ketinggalan tren, pengalaman menarik, atau pencapaian orang lain. Ketika seseorang mengalami FOMO, mereka akan cemas atau tidak nyaman dengan kemungkinan kehilangan pengalaman menarik atau sesuatu yang sedang tren. Mereka merasa perlu terus terhubung dengan apa yang sedang terjadi di sekitar agar tidak tertinggal.
Faktor yang bisa membuat FOMO salah satunya ya media sosial, karena di sosial media terlihat orang-orang menebarkan kebahagiaan, hal-hal viral yang membuat orang tertarik dan ingin ikut serta dalam tren yang ada.Â
FOMO juga dapat mempengaruhi faktor dan tingkat kepuasan hidup kita jika berlebihan dan tidak diatasi dengan baik. Ketika FOMO menjadi berlebihan, kita cenderung membandingkan hidup kita dengan orang lain hal ini bisa membuat kita menetapkan standar hidup berdasarkan apa yang kita lihat.Â
Selain itu kecenderungan untuk ngepoin sesuatu hal yang sebenarnya tidak begitu penting bagi kita juga bisa memepengaruhi kepuasan hidup. Kita terlalu terfokus pada hal-hal yang tidak memberikan nilai atau manfaat dalam kehidupan kita. Sehingga melupakan hal-hal yang sebenarnya membutuhkan perhatian dan kendali kita di dalamnya.
Meskipun FOMO sering dianggap sebagai fenomena negatif, sebenarnya ada juga dampak positif yang bisa timbul salah satunya adalah menandakan bahwa kita masih punya kepekaan pada hal atau orang sekitar, ini menunjukkan bahwa kita peduli terhadap hal-hal yang terjadi disekitar kita.Â
Selain itu bisa menjadi sumber inspirasi terhadap konten-konten yang sedang tren. Dapat kita jadikan motivasi untuk ikut serta dalam hal tersebut asalkan masih pada hal yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Penting untuk diingat bahwa harus tetap hati-hati karena dampak positif dari FOMO hanya berlaku jika kita mengelola dan mengontrolnya dengan baik.
Tips untuk menghindari FOMO
1. Fokus pada hal hal baik yang sudah ada, seringkali kita cenderung melupakan atau mengabaikan apa yang kita punya karena terlalu fokus pada hal-hal yang belum kita capai. Mengalihkan perhatian pada hal-hal positif yang sudah ada dalam hidup dapat membantu mengurangi perasaan ketidakpuasan yang akan mendorong fomo.
2. Tetapkan tujuan dan prioritaskan kehidupaan, dengan mengetahui apa yang benar-benar penting dan membedakan antara kebutuhan dengan keinginan dapat mengurangi dorongan untuk mengejar segala sesuatu yang mungkin membuat kita merasa tertinggal.
3. Mengontrol dan mengendalikan diri, sadari bahwa ada hal-hal yang perlu kita kendalikan seperti kebiasaan penggunaan media sosial yang berlebihan atau dorongan untuk selalu terlibat dalam konten konten yang sedang tren. Dengan memperkuat kemamapuan kita mengendalikan diri, kita dapat mengurangi dorongan untuk selalu terlibat dalam segala sesuatu.
4. Hindari membandingkan diri sendiri dengan orang lain, kita harus menghargai dan mencintai diri sendiri dan mengembangkan kesadaran bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan serta tantangan dan pencapaian masing masing. Alihkan fokus pada pertumbuhan dan pencapaian tanpa terpengaruh oleh apa yang selalu orang lain lakukan atau miliki.
5. Kurangi penggunaan media sosial, menghabiskan banyak waktu di media sosial atau aplikasi media sosial sering kali menyebabkan kita terpapar dengan gambaran selektif kehidupan orang lain, Ketika kita terus menerus melihat prestasi, kesenangan, atau pengalaman menyenangkan orang lain kita akan cenderung merasa tertinggal atau kurang bernilai. Dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial kita dapat mengurangi dampak negatif dari FOMO.
Jangan merasa berlomba dengan siapapun, always know yourself and your limit. Jangan insecure atas pencapaian orang lain karena pencapaian orang lain bukan standarisasi kesuksesan kita. Penting untuk diingat bahwaa kebahagiaan sejati tidak selalu tergantung pada apa yang kita lihat atau apa yang kita lewatkan di media sosial. Melainkan, kebahagiaan yang benar benar berarti dapat ditemukan dalam cara kita menghargai, mensyukuri, dan mengelola kehidupan kita sehari-hari.
Dalam upaya menghadapi tekanan FOMO di dunia digital, penting bagi kita untuk memprioritaskan kesejahteraan mental dan emosional kita. Ini melibatkan pengembangan kesadaran diri yang lebih dalam dengan memnfokuskan perhatian pada hal-hal penting dan berarti dalam kehidupan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H