Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, begitu juga dalam mengatur tatanan kehidupan di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu penunjang kebahagian tersebut adalah dengan memiliki tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin) dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Kesehatan merupakan hak asasi manusia serta sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah serta memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Maka dari itu, sebagai hamba Allah Swt. hendaknya kita selalu menjaga kesehatan tubuh kita. Karena dengan tubuh yang sehat, jiwa menjadi kuat serta pikiran dan hati kita akan selamat dari godaan syaitan yang dilaknat oleh Allah Swt.
Syaiful hamali mengutip pendapat Norman Vincent Peale bahwa agamaÂ
merupakan alat atau perantara yang dapat memberikan rasa keimanan dan rasaÂ
keyakinan kepada manusia untuk pasrah dan memohon pertolongan kepada AllahÂ
dari segala hal yang tidak menyenangkan dari problem-problem yang dihadapi.
Najati mengutip pendapat Arnold Toynbee bahwa agama penting bagi kehidupanÂ
manusia, ketika itu diceritakan krisis yang dialami oleh orang Eropa pada masaÂ
modern ini disebabkan oleh karena kemiskinan spiritual yang jalan untukÂ
menyembuhkan tiada lain hanya dengan kembali pada agama. Berdasarkan cerita di atas, dapat dipahami bahwa manusia di masa modernisasi mulai mengabaikan unsurunsurspiritual dan mengagungkan sifat yang mengandung nilai-nilai materi dalam kehidupan, sehingga menciptakan krisis, seperti hubungan antara agama dengan kebudayaan semakin merenggang, oleh karena disebabkan nilai-nilai agama semakin memudar dalam bersikap dan beringkah laku. Fenomena tersebut berdampak pada nilai kebudayaan yang bersumber pada ajaran agama berubah menjadi nilai sosial yang bersifat sekuler. Dengan demikian, dari aspek itulah penyebab berbagai permasalahan kejiwaan manusia di dalam kehidupan. Berdasarkan urain teori di atas,Â
dapat dipahami bahwa pada intinya agama merupakan kebutuhan pokok manusia karena hanya agama yang dapat memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi manusia secara fisik atau terkait masalah psikis (sakit mental) di dalam kehidupan sehari-hari.Agama dapat dimaknai sebagai alat untuk menyembuhkan jiwa melalui ajaranajaran agama. Sebab dari aspek ilmu kesehatan jiwa ada dua macam bentuk pengobatan yaitu pertama somoterapi. Yang dimaksud somoterapi ialah pengobatan secara fisik berupa obat-obatan. Kedua dengan cara pengobatan psikoterapi. Yang dimaksud psikoterapi ialah pengobatan yang tidak mengutamakan pada bagian badan yang sakit atau anggota fisik yang terganggu, tetapi lebih diutamakan di bagian psikis (mental emosional) dengan berpedoman pada kajian ilmu psikologi. Pengobatan secara psikoterapi menjadi metode psikologi sebagai solusi agama terhadap problematika psikis manusia. Apalagi manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki kesatuan potensi jasmani dan rohani. Sementara hubungan rohani dan agama ada kaitanya dengan sikap keyakinan. Yang dimaksud keyakinan ialah perilaku yang bersifat pasrah diri manusia terhadap kekuasan Allah. Sifat pasrah merupakan cerminan dari sudut pandang secara positif pada diri manusa sehingga menciptakan perasaan positif seperti bahagia, merasa dicintai dan aman.Langkah untuk menemukan makna kebahagian hidup bagi manusi secara sudut pandang kajian ilmu psikologi ada yang namanya logoterapi. Yang dimaksudÂ
logoterapi ialah semacam terapi dari kegiatan yang berpotensi memberikan peluang kepada manusia untuk menemukan makna hidup. Adapun kegiatan yang dimaksud dalam terapi logoterapi meliputi berkarya, cinta dan penderitaan. Tetapi kegiatan yang bersifat terapi tersebut sulit terlaksana maka ibadah dari ajaran agama merupakan salah satu cara yang paling mudah digunakan untuk membuka sudut pandangan manusia akan nilai-nilai potensial dan kebahagian hidup. Berdasarkan urain tersebut, dapat dipahami bahwa apabila manusia menjauhkan diri dari sang Maha pencipta, itu artinya manusia sedang mengosongkan diri dari nilai-nilai agama, hal sedemikian merupakan kerugian terbesar bagi manusia selaku makhluk berdimensi spiritual. Sementara pendapat lain, menurut Mulyadi bahwa agama dalam kehidupan manusia berperan sebagai motivasi dalam mendorong untuk melakukan aktivitas yang bersifat positif, karena sikap yang dilakukan yang berpedoman keyakinan terhadap agama dinilai mempunyai unsur kesucian dan bersifat ketaatan. Secara umum uraian tersebut dapat disaksikan dan dibuktikan dalam pengalaman kehidupan nyata bahwa Alquran sudah mengabadikannya di kisah Maryam binti Imran. Sebagaimana dikisahkan dalam Alquran, Maryam binti Imram adalah manusia yang berpedoman pada agama dan memiliki ketaatan dan keyakinan yang bersifat pasrah kepada Allah. Alquran menggambarkan bentuk kepasrahan yang dilakukan Maryam binti Imram terletak pada surat Maryam ayat 30. Ketika itu dikisahkan Bani IsrailÂ
berprasangka buruk terhadap Maryam binti Imran dan tidak ada satupun yangÂ
percaya bahwa kehamilan yang dialami Maryam binti Imran merupakan bagian wujud kemuliaan dan ketetapan Allah. Bahkan Bani Israil tetap mengira Maryam binti Imran sudah melakukan berbuatan hina yang berupa zina. Berdasarkan pendapat M. Quraish Shihab pakar tafsir bahwa meskipun dihina, diasingkan dan dipandang rendah, Maryam binti Imran tetap menyerahkan segala persoalan tersebut kepada sang Maha pencipta. Alhasil psikis Maryam binti Imran tetap tegar dan tenang dalam menghadapi segala tuduhan Bani Israil. Berpedoman pada pendapat William James pakar filosof dan ahli ilmu jiwaÂ
bahwa keimanan yang yang dimiliki Maryam binti Imran adalah terapi terbaik bagi keresahan yang melanda manusia, karena keimanan salah satu kekuatan yang harus terpenuhi dalam rangka menopang hidup manusia. Keimanan yang kuat akan melindungi manusia dari keresahan dan selalu tabah sekaligus tegar menghadapi segala cobaan atau penderitaan yang menimpa. Selanjutnya berdasarkan atas petunjuk dan bimbingan yang diberikan Allah. Maryam binti Imran dikisahkan menunjuk kepada Isa lalu berkata "Tanyalah anak ini, dia akan menjelaskan kepada kalian duduk perkaranya". Tanpa diterima nalar, berkat keyakinan dan kepasrahan kepada agama. Maryam binti Imran mendapatkan pertolongan, dari sikap kepasrahan tersebut. Allah memberikan pertolongan untuk menyelesaikan problematika hidupÂ
yang dihadapi Maryam binti Imran dengan memberikan kuasa di luar nalar bahwaÂ
anak yang masih di gendongan dapat berkata "Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia telah memberiku al-kitab dan Dia telah menjadikan aku seorang nabi". Dengan demikian, merujuk pada teori dan kisah di atas, dapat dipahami bahwa ada berbedaan besar antara manusia yang memiliki keyakinan dengan manusia yang tidak memiliki keyakinan dan sering acuh-tak acuh kepada agama. Hal tersebut tergambarkan dari aspek psikologi bahwa rawud wajah manusia yang hidup dengan berpegang teguh terhadap keyakinan agama terlihat ketentraman pada batin, sikap tenang dan tidak memiliki sikap gelisah serta kecemasan dan ketakutan. Sebaliknya bagi manusia yang hidupnya terlepas dari peran agama, akan tergambarkan dengan psikis yang terganggu oleh kegoncangan dari persoalan hidup, sehingga menimbulkan kebingungan, ketakutan dan frustasi. Sedangkan apabila manusia memiliki sikap frustasi dan rasa ketakutan akan menimbulkan ketegangan batin, konflik batin dan gangguan emosional, yang menjadi penyebab timbulnya ketidaksehatan mental bagi manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H