Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen | Misteri Sensualitas

29 Agustus 2017   01:29 Diperbarui: 29 Agustus 2017   02:03 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melindur  semalam di atas pembaringan, "Oh jadi kek gitu? Kek gitu! Alasan yang bikin kamu mutusin aku, beib? Sakit tau, sakit! Pake banget!"

Mendadak badan berasa digebuk bantal, terperanjat bangun, melihat Humaira, harem ane yang bergaun malam transparan, duduk menyiku di samping badan ane berebah telanjang di balik selimut, menutupi aurat otot-otot yang semalam tadi habis jor-joran, malam jum'atan.

Humaira cekikikan. Ane bangun mengucek mata, menguap, merentang tangan dan melipatnya ke balik bantal kepala, rileks. "Emangan belum tidur, beib? Pake ketawa lagi."

"Ngelindur, By?" Sahutnya, mengibaskan rambutnya yang panjang menyentuh kulit punggunya yang terbuka, menenglengkan kepala, menatap wajahku berebah di atas bantal.

"Dari tadi aku udah bangun, ini udah mau lewat Subuh, By." Lalu dia berebah berdampingan di bantal, hingga kami bersitatap, dan tangannya merangkul mengusap ke bagaian dadaku yang berbulu tipis, merambat ke perut, lalu bermain di antara puting susu di dadaku, "Sekali-kali kamu ngerasain diputusin, By! Kan biasanya kamu yang mutusin."

Ujaran barusan tadi, mengingatkan ke masa-masa ane sebelum kawin. Entah harem dapat info dari mana, dia tahu ane punya beberapa mantan, yang enggak jelas rimbanya.

Ane mendongkakkan pandang ke langit-langit. Berasa dia ngomong kayak ane dibikin barang egois, pake banget.

Ane sambung omongan yang barusan dia kemukakan, "Lelaki sejati biasanya enggak pernah mutusin cewek, beib. Mereka yang ninggalin ane. Itu kalau kamu pengen tau. Lelaki sejati itu diputusin cewek, enggak sebaliknya. Kecuali cowok yang rada-rada sholehah, atau anak mami." Sahut ane, rada-rada mengejek.

"Kok solehah sih, KW2 Kali?" Candanya menoel hidung ane, manja. Lalu berseloroh dengan penjelasannya, "Lelaki sejati nggak akan menyakiti perempuan, sekalipun mereka merasa nggak cocok lagi, By. Harusnya cowok memilih untuk berterus terang, memberitahu ketidakcocokan pada hubungan mereka secara langsung, bukan mencari-cari alasan supaya hubungan mereka terlihat salah."

"Ya nggak kek gitu juga aturannya, beib." Timpal ane, yang gak bisa terus terang, kalau cowok gak mungkin mau terlihat mendepak perempuan, gegara gak ada kecocokan, karena emang pikiran cowok itu simpel. Kalau masih butuh ya hayu, lagi engga? Yaa... beraktivitas lain! Beda perempuan yang memandang hubungan secara holistik, dengan tingkat interaksi yang menuntut  intens. Cowok lebih parsial dan bisa mendudukan mana roman, mana mesti gawe yang lain.

Humaira menjelaskan, "Kebanyakan karakter cowok walau hati udah berpindah ke cewek lain, tapi masih ada sisi egois, gak mau melepaskan yang satu lagi. Prinsipnya sih semacam berjaga-jaga kalo hubungannya dengan selingkuhan berantakan." Ini mengejek.

Pernyataan ini udah suuzon banget dah, seolah-olah kalau cowok itu menganggap cewek gak beda ban serep. Emang segitu jeleknya cowok di mata perempuan? "Ya gak kek gitu juga, beib." Ane berkilah.

"Kebanyakan, By! Gak semua." Pungkasnya, meralat, tangannya menjawel hidung ane, ADUH!

"Itu karena cowok, gak mau nyakitin cewek, beib." Terpaksa jadi menjelaskan panjang kali lebar, pake rumus matematika geometri, menghitung keliling ruang. "Karena apapun alasannya, kejadiannya tetap ajah, cowok yang bakal disalahin. Kenapa juga selalu cowok yang harus bertanggungjawab atas kegagalan hubungan, kenapa enggak cewek aja yang ngaca? Padahal cewek ke mana-mana bawa kaca!"

Kali ini Humaira tertawa, "Kan udah jadi kesepakatan dunia, kalau perempuan selalu benar. Makanya toiletnya sebelah kanan, Right?" Katanya berfilosofi. "Ya pastinya, gak semua penyebab gagalnya hubungan itu karena salah cowok, By. Banyak juga disebabkan ceweknya yang bikin ilfeel. Tapi karena cowok kebanyakan lebih memilih menghindari perdebatan dengan cewek, sikap diam mereka yang menyebabkan mereka seolah-olah benar-benar bersalah."

"Jadi bukan kebetulan, kalau perempuan itu selalu kebelet? Kebelet belanja diskons, kebelet dandan, kebelet maried, kebelet dimanja-manja, Haha... Makanya ukuran perempuan pake toilet?" Haha. Bablas!

"Ih jahat!" Timpal Humaira manja, tangannya menyeruak ke balik selimut, mencubit pinggangku, AKHH! Jadi bikin meringis. Awas salah nyubit, eneg tau! Tapi tangannya malah naik ke selangkang, meraba penisku yang kuncup, menstimulan, beranjak bangkit.

Humaira menerangkan, "Cewek itu emang ribet. By." Stimulasi tangannya bermain, halus. Nafasku mulai berat. Ia lanjut bicara, "Mau apapun itu, pasti mikirnya panjang. Tapi kalo udah jatuh cinta, juga gampang jadi bodoh. Kami para perempuan lebih mengedepankan emosi ketimbang logika. Sedangkan jarang kan, ada cowok yang memutuskan masih tetap bersama setelah perselingkuhan pasangannya, malah lebih dari itu dihakimi dan dilebeli sebagai perempuan jalang, sedangkan kalau lelaki kek maqlum-maqlum ajah selingkuh. Beda sama cewek yang diselingkuhi, kebanyakan masih mau mempertahankan hubungan yang udah rusak akut, karena terlalu cinta lah, takut menjomblo lah, takut menjanda, takut kesepian, atau apa kata orang bercerai, dan sebagainya bla bla bla."

Percakapan mulai intim, dan hangat, "Itu sebabnya, cewek harus tahan rasa, tahan harga, sebelum jelas betul juntrungan cowoknya kek apa. Cowok itu harus kharismatik dan bertanggungjawab, beda sama perempuan, syaratnya harus cantik. Makanya perempuan itu pencemburu, kalau lakinya ngelirik atau ada perempuan lewat depan hidung punya kualitas lebih dari dirinya, entah dari makeup, kinclong, atau boob double size."

"Kamu gak boleh gitu, by." Sahut Humaira, "Tapi memang ya, sebagai perempuan aku juga suka sebel sama golongan dari kami yang begitu mudah jatuh cinta, terpikat oleh penampilan megah atau mulut manis pria. Banyak korban udah diapa-apain, tapi pas mau minta pertanggungjawaban, justru nggak tahu di mana tuh cowok, nggak tahu siapa keluarga, teman-temannya dan cuma bermodalkan nope dan akun medsos. Intinya kalo cowok baik-baik, terus tulus, nggak bakalan maulah merusak kehormatan ceweknya, sebelum dikhitbah. Jangan cuma karena takut jadi perawan tua, asal ada yang mendekat, langsung diterima, tanpa menyelidiki bibit, bebet dan bobotnya dulu, kan bisa ajah modus." Idealnya sih begitu, walau faktanya enggak! Tapi ane biarin ajah Harem ngomong kek gitu.

"Beb, apa yang membuat perempuan tertarik secara seksual sama cowok? Dari melihat, meraba atau diraba? Atau semuanya?" Tukasku, melempar retorika.

"Sama kek kamu ingin aku cantik, aku juga suka body mascular atletismu, By." Lalu ia mengecup bawah rahangku. "Emang sih, gak dipungkiri ada beberapa dari fisik pria yang membuat perempuan bergairah, ehem ehem kek gitu, walaupun nggak bisa dijadikan patokan juga. Kami itu umumnya bukanlah makhluk visual, seperti kalian para pria yang mudah terpikat oleh penampilan fisik bahenol, dangkal banget kan, cowok?" Ujarnya, di sela ucapan, mencemooh. "Kami lebih mengandalkan kenyamanam secara emosional. Jadi untuk daya tarik seksual, konteksnya bisa berbeda-beda. Ada yang merasa tergoda oleh kecerdasan, kelembutan, juga keberanian cowok juga tak kalah terlihat sexy di mata cewek. Ada yang bergairah dengan suara berat pria, cambang, bulu dada, tubuh atletis, gaya berbicara, semacam itulah, nggak tau ahh Kalau bicara fisik..." Lirihnya, memainkan tangan mengelus batang organ intim yang mulai menegang, dalam percakapan intim kami, " Kalau masalah emosional, itu relatif sih, By."

"Nah itu jawabannya! Kalau udah konak berasa nagih kebutuhan biologis, kita bisa gak pake lagi logika, beib. Makanya, maaf nih ane sok alim, "jangan dekati zina!"

Ane kek munafik beuud, jelasinnya! Haha.

"Ya emang jangan mendekati zina. Hukumnya dalam ajaran Islam udah jelas, haram! Setan kan, emang paling doyan menambah-nambah kenikmatan semu dalam hubungan nggak halal. Misalkan nih ya, ada orang yang selama pacaran terbiasa berhubungan bebas, kek 'ML- jor-joran. Setelah jadi pasangan sah, malah gak sesemangat kek sebelum-sebelum meried."

"Itu mengapa seks adalah misteri, terlalu terbuka malah akan merindukan misterinya." Berselingkuh!

"Ya berasa jadi gak ada tantangannya. Sama halnya dengan cewek yang terlalu mudah didapatkan, biasanya juga begitu mudah dilepaskan, terus didepak! Ih jahat, jahat, jahat! Kamu jangan kek gitu, By."

Bibirku tersenyum, binar matanya menatap penuh harap, tanganku merangkul tubuh sintal si harem di balik busana malamnya yang transfaran, nyaris tak berwarna. lalu menariknya ke dalam pelukan di dadaku, "Tidak." Bisikku lirih menggoda ke telinganya.

Itulah misteri sensualitas, lelaki butuh merasa nyaman, perempuan butuh merasa aman. Sinyal bio kimiawi mulai bereaksi, di antara kami, lewat percakapan intim di peraduan pasutri.

#AbyKahfi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun