Ini masa lalu, cetus Endang. Sambil mengailkan beha dari depan, lalu membenahi payudara ke dalam bantalannya. Ia bercerita kepada sahabatnya Endang, mengenang lelaki yang ditolaknya beberapa tahun silam, karena kere.
"Miska." Endang menyebut namanya. Kini seseorang dari masa lalu itu, "tiba-tiba hadir dan mau saja membayari operasi pengangkatan kanker payudara esok lusa."
"Uang dari mana?" Tanya Mawar, sahabatnya, saat mereka kini berada di ruang rawat. "Mengingat biaya Pengangkatan payudara atau mastektomi, kisaran antara Rp. 50-300 juta. Sejak kamu tolak pemuda itu beberapa tahun silam, En! Pasti sekarang Miska jadi kaya."
Belum Endang menanggapi, suster Dewi Yuslimah masuk memberi tahu, bahwa pasien sudah harus dibawa ke ruang operasi.
Mungkin Endang menyesal menolak Miska, fikir Mawar. Lelaki itu kini kaya. Lalu tiba-tiba datang menjadi dewa penolong. Tapi, dari mana lelaki itu tahu kondisi penyakit Endang? Kemudian secara misterius pihak rumah sakit mengabarkan bahwa, prosedur operasi mastektomi sudah siap dilaksanakan, karena telah ada pihak yang mau bertanggungjawab masalah dana.
"Itu dari Miska!" Begitu menurut penjelasan Endang, kemarin lusa. "Ia pasti masih berharap sama gue, Mawar." Berasa percaya diri sekali, "Tidak juga, tapi optimisme!" Bantahnya, menghibur diri dari kekecewaan hidup antara penyakit dan fakta dirinya didepak oleh lelaki tampan kaya, ternyata bohong!
Masih belum lekang dalam ingatan Mawar, sempat waktu dulu di kampus, Miska mendatangi sahabatnya Endang, membawa kado dengan ikatan pita merah dan setangkai bunga, namun, ---
"Apa!" Dengus Endang, geram menyaksikan aksi perbuatan lelaki yang tidak memenuhi standar dari segi sosial, sampai tampang, "Apa! Apa! Jadi, cowok cupu kayak elu, suka sama cewek kayak gue? Gue?! Gue?" Sambil menengok lelaki di hadapannya, dari bawah ke atas, "Gak ngukur diri? Hello!"
Namun yang jadi pertanyaan Mawar, bagaimana Miska masih berharap kepada Endang, setelah peristiwa itu, sebab tepat di ruang loby Rumah Sakit tadi, ada perempuan cantik mencari Miska, "itu istrinya beliau, mbak Mawar!" Kata suster Dewi Yuslimah menjelaskan. "Sedang hamil, dan menanti anak pertama mereka, rumah tangga yang sempurna."
"Berarti..." Mawar merenung, sambil menghadapkan wajah ke lorong koridor yang mengarah ruang operasi pengangkatan payudara Endang yang terkena kanker.
"Iya!" Sahut suster Dewi Yuslimah. "Mbak Endang sempat berobat jalan di Rumah Sakit ini. Saat dr. Miska mulai bertugas di Rumah sakit ini, ia menemukan data rekam medisnya. Dokter memutuskan membantu baik dari operasi maupun pendanaan. Kata dr. Miska, mbak Endang masih family. Mereka belum bertemu, ini pertama kali mereka bertemu."