Mohon tunggu...
Jusuma Liantoro
Jusuma Liantoro Mohon Tunggu... -

Indonesia negeri sejuta fenomena, sesulit apapun beban hidup, sebusuk apapun pejabatnya, warganya tetap mudah tertawa. Im still proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Segera Eksekusi!

24 Februari 2015   23:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memang sedang terpuruk, wibawa bangsa ini selalu di injak-injak. kini saatnya membangun kembali wibawa bangsa ini agar tidak gampang di lecehkan bangsa asing, kasus Bali Nine memang jadi sorotan dunia, pro kontra hukuman mati sedang marak di bahas dimana-mana terutama tentang duo Australia.

Sebagian publik Australia beranggap Indonesia adalah negara barbar yang penduduknya berpikiran sempit, aksi boikot Bali maupun Indonesia (Garuda Airlines) pun muncul. okelah hukum di negeri ini masih bisa di beli, tapi tolonglah tidak untuk yang satu ini. Corby mungkin bisa lepas tapi semoga tidak yang satu ini.

Bagaimana tentang HAM bukankah mereka berhak untuk hidup?

Tanyakan kembali kepada mereka bagaimana para korban yang telah meninggal karena narkoba pun berhak untuk hidup, tapi para pengedar itu terus meracuni mereka. jika menjual kematian harus siap dengan apa yang ditawarkan.

Bagaimana mungkin mengadili seseorang dengan cara membunuh?

Narkoba di negeri ini sudah kronis, membunuh generasi jika dibiarkan negara ini bisa hancur. bukankah keluarga kalian tidak ingin menjadi korban narkoba? ini kan perang narkoba, yang namanya perang pasti ada yang mati.

Hukuman mati tidak akan menyelesaikan masalah ataupun efek jera?

Sampai akhir zaman yang namanya judi, narkoba, pelacuran akan selalu ada. ini bentuk upaya meminimalisir setidaknya akan berpikir 7x untuk mengedarkan di Indonesia.

Bukankah hanya Tuhan yang boleh mengambil nyawa mereka?

Pelajari dan mengertilah tentang takdir, jika takdir mereka ada di ujung senjata, kursi listrik, ruang gas maupun jarum suntik tidak perlu dipertanyakan lagi tentang Tuhan.

Bukankah lebih baik diberi hukuman seumur hidup siapa tau bisa bertobat?

Yang namanya jaringan narkoba sekali kalian masuk tidak bisa untuk kembali. apa iya pemimpin mereka membiarkan mereka keluar begitu saja? membahayakan operasi jaringan mereka kalo mau keluar paling dalam kantong mayat. lagi pula di kasih hukuman seumur hidup pun masih bisa mengatur jaringan mereka dari dalam penjara bisa produksi pula.

Halah bukankah pemerintah hanya mengeksekusi bandar kecil?

Yang kecil pun kalau dibiarkan bisa menjadi besar. semoga saja bandar besar bisa juga tertangkap.

Santai aja gak usah lebay koar-koar?

Saya sih santai kalo lebay muka situ udah saya siram pake martil.

Semoga Mr. Jokowi tidak lama-lama menunda eksekusi, semakin lama ditunda tekanan semakin berat, ditakutkan muncul manuver baru dari negara tetangga yang katanya bersahabat semoga tidak berubah menjadi wacana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun