Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menyertai Mereka yang Ngurug Kubur, Haru Tapi Harus

6 November 2024   06:55 Diperbarui: 6 November 2024   07:00 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu hari di pemakaman.  sumber gambar : dokpri. 

Menyertai  Mereka Yang  Ngurug  Kubur, Haru Tapi Harus

Bismillah,

Dalam waktu belakangan yang tidak   berselang lama  saya ikut mengantarkan beberapa orang  jenazah ketempat pemakamannya. Iring-iringan pengantar cukup ramai, tidak hanya sebatas kerabat, tetangga, melainkan juga teman atau sahabat almarhum (ah).

Seperti biasa, ketika sampai di pelataran penguburan mobil khusus pengangkut jenazah alias ambulan berhenti, lalu keranda yang berisi jenazah dikeluarkan dan beberapa orang mengangkatnya menuju pinggir lobang kubur.

Sebelum jenazah dikeluarkan dari dalam keranda, maka terlebih dahulu 3 orang minimal  yang hubungannya terdekat dengan jenazah (anak/kakak/adik) sudah masuk kedalam lobang kubur.

Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan menyambut jenazah yang akan dikubur dari mereka yang mengeluarkan jenazah dari dalam keranda dan sekaligus bertindak untuk menata letak serta posisi  jenazah di liang lahat.

Suasa pengurugan lobang kubur.  sumber gambar : dokpri. 
Suasa pengurugan lobang kubur.  sumber gambar : dokpri. 

Setelah letak atau posisi  jenazah sudah benar,  seperti muka betul-betul menghadap kiblat dan " mencium tanah "  serta semua tali pengikat dilepas atau dilonggarkan,  lalu liang lahat ditutup dengan menggunakan papan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Selanjutnya,  mulai lobang diurug sedikit demi sedikit  sambil diinjak-injak agar tanahnya padat, dan pada tahapan ini saya  haru bercampur sedih luar biasa, terkadang tak terasa air mata menetes. Betapa tidak, mereka yang menginjak-injak itu adalah orang-orang terdekat hubungannya dengan almarhum(ah).

Semakin urugan meninggi maka saya lihat dan perhatikan injakan-injakan dari mereka orang-orang terdekat itu semakin kencang dan kuat, seolah-olah tidak hendak memberi kesempatan pada tanah untuk bergerak lagi.

Sesungguhnya  penampakan  yang mengharukan itu relatif lama, apalagi kalau ukuran dalamnya lobang  yang digali lebih dalam dari biasanya, tentu waktu mengurug- nya juga memakan waktu lama.

Pada tahapan ini aku tidak kuat memandang dan terbayang suatu saat nanti saya-pun akan diperlakukan sama seperti itu dan untuk melupakan bayangan yang nanti bakal dialami, lalu saya sedikit menjauh dan memalingkan pandangan menyedihkan itu.

Tatkala urugan usai dengan sebagian tanah dibuat sedikit gundukan, sebagai tanda bahwa itu adalah kuburan, dan saya kembali mendekat karena saatnya  berdoa untuk memohonkan ampun almarhum(ah) dari segala dosa dan kesalahan semasa hidup serta diterima segala amal ibadahnya.#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun