Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelusuri Historis Tabot Bengkulu, Budaya Warisan yang Bertransformasi

15 Juli 2024   19:59 Diperbarui: 15 Juli 2024   21:18 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Festival tabot Bengkulu.  sumber :  dokumen pribadi. 

Menelusuri Historis Tabot Bengkulu, Budaya Warisan Yang  Bertransformasi

Bismillah,

Festival tabot adalah event terbesar di Bengkulu yang termasuk dalam kalender event wisata Indonesia.

Mengutip The official Bengkulu guide, "Festival tabot terdiri dari upacara ritual tabot,  atraksi, pertunjukan seni dan budaya termasuk juga pameran kerajinan daerah Bengkulu dan daerah lainnya."

Event ini diselenggarakan di Kota Bengkulu selama 10 hari, dimulai dari tanggal 1 - 10 Muharram kalender Hijriyah setiap tahunnya.

Tradisi ini untuk pertama kali diadakan oleh orang-orang India yang datang bersama-sama tentara Inggris pada tahun 1685. Salah seorang dari mereka dikenal sebagai ulama yaitu Syech Burhanuddin atau lebih dikenal dengan nama  Imam Senggolo.

Festival tabot Bengkulu.  sumber  :  dokumen pribadi. 
Festival tabot Bengkulu.  sumber  :  dokumen pribadi. 

Tabot sendiri merupakan simbol kepahlawanan Hasan dan Hussein cucu Nabi Muhammad Sallalahu wa alaalihi wassalam yang berjuang menegakkan islam.

Prosesi tabot juga merupakan peringatan terhadap kematian Hasan dan Hussein cucu nabi Muhammad Sallalahu wa alaalihi wassalam di Padang Karbala Irak melawan pemberontakan Yazid.

Kata tabot diserab dari bahasa Arab Tabut, artinya kotak. Berdasarkan keyakinan Yahudi tabot adalah keranda terdiri dari jenazah para pemimpinnya. Jika keranda berada ditangan pengikut nabi, maknanya akan membawa suatu kebaikan, tetapi jika kotak tersebut tidak ada ditangan nabi maka akan terjadi bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun