Menjadi Marbut Masjid Berdampak, Gelar Sarjanapun Diraih
Bismillah,
Masjid  satu-satunya yang ada dilingkungan kediaman kami RT. 09 RW. 02  Kelurahan Pagar Dewa Selebar Kota Bengkulu yaitu masjid At-Taqwa Hibrida Ujung.
Masjid ini dibangun secara swadana oleh warga dua rukun tetangga lebih dari dua puluh tahun yang lalu, dengan luas bangunan induknya  12 meter X 12 meter lebih.
Ketika masjid tersebut sudah siap digunakan untuk solat jama'ah dan solat Jum'at,  demi kelangsungan pembangunan dan kemakmuran masjid maka  dibentuk kepengurusan masjid  dan merekrut  penjaga masjid.
Tidak seberapa jauh dari lingkungan kami terdapat sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri terbesar di Provinsi Bengkulu dengan ribuan mahasiswanya.
Rerata asal para mahasiswa tersebut dari luar Kota Bengkulu, bahkan banyak berasal dari luar Provinsi Bengkulu yang notabene memerlukan tempat tinggal  sementara.
Oleh karena itu pengurus menawarkan kepada mahasiswa, siapa yang berkeinginan menjadi " penjaga masjid " At-Taqwa Hibrida Ujung Pagar Dewa Bengkulu.
Ternyata cukup banyak yang berminat, namun dibatasi maksimal 2 orang saja karena terbatasnya fasilitas yang dimiliki masjid, yaitu baru ada satu ruangan berupa kamar tempat istirahat, belajar dan lain-lain.
Demikian seterusnya silih berganti penjaga masjid, yang belakangan lebih dikenal dengan nama Marbut, seiring dengan selesainya masa perkuliahan mereka.
Jadi, setiap kali ada yang selesai pendidikan tingginya, maka sudah ada calon pengganti berupa mahasiswa baru untuk melanjutkan  sebagai Marbut, kecuali Marbut Masjid yang terakhir ini walaupun sudah relatif lama tapi tetap dipertahankan karena warga asli dan beralamat dekat masjid.
Lalu apa tugas pokok dan bagaimana kesejahteraan para Marbut ini  ?
Sejauh ini tugasnya sebatas menjaga kebersihan didalam dan lingkungan sekitar masjid serta include sebagai Muadzin, dan untuk tugas yang satu ini bukan merupakan beban, karena jemaah masjid  relatif banyak yang memiliki suara " merdu " meskipun sudah " senior "  dalam mengumandangkan adzan setiap kali waktu solat fardhu tiba.
Sedangkan kesejahteraannya relatif belum memadai, baru sebatas uang saku, namun karena status mereka mahasiswa maka cukup terbantu dengan mereka tidak harus menyewa kamar dan keperluan air untuk mandi, cuci dan kasus bila mereka tinggal diluar.
Jadi terjadinya kerjasama yang saling mengisi antara pengurus, marbut dan jemaah masjid.
Majulah kita semua. # BN[
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H