Mohon tunggu...
Buyung Nurman
Buyung Nurman Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Modif Kendaraan, antara Langgar Aturan Versus Ikutan Trend

21 Januari 2024   13:09 Diperbarui: 21 Januari 2024   13:13 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Modif Kendaraan, antara Langgar Aturan Versus Ikutan Trend

Bila tidak peduli dengan perubahan yang terjadi pada lingkungannya, anak muda dicap tidak gaul, ketinggalan zaman, serta ungkapan - ungkapan " menohok " lainnya.

Mereka kurang menyadari bahwa yang namanya mode tersebut tidak akan bertahan lama, seiring dengan mode itu sendiri bila lagi trend, maka banyak diikuti dan bila waktunya usai, hilang mbak tidak berbekas.

Jika kurang cermat menyikapi  suatu perubahan yang setiap saat terjadi dan hampir disegala " aspek kehidupan " maka alamat akan menjadi " korban " dari perubahan itu sendiri.

Dalam terbitan sebuah harian nasional, tapi saya lupa nama media dan tahun terbitnya. Profesor Sarlito Wirawan pernah mengatakan bahwa remaja itu seperti   "memegang  sabun basah. "

Memegang sabun basah, jika pegangannya terlalu keras sabun akan lepas, juga bila pegangannya terlalu lemah, sabun juga akan jatuh kebawah. Jadi menurut beliau perlakuan terhadap para remaja tersebut, sedang-sedang saja.

Kembali ketopik tulisan ini, anak saya yang sulung baru berkendaraan sendiri kemana  pergi setelah masuk usia kuliah, meskipun ketika masih di SLTA sudah saya izinkan, tapi tetap belum mau dan lebih memilih naik angkutan kota (angkot) bila kesekolah.

Memang sesekali diantara kesekolah walaupun hanya sampai pintu gerbang, tapi selama kurang lebih tiga tahun lebih banyak numpang angkotnya.

Menginjak usia kuliah, saya berikan sepeda motor  jenis dan tipe teranyar pada masa itu untuk dipakai ke kampus, tidak baru memang, tapi masih cukup bagus, belum pernah over houl.

Disamping memang sudah waktunya karena sudah cukup dewasa, juga dari tempat kediaman kami  kekampus anak saya kuliah  waktu itu belum ada jalur angkot.

Kelihatannya anak saya cukup mensyukuri, ini nampak setiap kali pulang dari kuliah atau bepergian sepeda motor tersebut dicuci serta dibersihkan bagian-bagian yang yang dianggap perlu, sehingga sepeda motor itu glowing seperti  baru.

Apalagi setelah masuk tahun ketiga melalui pemilu raya, anak saya terpilih dan dipercaya oleh teman-temannya  sebagai " Presiden BEM " di kampusnya, praktis harus memiliki mobilitas karena banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang mesti diikuti.

Dengan kondisi seperti itu, saya berpikir untuk mengganti motornya dengan sepeda motor tipe lainnya, yang mempunyai daya angkut lebih besar, agar lebih fleksibel jika dipakai berboncengan atau dipinjam oleh teman-temannya.

Hanya saja anak saya mengatakan " jadilah motor butut  itu "  karena teman-teman dekat  rerata mempunyai sepeda relatif baru dengan daya pacu yang lebih cepat. Jadi bila ada  kegiatan diluar kampus, tinggal mengajak mereka saja.

Ternyata memang motor anak saya itu jarang sekali nongkrong di " gubuk " kami dan setiap kali dia pulang dari kampus atau kegiatan ekstrakurikuler, senantiasa membawa sepeda motor yang berbeda.

Pada suatu hari, ketika anak saya pulang dari kuliah  serta usai  mengikuti kegiatan di kampus dengan sepeda motor yang biasa dia pakai.  Entah,  bagaimana ceritanya, saya perhatikan sepeda motor tersebut telah mengalami perubahan yang signifikan.

Tidak orisinil lagi, dari tidak pakai kopling, sudah ada koplingnya,  pelek biasa sudah berubah recing  termasuk ban depan dan belakang serta piringan depan dari standar sudah berubah sizenya, sedikit lebih besar.
Juga termasuk knalpot sudah recing/brong serta tebeng angin telah berubah bentuk dan ukuran.

Lalu saya tanyakan kepada anak saya apa kelebihan setelah dimodifikasi sedemikian rupa   ?

Dengan senyum, anak saya menjawab " hampir tidak ada bedanya, cuma ikutan saja, karena lagi  " musim " modif.

Setelah saya coba mengendarai ' sepeda motor modif " tersebut, ternyata memang tidak berbeda nyata, bahkan terasa lebih berat dan kurang lincah.

Hari ini, sudah tiga kali ganti plat nomor polisi dan knalpot serta peleknya  sudah kembali ke standar lagi.  Sepeda motor butut tersebut masih laik jalan.

Majulah kita semua. #

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun