Usai Berpacu Di Lomba Karya Nasional, Di Ajak Rekreasi
Bismillah,
Meskipun hasil Lokarnas kurang mengembirakan, karena hanya dapat membawa pulang beberapa lembar Piagam Juara Harapan dari tangkai lomba Pidato Penyuluhan, Majalah Dinding dan Croos country.
Namun Kepala Sekolah dan Guru Pendamping cukup puas, ini terlihat dari percakapan keduanya sebelum acara penutupan dan mengisyaratkan agar kami di ajak rekreasi.
Penulis yang waktu Lokarnas itu di percaya untuk mengikuti 3 macam tangkai lomba ; Â cerdas cermat, manajemen usahatani dan menaksir hasil.
Tidak dapat  berbuat banyak, karena dibabak-babak awal sudah ditemukan dengan lawan berat yang diunggulkan.
Seperti di tangkai lomba Manajemen Usahatani, di babak awal sudah bertemu dengan Dwi Kania unggulan tuan rumah SPP-SPMA Negeri Bogor yang cantik, cerdas, dan familier yang sudah siap dari segala-galanya.
Sedangkan di Cerdas cermat setelah mengalahkan regu Jambi dan Kalimantan Timur di babak penyisihan, dan di semifinal bertemu regu unggulan dari Medan dan Padang.
Meskipun pada tahap rebutan selisih nilai tipis dan waktu untuk mengejar perolehan nilai masih ada, tapi Juri menghentikan dan menyatakan SPP-SPMA Negeri Medan sebagai pemenangnya. Â
Sementara di tangkai lomba menaksir hasil, diluar prediksi  sama sekali,  karena hanya disuruh menghitung jumlah dan berat ikan dalam akuarium, jumlah tongkol dan berat jagung yang ada di dalam sebuah kardus, serta berapa berat seekor ayam petelur hidup yang di ikatkan disalah satu tiang.
Dwi Kania, di sela-sela rehat lomba Manajemen usahatani kepada Penulis banyak bertanya, hal ikhwal tentang Bengkulu.
Dan Penulis  memahami akan masalah itu, karena Bengkulu bisa jadi dimasa itu belum ada di peta, karena belum terkenal seperti sekarang.
Serta diakhir  obrolan kami, Kania yang pintar dan ramah itu menyampaikan rasa simpatiknya dengan berucap sampai ketemu di Kampus IPB tahun depan.
Dan Penulis yakin pasti dia masuk melalui Jalur  Perintis dua, program studi yang ada di kala itu.
Obyek kunjungan wisata kami yang pertama pastilah Istana Bogor, lalu Kebun Raya, Musium Zoologi dan Kampus pusat IPB di jalan Berandangsiang Bogor.
Di Istana Bogor kami mendapatkan penjelasan yang rinci dari Peramu Wisata tentang bangunan dan fungsi setiap bangunan atau ruangan yang terdapat disana dan ternyata Istana Bogor pernah digunakan sebagai tempat pertemuan lima orang Kepada Negara dalam rangka menyiapkan persiapan diadakannya Konperensi negara-negara Asia Afrika di Bandung tahun 1955.
Juga tempat penandatanganan  Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) serta di dinding di dua ruangan terpasang sebuah cermin berbingkai emas, yang bayangan cermin-cermin itu saling memantul sehingga tampak banyak sekali bayangan cermin.
Oleh  karena itu cermin ini di namakan Kaca Seribu. Disamping itu, disalah satu kamar tidur terdapat sebuah tempat tidur berukuran istimewa, yaitu 225 cm x 284 cm yang disediakan bagi Raja Saudi Ibnu Saud yang waktu itu direncanakan akan bermalam di Istana Bogor.
Sedangkan kunjungan kami di Kebun Raya, hanya melihat dan mengagumi keindahan dari tanaman yang beribu macam species itu dan luas sekali.
Dan kami memandang hanya  dari beberapa sudut saja dan ternyata ditengah hutan buatan yang menjadi penyangga polusi kota Bogor dan sekitarnya itu terdapat sebuah sungai yang panjang dan airnya relatif jernih.
Perjalanan  kami lanjutkan masih di jalan Pajajaran, seputar Kebun Raya dekat kampus Akademi Kimia Analisis, lalu kami mampir di Musium Zoologi.
Di Museum ini terdapat kerangka tulang ikan  Paus raksasa yang panjang dan lebarnya lebih kurang 12 m x 8  m, dan di musium itu juga banyak terdapat berbagai macam jenis binatang serta species serangga lainnya.
Merasa capek berkeliling, sebagian kawan-kawan  memilih beristirahat sambil menikmati jajanan khas Bogor,  berupa goreng Talas dan manisan buah Pala.
Penulis dan Raja Sahnan melanjutkan perjalanan, menyeberang sedikit jalan sebelah kiri Terminal Bus Berandangsiang, terus dapat Pintu gerbang masuk Institut Pertanian Bogor IPB.dan
Dan dikampus ini kami di pandu senior yang lagi tugas belajar  Nurman Effendi, serta kami tidak banyak pembicaraan disini hanya bisa mengagumi kemegahan tempat orang-orang pintar berkuliah, menggali ilmu-ilmu sektor pertanian dimasanya.
Majulah kita semua. #
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H