Hasilnya, kami pun berpacu dalam menghafal sebaik-baiknya. Dan benar saja, sang guru menepati ultimatumnya. Bagi yang hafal dengan benar bisa segera pulang ke pangkuan ibu pertiwinya. Sedangkan bagi yang lalai, maka ganjaran siap diberikan.
Lain lagi dengan guru idola saya di Tsanawiyah dulu. Entah apa pertimbangannya pada waktu itu, beliau memberikan tugas agar saya membawakan sebuah khutbah hari idul fitri di sekolah dalam sebuah acara keagamaan. Padahal saya sendiri tak pernah berceramah, bahkan membaca al qur'an saja sudah mulai terbata-bata karena sudah lama kaji tak diulangi.Â
Sementara itu, punishment pasti sudah menunggu jika tak mau tampil. Di balik itu, jika berhasil tampil dengan baik, maka sang guru akan memberikan sebuah hadiah misteri.Â
Sehingga saya pun berfikir dan berusaha sekuat tenaga untuk belajar menyampaikan sebuah khutbah idul fitri walaupun hanya di hadapan siswa dan guru saja, bukan di kegiatan sebenarnya.
Hasilnya, setelah itu saya menjadi lebih bersemangat lagi untuk belajar tampil di muka umum, walaupun sebenarnya saya adalah seorang yang pemalu.
Saya sendiri juga pernah menerapkan strategi ini di kelas yang saya masuki di jam pelajaran terakhir. Â Dengan memberikan 5 buah soal yang berbeda-beda untuk setiap kelompok belajar.Â
Aturannya sederhana saja, kelompok yang mampu menjawab dengan benar diperbolehkan pulang meskipun bel pulang belum berbunyi. Sebaliknya, kelompok yang belum selesai menjawab dengan benar walaupun bel pulang sudah berdenting, maka mereka belum diperbolehkan pulang.Â
Alhasil, mereka pun berpacu dengan menggunakan segenap sisa-sisa daya yang ada. Dan benar saja, ada dua kelompok yang bisa menyelesaikannya sebelum bel pulang berdering.Â
Sementara dua kelompok lagi, menyelesaikannya pas di waktu pulang, dan satu kelompok terakhir harus pulang sepeluh menit setelah bel berbunyi. Padahal dalam kondisi normal dan tanpa tantangan seperti itu, mereka biasanya mengerjakan tugas dengan berleha-leha walaupun sudah dinyinyiri.
Artinya, stategi pembelajaran seperti sedang dikejar anjing gila itu mampu juga memperbaiki tingkat kemampuan belajar siswa dan lebih membuahkan hasil belajar yang lebih baik.Â
Tentu saja strategi ini diterapkan dengan tanpa membuat anak merasa terancam atau ditakut-takuti. Melainkan dengan memberikan sebuah tantangan yang mesti mereka atasi agar sampai kepada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.