Mohon tunggu...
Busthomi Dipantara
Busthomi Dipantara Mohon Tunggu... Mahasiswa-Freelancer -

Satu dari sekian pemuda yang masih percaya akan kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tragedi '65 dan Kemelut Sejarahnya

2 Oktober 2015   18:57 Diperbarui: 2 Oktober 2015   22:24 2638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Dipa Nusantara, Keberanian diujung Senapan

Beberapa sejarawan seperti John Rossa mengatakan, bahwa apapun alasannya, pembantaian semacam itu tidak dapat dibenarkan. Karena gerakan 30 september bukanlah gerakan partai secara komprehensif, melainkan hanya dilakukan oleh oknum pimpinan PKI dg membentuk Biro Khusus. Namun Suharto yang pada akhirnya melakukan perebutan kekuasaan telah memanfaatkan pembunuhan 7 jenderal sebagai dalih pembunuhan massal.

[caption caption="Gaya pidato D.N. Aidit saat di depan massa"]

[/caption]

Sehingga, alih-alih mengadili oknum-oknum yang memang terlibat, Angkatan Darat waktu itu, dibawah komando Suharto dengan bringas dalam melakukan pembantaian. Bersamaan dengan aksi pembantaian, beberapa tim juga dibentuk guna mengejar beberapa pimpinan PKI. Aidit misalnya, lantaran kemelut Jakarta akibat aksinya yang gagal, kemudian berkeliling ke beberapa kota di Jawa Tengah.

Setelah beberapa saat melakukan koordinasi dengan pengurus PKI daerah, Aidit lantas mencari tempat untuk bersembunyi. Beberapa waktu kemudian, salah seorang tokoh PKI ditangkap dan dipaksa menunjukkan tempat persembunyian Aidit. Segera saja Aidit ditangkap oleh pasukan Brigade Infantri IV Kostrad. Aidit sempat menggertak pasukan dan menyatakan bahwa dirinya ialah Menteri Koordinator, lantas pada masa penangkapan itu Aidit masih diperlakukan dengan cukup baik. Bahkan Aidit sempat meminta untuk dipertemukan dengan Presiden Sukarno untuk menyerahkan dokumen pengakuan yang telah ia dibuat. Permintaan itu ditolak dan keesokan harinya, Aidit digiring ke sumur tua di belakang Markas Angkatan Darat di Boyolali.

Di tepi sumur, Letnan Yasir memintanya untuk mengatakan pesan terakhir sebelum eksekusi dilakukan. Namun, dengan penuh keberanian, alih-alih berucap pesan terakhir, Aidit malah berpidato berapi-api layakanya diatas mimbar. Yasir dan anak buahnya lantas geram dengan tingkah Aidit dan segera melepas pelurunya. Berondongan peluru pun mengkhiri hidup Dipa Nusantara Aidit. Dengan dada berlubang, tubuh gempal Menteri Koordinator sekaligus Wakil Ketua MPRS itu terjungkal masuk sumur. []

 

Tulisan ini dibuat oleh salah seorang pemuda yang sempat mengenyam pendidikan di sekolahnya tentang sejarah yang telah dibengkokkan oleh Rezim Diktator SUHARTO.

Sebagai penutup, penulis ingin mengutip tulisan Soebandrio: “Kepada mereka yang merasa sebagai demokrat, baik di dalam maupun di luar negeri, pecahkan kebungkaman ini. Hari sudah tidak lagi terlalu pagi. Matahari sudah di atas ubun-ubun. Luruskanlah sejarah yang telah mereka bengkokkan selama ini. Pecahkan kebungkaman!”

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun