Alasan-alasan tersebut di atas sebenarnya sah-sah saja dan dapat dibenarkan. Masing-masing memiliki dampak positif dan negatif pada kehidupan kita. Positifnya, mungkin bisa lebih siap dan matang lagi bila alasan tersebut sudah terpenuhi. Sebab, semua alasan termaktub adalah kebutuhan primer bagi setiap orang.
Terlebih, bila dikaitkan dengan pernikahan yang hubungannya bukan hanya sebentar, semisal kontrak kerja yang bisa diputus atau dibatalkan kapan saja. Menikah adalah hubungan paling panjang, sepanjang orang dimaksud masih hidup. Jadi, sangat wajar kalau mauk menikah tapi masih banyak pertimbangan.
Jadi, kalau ditanya kapan nikah? Jawabnya masih mau kerja, belajar, menguatkan mental dan emosional, ngumpulkan uang, nunggu kakak atau adik dulu, dan mau menjomblo saja. Alasan ini cukup rasional dan sesuai dengan realitas kehidupan.
Negatifnya, menyesal di kemudian hari. Sebab, menikah di usia 25 dan 35 itu berbeda rasanya. Apalagi yang enggan menikah, pasti menyesal pada masa tuanya nanti karena hanya sendiri, tanpa pasangan atau keturunan yang menemani.
Maksudnya, kalau memang sudah siap lahir dan batin, menikahlah. Tak perlu menunggu ada semua, sebab kehidupan itu berputar seperti roda. Bisa jadi sebelum menikah dalam kondisi miskin, lalu berubah jadi kaya raya setelah menikah, dan berlaku juga sebaliknya. Nah, dari kelima alasan tersebut di atas, mana alasan yang digunakan oleh kamu untuk menunda menikahÂ
Alhasil, bagi handai taulan yang masih terus menunda untuk menikah, pastikan alasannya bisa dibenarkan dan tidak merugikan diri sendiri apalagi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H