Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Melihat Peluang Lahirnya Entrepreneur Baru Melalui Pasar Dadakan

29 Desember 2023   06:56 Diperbarui: 30 Desember 2023   07:09 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gerai pedagang pasar dadakan di Cirebon (niroga kopi & rempah) | sumber: dokumentasi pribadi/bustanol arifin

Saya mengamati aktivitas ekonomi masyarakat di tempat ini begitu menggeliat, terutama makanan serta minuman yang banyak diburu oleh banyak orang.

Sekali lagi, ini bukan pasar tradisional ataupun modern dan saya tidak melihat ada ikan serta daging dijual di tempat ini. Orang-orang menyebutnya "Pasar Dadakan," karena tiba-tiba ada pasar. Biasanya, hanya di pagi hari hingga menjelang siang dengan hari dan tempat yang sudah ditentukan.

Jadi, "Pasar Dadakan" yang saya kunjungi ini tempatnya di sekitar St. Ranggajati, setiap hari ahad dan waktunya di pagi hari. Setelah itu, pasar ini bubar dengan sendirinya, baik pedagang maupun pengunjung pulang ke tempat masing-masing.

Apa yang menarik?

Saya menyimpulkan aktivitas ekonomi melalui "Pasar Dadakan" ini perlu terus didorong dan difasiltasi oleh pemangku kebijakan.

Maksudnya, jangan sampai dilarang apalagi diusir menggunakan kekuatan aparat. Selain meningkatkan daya beli masyarakat, hal ini membantu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam memasarkan produk mereka, sekaligus mendorong lahirnya entrepreneur baru. Pemerintah harus melihat aktivitas ini sebagai peluang yang harus ditangkap dan dieksekusi.

Bahkan, kalau perlu pemerintah menyiapkan anggaran khusus untuk "Pasar Dadakan" ini. Bisa berupa modal usaha, tempat, produk barang dan jasa. Perbanyak juga pasarnya, bisa setiap desa atau tempat-tempat tertentu yang dapat mengundang datangnya banyak orang.

Daripada membuat pelatihan atau kursus yang bersifat teoretis, lebih baik langsung praktek berdagang melalui "Pasar Dadakan." Ini lebih ril dan menjanjikan, karena selain memberikan lapangan kerja baru, juga mengubah cara pandang masyarakat.

Saya membayangkan, bila setiap sudut desa atau kelurahan dalam satu kecamatan ada minimal sekali "Pasar Dadakan," maka akan sangat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar.

Andaikata, semua falisitas umum di seluruh kota sampai desa terbuka untuk para pelaku usaha memasarkan produk dagangannya dan setiap warga berhak untuk berpartisipasi di dalamnya, niscaya akan ada lompatan kemajuan ekonomi secara nasional. Ini soal kemauan dan menangkap peluang dari para iniator "Pasar Dadakan."

Tentu, ada plus dan minus antara pasar permanen dan dadakan. Misalnya, pasar permanen memerlukan tempat khusus, sementara dadakan tidak. Secara biaya cenderung lebih efesien, karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk sewa ruko dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun