Sampai saat ini saya belum mendapatkan data tentang perbedaan karakter pemilih Indonesia dengan pemilih Amerika atau Eropa. Pastinya, joget "Gemoy" Prabowo ini memang sedang menargetkan kalangan muda, generasi milenial. Â
3. Blusukan Ganjar Pranowo
Berbeda dengan dua lawan politiknya, Ganjar Pranowo lebih memilih "Blusukan" sebagai strategi memikat hati pemilih. Dalam prakteknya, Ganjar lebih banyak turun dan bertemu dengan masyarakat kalangan bawah, membawa janji politik dan untuk mendengarkan aspirasi mereka.
Model kampanye "Blusukan" ini pernah digunakan oleh Presiden Joko Widodo pada pemilu sebelumnya dan berhasil. Dalam arti lain, Ganjar meniru atau meng-copy paste gaya kampanye Jokowi.
Lewat "Blusukan" ini, Ganjar Pranowo hendak mencitrakan diri sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat kecil, karena hanya dia lah yang datang menemui mereka.
Selain itu, memang pasangan Ganjar-Mahfud ini berlatar belakang sipil, alias orang biasa yang tidak memiliki privilege sebagai anak pejabat atau orang besar. Jadi, keduanya ingin menampilkan bahwa dirinya berasal dari orang kecil pula dan peduli pada mereka. Pada saat yang sama, Ganjar Pranowo adalah kader PDI-P yang mengklaim sebagai partai "Wong Cilik" alias pembela rakyat kecil.
Makanya, tidaklah heran bila model serta pendekatannya kepada masyarakat dengan cara "Blusukan." Â Â Â
Kalau merujuk pada hasil riset Keena Lipsitz, maka kandidat yang ingin menunjukkan karakter, pengalaman dan kecerdasannya kepada publik dapat dilihat lalu dinilai dari model kampanye yang mereka lakukan. Anies dengan panggung "Desak Anies," Prabowo dengan joget "Gemoy" dan Ganjar dengan gaya "Blusukan" nya.
Dari ketiganya, mana yang benar-benar menunjukkan karekaternya, berbagi pengalaman dan membuktikan kecerdesannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H