Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Capres dalam "Agenda-Setting" Media

18 Desember 2023   08:22 Diperbarui: 18 Desember 2023   08:32 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apalagi, kalau media dimaksud berpihak pada kandidat tertentu, dapat dipastikan berita yang disajikan akan menonjolkan kelebihan dan kehebatan kandidat tersebut, pada saat bersamaan mengecilkan kandidat lainnya. Bila demikian adanya, maka kita dapat menilai bahwa media, tidak semuanya independen, menjalankan tugas serta fungsinya sebagaimana mestinya. Inilah yang perlu diwaspadai agar kita tidak menjadi korban dari media massa seperti ini. Bagaimana caranya? Cari media pembanding dan lakukan analisa secara mendalam.

Dua bulan menjelang pencoblosan, baik Anies, Prabowo maupun Ganjar sama-sama fokus adu strategi untuk mendapatkan simpati publik. Salah satunya, membangun citra positif melalui media baik massa maupun sosial. Masing-masing kubu, setiap saat memproduksi berita tentang kelebihan paslon. Mereka membanjiri media dengan berita-berita positif tentang Anies, Ganjar dan Prabowo. Tujuannya, bukan lagi agar dikenal masyarakat tapi lebih pada meyakinkan publik supaya mereka tetap memilih atau mengubah pilihan. Boleh dikata, media punya andil besar dalam mengangkat atau menjatuhkan paslon tertentu.

Semakin citra positif itu massif diberitakan, maka peluang keterpilihan itu semakin besar. Begitu pula sebaliknya, bila yang banyak tersebar adalah berita keburukannya, secara otomatis publik akan mengalihkan dukungannya pada paslon lain. Makanya, para kandidat saat ini dalam kondisi kehati-hatian yang sangat tinggi, sebab satu kali saja melakukan blunder akan berdampak pada elektabilitas mereka. Ibarat kata, para kandidat sedang berada di depan mulut buaya, bila tidak waspada, siap-siap diterkam oleh media dan ditinggalkan para pemilihnya.

Semua ini memang dalam setting dan agenda media tanpa terkecuali. Boleh disebut, media saat ini sedang mengendalikan publik dalam hal isu politik dan pemilu. Sehingga, orang yang awalnya mennganggap tidak penting menjadi antusias dan larut mengikuti perkembangan isu politik. Hal ini mengacu pada angka swing voters dan undecided voters yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan yang sudah menentukan pilihan. Mereka ini bukan berarti tidak terpapar berita politik, tapi, hemat saya lebih karena sikap apatis atau memang melek media.

Benarkah media mampu mengarahkan atau mengubah pilihan politik seseorang? Bila masih ragu, kita bisa berkaca pada dua pemilu sebelumnya. Ketika itu media mencitrakan bapak Joko Widodo sebagai kandidat yang sederahana, merakyat dan berprestasi. Akhirnya, framing ini bisa mendapat simpati masyarakat cukup besar dan pak Jokowi berhasil memenangkan pemilu. Ini fakta yang tidak bisa dipungkiri apalagi diabaikan, dan sekarang strategi ini sedang diadopsi oleh kandidat tertentu menggaet simpati publik dan menutupi kekurangannya.

Akhir kata, kita yang jauh dari para kandidat presiden ini pasti akan mencari informasi melalui media, perihal bagaimana rekam jejak dan visi-misi mereka. Sehingga, saran saya, informasi yang membanjiri lini masa kita jangan langsung ditelan mentah-mentah. Berita baik dan buruk perihal pemilu, khususnya mengenai para kandidat presiden dan wakilnya selalu silih berganti, tumpang tindih dan zig-zag. Itu karena kita sedang memasuki medan perang bernama Cyber War, di mana setiap kubu saling serang dengan senjata bernama media yang berpeluru berita.

Boleh jadi berita yang kita terima selalu tentang keburukan salah satu paslon, sehingga kita benci dan enggan memilihnya. Padahal, berita mengenai kebaikannya juga banyak dan tersebar di berbagai platform digital. Cari sumber berita yang kredibel, independen dan menjalankan fungsi jurnalistiknya secara benar. Selalu ingat, dibalik pemberitaan sebuah media, pasti ada agenda yang sudah disetting untuk mengendalikan kita.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun