Semuanya berawal ketika Ridho bertemu dengan Tia di salah satu Universitas di Jogja. Mereka berdua kuliah di jurusan yang sama, yaitu sastra Arab. Tia adalah seorang mahasiswa baru sedangkan Ridho adalah seniornya.Â
Ridho mulai jatuh hati pada Tia sejak Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) satu bulan yang lalu. Tia memang memiliki paras yang cantik, suara yang merdu, dan juga pandai, sehingga tak heran mengapa Ridho jatuh hati padanya.
Seiring berjalannya waktu, ternyata Tia juga memiliki perasaan yang sama kepada Ridho. Hubungan mereka menjadi semakin dekat dan akrab --lebih dari sekedar teman biasa.Â
Tak lama kemudian, mereka memutuskan untuk berpacaran. Layaknya sepasang kekasih, mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi.Â
Mulai dari makan, jalan-jalan, nonton, ngerjain tugas kuliah, belanja, bahkan sampai ikut lomba. Saking seringnya, orang-orang satu fakultas tahu kalau mereka berpacaran --termasuk dosen dan karyawan.
***
Tidak banyak yang tau bahwa Ridho adalah seorang putra kiai sekaligus pengasuh pondok pesantren ternama di Madura. Lahir di kalangan keluarga pesantren membuat Ridho tumbuh menjadi seorang yang manja. Bagaimana tidak? Di rumah semuanya serba ada.Â
Jika membutuhkan bantuan, ia tinggal memanggil mbak-mbak atau mas-mas santri. Semua keinginanya pun selalu dituruti. Namun, untuk masalah agama Ridho memang jagonya.
Ayah Ridho bernama Kiai Hamid. Beliau merupakan keturunan dari KH. Anwar Situbondo. Sedangkan ibunya bernama Nyai Halimah, keturunan dari kiai Hasan Pasuruan.Â
Sebagai tokoh agama, keluarga Ridho sangat disegani masyarakat sekitar. Oleh karena itu, apa saja yang dilakukan dan diucapkan oleh keluarganya kerap kali dijadikan sebagai panutan.
***