Kita semua sudah berikhtiar dengan jalan yang ideal, tapi terkadang kehormatan dan sanjungan kita yang tinggi itu mencederai koreksi dan refleksi kritis kita. Kegelisahan Socrates di atas, telah di cari obat penawar oleh Plato yang mewujudkan Republik yang ditempat oleh raja-raja filosofis dan akademiknya memiliki alumni yang kompeten dalam bidang, itu semata-mata adalah jadi orang-orang yang berpengaruh di seantero dunia dengan kecerdasannya. Begitu sama halnya dengan Cicero, harapan Plato dan Cicero itu adalah solusi tapi sulit tercapai. Â
Kebohongan dan ketidak jujur itu sangat dekat dengan perselingkuhan, kenapa demikian? Instrumen yang disebutkan itu adalah rangkaian dari cerita kehancuran manusia. Hanya dengan satu cara di tempat-tempat adil disitulah keadilan harus dituntaskan. Walau tempat itu banyak argumen yang menghujam, dengan alasan pertimbangan-pertimbangan rasionalitas kekuasaan.
 Empat tahun yang lalu Saya menuliskan satu artikel tentang "Cinta dan Laboratorium Universitas", tujuan tulisan itu adalah ingin membelah seorang perempuan yang tertuduh dan disandera kehormatannya. Tuduhan itu ingin dijawab dengan fakta dan argumentasi, Saya berharap beberapa kawan yang tertuduh akan melakukan hal yang sama dan bahkan jauh lebih baik.
Memang tema-tema perselingkuhan di universitas, bukan hal baru. Perselingkuhan bahkan memiliki makna ganda sekaligus, Saya berkesimpulan perselingkuhan bisa berefek pada transformasi ilmu pengetahuan dan bisa menjadi petaka dan frustasi sosial yang tak bertepi. Intelektual tentu akan melihat dan merasakan yang berbeda dan tak sama seperti orang kebanyakan, memang kita benar-benar dalam memahami karena perselingkuhan itu nyaris sama seperti ketenangan air sungai yang menyimpan  buaya-buaya ganas di dalamnya.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H