"Selamat pagi," Siang menyapa.
"Ah Siang, kamu terlalu cepat menjelang,"
Pagi terlihat duka enggan menatap Siang
yang terang benderang.
Â
"Pagi, mengapa tiada puisi ?" Siang bertanya.
"Aku tidak berpuisi saat ini," Pagi serasa tidak berkenan.
"Mengapa ?" tanya Siang lagi.
"Karena aku lelah merangkai kata," Pagi tertunduk layu.
Â
"Bisakah kau datang barang beberapa waktu lagi ?
Bukankah matahari pun belum memanggil ?"
Pagi memelas.
Â
Siang tersenyum,"Baiklah, aku undur beberapa jeda,
sampai tiba waktu engkau beranjak istirahat,"
Siang menjawab.
Â
Dan Pagi perlahan-lahan menutup dirinya
dengan selimut kabut tipis.
Tapi itu terlalu lama, hingga Siang hampir tidak tahan
hendak bersinar lagi.
Tepat sebelum matahari mulai tinggi,Â
berganti Siang
yang pada waktunya nanti pun
akan terhapus Sore.
Â
Bekasi, 5 April 2015
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H