Mencari guru berkarakter sebenarnya tidak sulit. Â Namun birokrasi seringkali malah menjadi penghambat tumbuhnya seorang guru yang berkarakter. Perangkat administrasi harus terlebih dahulu dipenuhi, baru bisa dapat penilaian bagus dari kepala sekolah. Perlu bertahun-tahun menjadi guru yunior sebelum dapat dianggap sejajar dengan guru senior. Berikutnya, status sekolah turut mempengaruhi ketimpangan guru yang berkualitas di setiap sekolah. Sehingga kalau tidak ada inovasi dan gebrakan positif dari kepala sekolah, sekolah yang jauh dari kantor dinas, akan sulit mendapat peringkat yang baik.
Siswa, guru, dan juga karyawan sekolah adalah manusia. Bagaimana menjadikan semuanya dalam satu sinergi yang baik, dan tidak mudah rapuh hanya karena adanya UN, adalah dengan mengembalikan hakikat sekolah sebagai tempat mendidik manusia masa depan. Manusia yang mampu bertanggungjawab dan perduli dengan kehidupan. Dan tidak sepenuhnya menghamba pada nilai.
Menjelang Pemilu Presiden, diharapkan semoga Presiden terpilih mampu mengangkat Menteri Pendidikan yang mau melanjutkan hal-hal yang baik dari Menteri yang sekarang, juga berani mereformasi hal-hal yang masih menjadi masalah di bidang pendidikan di Indonesia. Dan salah-satu yang perlu direformasi adalah tata nilai pendidikan yang tidak sekedar mengejar angka, namun mengukuhkan kembali harkat dan martabat siswa, guru, dan juga karyawan sekolah. Sehingga nantinya tidak perlu lagi pelaksanaan UN ditampilkan seperti negara dalam keadaan Siaga Perang. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H